Akibat Isti’jaal: Tersebarnya Kemungkaran

Share to :

alhikmah.ac.id – Akibat merajalelanya aneka jenis kemungkaran sambil tidak mengetahui bagaimana jalan keluar yang harus dilakukan, dapat juga menjadikan seorang aktivis bersikap isti’jaal.

Zaman sekarang ini rasanya kita hampir tidak mungkin bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya, kecuali kita melihat kemungkaran berlalu lalang di sekeliling kita. Padahal, sebagai seorang muslim, ketika kita melihat kondisi yang seperti itu, kita wajib memberantasnya agar bumi ini tidak berubah menjudi pusat kejahatan dan kerusakan. Firman Allah SWT :

وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ الْأَرْضُ

“Seandainya Allah tidak menolak (kerusakan) sebaahagian manusia dengan sebagian lain, pasti rusaklah bumi ini …” (QS. Al-Baqarah [2] : 251)

وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لَّهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيرًا ۗ وَلَيَنصُرَنَّ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ

“… Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain niscaya telah dirobohkan biara-biara nasrani,rumah-rumah ibadah orang Yahudi, dan masjid-masjid yang didalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang-orang yang menolng agama-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa lagi Maha Perkasa.” (QS. Al-Hajj [22] :40)

Sabda Rasulullah Shallahu alaihi wassallam:

“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka ubahlah dengan lisannya. Jika masih juga tidak mampu, maka ubahlah dengan hatinya. Itulah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim dan Abu Daud)

“Perumpaan orang yang berpegang teguh pada aturan Allah dan orangyang melanggarnya diibaratkan seperti penumpang sebuah kapal laut: Ada yang berada di bawah harus mengambil keperluan minum dari atas. Kemudian mereka berkata, ‘Sebaiknya kami lubangi saja kapal bagian kami ini agar tidak merepotkan penumpang yang berada diatas kapal. ‘JIka tindakan mereka dibiarkan maka akan binasa semuanya. Jika mereka dicegah, niscaya selamatlah seluruh penumpang yang ada didalamnya.” (HR Bukhari)

Tidak semua kemungkaran harus dihilangkan segera. Cara yang kita lakukan harus yang sebaik-baiknya dan jangan sampai tindakan yang kita lakukan justru membawa malapetaka yang lebih besar, maka hendaklah dihentikan terlebih dahulu sambil mencari alternatif lain yang lebih tepat. Sikap ketidak-sukaan atau penolakan kita terhadap kemungkaran tersebut.

Ketika Muhammad diutus oleh Allah menjadi seorang nabi dan rasul, saat itu di seputar Ka’bah dipenuhi dan dikelilingi patung-patung berhala. Apakah beliau kemudian menyuruh para pengikutnya untuk menghancurkan patung-patung tersebut? Jawabannya ternyata “tidak”. Beliau tidak berusaha mengubahnya kecuali pada waktu fathu Makkah, yaitu pda tahu kedelapan hijriyah.

Dengan kata, kondisi tersebut sempat beliau biarkan selama kurang lebih 21 tahun lamanya. Tindakan Rasulullah SAW membiarkan kemungkaran, tetap berlangsung tentu saja bukannya tanpa alasan. Beliau menganggap bahwa yang merupakan prioritas utama yang harus dilakukan pada awal kegiatan dakwahnya adalah menghancurkan jiwa paganisme yang bersemayam di dalam tubuh orang-orang Arab Makkah saat itu. Dan bukan pada berhalanya.

Seandainya yang beliau SAW hancurkan terlebih dahulu itu patung-patung berhala, niscaya kaum kafir Quraiys itu akan segera membangunnya dengan banyak dan lebih hebat lagi. Dengan demikian, tindakan tersebut bukannya akan membawa kebaikan, melainkan justru akan membawa mudharat yang jauh lebih besar lagi. Karena itu, Rasulullah Shallahu alaihi wassallam membiarkannya untuk sementara. Beliau SAW mulai mengonsentrasikan langkahnya dengan mengader para pemuda serta membersihkan dan menyucikan jiwa dan hati mereka. Setelah itu, barulah beliau dan para shahabatnya melakukan penghancuran patung-patung berhala tersebut saat peristiwa fathu Makkah. Dan saat itu bergemalah firman-Nya :

وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۚ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا

“Dan katakanlah, ‘Telah datang kebenaran dan telah hancur kebatilan. Sesungguhnya kebatilan itu pasti hancur’.” (QS. al-Israa’ [17] : 81)

Begitulah mengapa Rasulullah Shallahu alaihi wassalam segera merenovasi bangunan Ka’bah. Wallahu’alam.

download

Picture of admin

admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sign up for our Newsletter