alhikmah.ac.id – Kata ‘ad adalah nama suatu kaum Nabi Hud As. Menurut al-Qurtubi, nama ini diambil dari nama nenek moyang mereka yang bernama ‘Ad bin ‘Aus bin Iram bin Syalikh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh. Nabi Hud sendiri adalah keturunan dari ‘Ad, yaitu melalui ayahnya Abdullah bin Rabah bin Al-Jalud bin ‘Ad. Kaum ‘Ad datang setelah umat Nabi Nuh As, sebagaimana firman Allah swt:
وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِنْ بَعْدِ عَادٍ وَبَوَّأَكُمْ فِي الْأَرْضِ تَتَّخِذُونَ مِنْ سُهُولِهَا قُصُورًا وَتَنْحِتُونَ الْجِبَالَ بُيُوتًا فَاذْكُرُوا آَلَاءَ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ
Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikam kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum ‘Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan. (QS. al-A‘raf [7]: 74).
Daerah tempat tinggal mereka berada di pinggiran Hadramaut membentang hingga Yaman, demikian penjelasan Ibnu Kasir dan al-Qurtubi.
Kaum ‘Ad termasuk masyarakat yang kejam, sebagaimana firman Allah swt:
وَتِلْكَ عَادٌ جَحَدُواْ بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَعَصَوْاْ رُسُلَهُ وَاتَّبَعُواْ أَمْرَ كُلِّ جَبَّارٍ عَنِيدٍ
Dan itulah (kisah) kaum ‘Ad yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka, dan mendurhakai rasul-rasul Allah dan mereka menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi menentang (kebenaran). (QS. Hud [11]: 59).
Jika menghukum seseorang tidak mengenal rasa perikemanusiaan, sebagaimana firman Allah swt:
وَإِذَا بَطَشْتُم بَطَشْتُمْ جَبَّارِينَ
Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang-orang kejam dan bengis. (QS. asy-Syu‘ara’ [26]: 130).
Peradaban kaum ini sudah sangat maju. Mereka membangun kota yang megah, tinggi-tinggi bernama Iram, sebagaimana firman Allah swt:
إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ
(yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, (QS. al-Fajr [89]: 7).
Suatu kota yang belum pernah ada sebelumnya. Kota tersebut dikelilingi dengan benteng-benteng yang kokoh, sebagaimana firman Allah swt:
وَتَتَّخِذُونَ مَصَانِعَ لَعَلَّكُمْ تَخْلُدُونَ
dan kamu membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kamu kekal (di dunia)? (QS. asy-Syu‘ara [26]: 129).
Penduduknya sangat sejahtera karena berlimpah kemewahan yang sangat banyak sampai-sampai mereka itu membangun setiap tanah yang tinggi tempat bermain, sebagaimana firman Allah swt:
أَتَبْنُونَ بِكُلِّ رِيعٍ آيَةً تَعْبَثُونَ
Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main, (QS. asy-Syu‘ara [26]: 128).
Hal ini, menurut Ibnu Kasir, disebabkan oleh tanahnya yang subur, sehingga hasil perkebunan dan pertanian sangat melimpah. Dengan peradaban yang demikian, pantaslah mereka merasa diri cukup kuat, sebagaimana firman Allah swt:
فَأَمَّا عَادٌ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَقَالُوا مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَهُمْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ
Adapun kaum ‘Aad maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata: “Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?” Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah Yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami.(QS. Fushshilat [41]: 15).
Dibalik kehidupan mereka yang sejahtera dan makmur ternyata menjadikan mereka itu lalai sehingga mereka menyembah selain Allah swt seperti berhala dan itu diwariskan kepada anak-cucu mereka dan mereka sangat berpegang teguh terhadap kepercayaannya itu, sebagaimana firman Allah swt:
قَالُواْ يَا هُودُ مَا جِئْتَنَا بِبَيِّنَةٍ وَمَا نَحْنُ بِتَارِكِي آلِهَتِنَا عَن قَوْلِكَ وَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ
Kaum ‘Ad berkata: “Hai Huud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu.(QS. Hud [11]: 53).
Karena itulah, Nabi Hud diutus Allah untuk membimbing mereka ke jalan yang benar, yaitu menyembah hanya kepada Allah Swt. Sebagaimana firman Allah swt:
وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُوداً قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُواْ اللّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـهٍ غَيْرُهُ أَفَلاَ تَتَّقُونَ
Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya ?”(QS. Al-A‘raf [7]: 65)
Tetapi kaum ‘Ad tidak menghiraukan seruan Nabi Hud dan tidak percaya terhadap apa yang disampaikannya, termasuk mendustakan hari akhirat, sebagaimana firman Allah swt:
كَذَّبَتْ ثَمُودُ وَعَادٌ بِالْقَارِعَةِ
Kaum Tsamud dan ‘Aad telah mendustakan hari kiamat .(QS. Al-Haqqah [69]: 4). meskipun Nabi Hud mendatangkan suatu bukti kerasulan, sebagaimana firman Allah swt:
قَالُواْ يَا هُودُ مَا جِئْتَنَا بِبَيِّنَةٍ وَمَا نَحْنُ بِتَارِكِي آلِهَتِنَا عَن قَوْلِكَ وَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ
Kaum ‘Ad berkata: “Hai Huud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. (QS. Hud [11]: 53).
bahkan menganggapnya sebagai orang yang kurang akal dan pendusta, sebagaimana firman Allah swt:
قَالَ الْمَلأُ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَوْمِهِ إِنَّا لَنَرَاكَ فِي سَفَاهَةٍ وِإِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكَاذِبِينَ
Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata: Sesungguhnya kami benar benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang orang yang berdusta.(QS. Al-A‘raf [7]: 66).
Lebih dari itu, mereka juga menantang Nabi Hud dengan menyatakan bahwa jika memang benar apa yang disampaikannya itu, agar ditimpakan azab kepada mereka, sebagaimana firman Allah swt:
قَالُواْ أَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللّهَ وَحْدَهُ وَنَذَرَ مَا كَانَ يَعْبُدُ آبَاؤُنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِن كُنتَ مِنَ الصَّادِقِينَ
Mereka berkata: Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar. (QS. al-A‘raf [7]: 70).
Karena pembangkangan yang mereka lakukan dan tantangan yang mereka minta, datanglah azab Allah berupa angin yang sangat dingin dan amat kencang, serta bergemuruh, yang berlangsung terus-menerus, sebagaimana firman Allah swt:
وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ
Adapun kaum ‘Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang (QS. al-Haqqah [69]: 6), dan juga firman-Nya:
فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحاً صَرْصَراً فِي أَيَّامٍ نَّحِسَاتٍ لِّنُذِيقَهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَخْزَى وَهُمْ لَا يُنصَرُونَ
Maka Kami meniupkan angin yang amat gemuruh kepada mereka dalam beberapa hari yang sial, karena Kami hendak merasakan kepada mereka itu siksaan yang menghinakan dalam kehidupan dunia. Dan Sesungguhnya siksa akhirat lebih menghinakan sedang mereka tidak diberi pertolongan.(QS. Fushshilat [41]:16).
hingga menyebabkan mereka seperti pohon kurma yang tumbang satu persatu, dan apa yang dilewatinya akan hancur menjadi serbuk-serbuk, sebagaimana firman Allah swt:
وَفِي عَادٍ إِذْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الرِّيحَ الْعَقِيمَ ، مَا تَذَرُ مِن شَيْءٍ أَتَتْ عَلَيْهِ إِلَّا جَعَلَتْهُ كَالرَّمِيمِ
Dan juga pada (kisah) Aad ketika Kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan, angin itu tidak membiarkan satupun yang dilaluinya, melainkan dijadikannya seperti serbuk.(QS. adz-Dzariyat [51]: 41 dan 42).
Ketika azab itu datang, mereka sangat bergembira karena menganggapnya sebagai awan pertanda akan turun hujan. Awan itu seakan menelusuri lembah-lembah mereka. Akan tetapi, apa yang mereka sangka awan ternyata azab yang menghancurkan mereka dan kemewahan yang mereka miliki, sehingga yang tinggal hanyalah puing-puing yang berserakan, sebagaimana firman Allah swt:
وَعَاداً وَثَمُودَ وَقَد تَّبَيَّنَ لَكُم مِّن مَّسَاكِنِهِمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَكَانُوا مُسْتَبْصِرِينَ
Dan (juga) kaum ‘Aad dan Tsamud, dan sungguh telah nyata bagi kamu (kehancuran mereka) dari (puing-puing) tempat tinggal mereka. Dan syaitan menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu ia menghalangi mereka dari jalan (Allah), sedangkan mereka adalah orang-orang berpandangan tajam, (QS. al-‘Ankabut [29]: 38).
Kata ‘Ad dengan arti kaum ‘Ad terulang 24 kali di dalam al-Qur’an. Kisah ini dimaksudkan agar menjadi pelajaran bagi mereka yang ingkar kepada Allah dan menentang rasul-Nya, yaitu bahwa betapapun manusia memiliki kekuatan atau kekuasaan yang luar biasa dan kekayaan yang melimpah ruah, seperti yang dimiliki oleh kaum ‘Ad, pasti akan hancur, mereka itu akan mendapat laknat, baik di dunia maupun di akhirat, Kisah ini juga merupakan motivasi kepada Nabi saw. dalam berdakwah, di mana setiap nabi dan rasul yang diutus oleh Allah pasti mendapat tantangan yang sangat berat dari kaumnya, sebagaimana ditegaskan di dalam firman Allah swt:
وَإِن يُكَذِّبُوكَ فَقَدْ كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ وَعَادٌ وَثَمُودُ
Dan jika mereka mendustakan kamu (Muhammad), maka sesungguhnya telah mendustakan juga kaum Nuh, kaum ‘Ad, dan kaum Samud (kepada nabinya) sebelum kamu. (QS. al-Hajj [22]: 42),
Juga di dalam surat Fushshilat (41): 13,
فَإِنْ أَعْرَضُوا فَقُلْ أَنذَرْتُكُمْ صَاعِقَةً مِّثْلَ صَاعِقَةِ عَادٍ وَثَمُودَ
Jika mereka berpaling, maka katakanlah, “Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Ad dan Samud”. Ayat ini juga berlaku bagi seluruh umat Islam yang akan menegakkan agama Allah. (QS. Fushshilat (41): 13).
Apa yang telah Allah jelaskan tentang kaum Ad dalam al-Qur’an ini masih ada yang suka mempertanyakan apakah benar ada kaum ‘Ad itu atau hanya legenda saja, apa yang Allah swt jelaskan dalam al-Qur’an jelaslah kebenaran yang harus kita yakini, namun tidak ada salahnya saya lampirkan juga temuan ilmiah para Arkeolog, berikut ini:
Temuan Arkeologis Kota Iram
Pada permulaan tahun 1990 muncul keterangan pers dari beberapa Koran terkemuka di sunia yang mengemukakan;”Kota di Arabia Yang banyak diceritakan dalam sejarah Ditemukan”, “Kota Legenda di Arab Ditemukan”, “Ubar, Atlantis di padang pasir”. Apa yang membuat temuan arkeologis ini membangkitkan minat adalah kenyataan bahwa kota ini yang juga disebut dalam Al Qur’an, sejak dahulu hingga saat ini banyak orang yang beranggapan bahwa kaum ‘Ad sebagaimana diceritakan dalam Al Qur’an hanyalah sebuah legenda atau lokasi dimana ‘Ad berada tidak akan pernah ditemukan, mereka tidak dapat menyembunyikan keheranannya atas penemuan ini. Penemuan kota ini yang hanya disebutkan dalam dongeng lisan Suku Badui, membangkitkan minat dan rasa keingintahuan yang besar.
Sisa-sisa dari kota Ubar, tempat tinggal kaum Ad, ditemukan di suatu tempat dekat tanjung Oman.
Nicholas Clapp, seorang arkeolog amatir yang menemukan kota legendaries yang disebutkan dalam Al Qur’an . Sebagai seorang Arabophile dan pencipta sebuah film dokumenter yang terpilih, Clapp telah menjumpai suku yang sangat menarik selama penelitiannya tentang sejarah Arabia. Buku ini berjudul “Arabia Felix” yang ditulis oleh seorang penulis Ingris bernama Bertram Thomas pada tahun 1932. Arabia Felix adalah sebuah roman yang menunjukkan tempat-tempat bagian selatan semenanjung Arabia dimana saat ini termasuk daerah Yaman dan sebagai besar Oman. Bangsa Yunani menyebut daerah ini “Eudaimon Arabia”. Sarjana Arab abad pertengahan menyebutnya sebagai “Al-Yaman as-Saida” 2 . Semua penamaan tersebut berarti “Arabia yang Beruntung”, karena orang-orang yang hidup didaerah tersebut dimasa lalu dikenal sebagai orang-orang yang paling beruntung pada jamannya. Apakah yang menjadi alasan bagi sebuah penunjukan seperti itu?.
Keberuntungan mereka adalah berkaitan dengan letak mereka yang strategis -bertindak selaku perantara dalam perdagangan rempah-rempah antara India dengan tempat-tempat di sebelah Utara semenanjung Arab. Di samping itu orang-orang yang berdiam di daerah ini menghasilkan dan mendistribusikan “frankincense” sebuah aroma wangi-wangian dari getah/damar sejenis pohon langka yang menjadi barang yang sangat penting dalam masyarakat kuno, tanaman ini digunakan sebagai dupa (asap wangi) dalam bebagai acara religi/keagamaan. Pada sat itu, tanaman tesebut setidaknya sama berharganya seperti emas.
Banyak karya seni dan monumen ari sebuah peadaban yang tingi yang didirikan di Ubar sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an. Saat ini, hanyalah peningggalan-peninggalan seperti diatas yang tersisa.
Seorang peneliti Inggris Thomas menyebutnya sebagai suku yang “beruntung”, Ia dengan panjang lebar mengakui bahwa telah menemukan jejak bekas-bekas dari sebuah kota kuno yang dibangun oleh salah satu suku ini. 3 Kota ini dikenal dengan sebutan “Ubar” oleh suku Badui. Di dalam sebuah perjalanan yag dilakukan di daerah tersebut oleh suku Badui yang hidup di padang pasir telah menunjukan sebuah jalur usang dan menyataka bahwa jejak-jejak ini menuju ke arah kota kuno Ubar. Thomas yang menunjukkan keinginan besar dalam hal ini meninggal sebelum mampu menuntaskan penelitiannya.
Clapp yang mempelajari apa yang ditulis oleh Thomas sang peneliti Ingris, diyakinkan akan keberadaan kota yang hilang tersebut sebagaimana disebutkan dalam buku tersebut. Tanpa membuang waktu, Ia memulai penelitiannya.
Clapp mencoba dengan dua jalan untuk membuktikan keberadaan Ubar. Peertama, Ia menemukan bahwa jalan-jalan yang dikatakan oleh suku Badui benar-benar ada. Ia meminta kepada NASA (Badan Luar Angkasa Nasional Amerika Serikat) untuk menyediakan foto/citra satelit dari daerah tersebut. Setelah melalui perjuangan yang panjang, Ia berhasil membujuk pihak yang berwenang untuk memotret daerah tersebut.
Clap melanjutkan mempelajari naskah dan peta-peta kuno di perpustakan Huntington di California. Tujuannya adalah untuk menemukan peta dari daeah tesebut. Setelah melalui penelitian singkat, ia menemukan peta tersebut. Apa yng ditemukannya adalah sebuah peta yang digambar oleh Ptolomeus seorag ahli Geografi Yunani Mesir dari tahun 200 M. Dalam peta ini ditunjukan letak dari kota tua yang ditemukan di daeah tersebut dan jalan-jalan yang menuju kota tersebut.
Penggalian yang dilakukan di Ubar
Sementara itu. Ia menerima kabar bahwa gambar-gambar satelit yang diinginkannya telah diambil oleh NASA. Dalam gambar tersebut, bebeapa jejak kafilah menjadi nampak yang hal tersebut sulit untuk dikenali dengan menggunakan mata telanjang, namun hanya bisa dilihat sebagai satu kesatuan dari luar angkasa. Setelah membandingkan gambar-gambar dari satelit dengan peta tua yang ada ditangannya, akhirnya Clapp mencapai kesimpulan yang ia cari ; jejak-jejak dalam peta tua berhubungan dengan jejak-jejak dalam gambar yag diambil dengan satelit. Tujuan akhir dari jejak-jejak ini adalah tempat peninggalan sejarah yang luas yang ditengarai dadulunya merupakan sebuah kota.
Akhirnya lokasi kota legendaris yang menjadi subyek cerita-cerita lisan suku Badui diketemukan. Tidak berapa lama kemudian penggalian dimulai dan peninggalan dari sebuah kota mulai diangkat dari bawah gurun pasir. Demikianlah kota yang hilang sebagaimana disebutkan sebagai ” Atlantis dari padang pasir, Ubar “.
Apakah hal tersebut membuktikan bahwa kota ini sebagai kota kaum ‘Ad yang disebutkan dalam Al Qur’an ?.
Lokasi koa ‘Ad yang ditemukan berdasarkan foto yang diambil dari pesawat ulang alik. Dalam foto terlihat, tanda panah adalah tempat dimana jejak-jejak kafilah bertemu, dan mengarah ke Ubar.
1. Ubar, hanya dapat dilihat dari luar angkasa sebelum dilakukan pengalian.
2. Kota yang berada 12 meter dibawah pasir nampak setelah dilakukan penggalian.
Saat itu juga reruntuhan-reruntuhan mulai dilakukan penggalian, ditengarai bahwa reruntuhan dari kota tersebut berupa pilar-pilar milik kaum ‘Ad dan Iram seperti disebutkan dalam Al Qur’an, karena di berbagai susunan yang digali adalah menara yang merujuk/dihubungkan dengan yang ada dalam Al Qur’an. Dr. Zarins seorang anggota tim penelitian yang memimpin penggalian mengatakan bahwa selama menara-menara itu dianggap sebagai unsur yang menunjukkan ke-khas-an kota ‘Ubar, dan selama Iram disebutkan mempunyai menara-menara atau tiang-tiang, maka, sejauh ini, itu merupakan bukti terkuat bahwa peningalan sejarah yang mereka gali adalah Iram, kota kaum ‘Ad yang disebutkan dalam Al Qur’an:
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Ad, (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain.( QS AL Fajr: 6-8).
Referensi
1. al-Qurthubi, al-jami’ Li Ahkamilqur’an
2. Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim
3. Thomas H. Maugh II, “Ubar, Fabled Lost City, Found by LA Team”, The Los Angelas Times, 5 February 1992.
4. Kamal Salibi, A History of Arabia, Caravan Books, l98O.
5. Bertram Thomas, Arabia Felix: Across the “Empty Quarter” of Arabia, New York: Schrieber’s Sons 1932, hlm. 161.
6. Charlene Crabb, “Frankincense”, Discover, January 1993.