alhikmah.ac.id – Dunia penuh dengan cobaan, dan cobaan paling besar adalah hawa nafsu. Siapa yang sanggup mengendalikan hawa nafsunya, maka sungguh ia orang yang beruntung, namun sebaliknya ia akan menjadi orang yang terhina di dunia dan di akhirat jika menjadi budak hawa nafsunya.
Selama ini, sering dipahami oleh mayoritas masyarakat bahwa cobaan Allah hanya berupa keburukan, seperti bencana, penyakit, kegagalan atau kemiskinan. Padahal tidak hanya itu, kebaikan juga merupakan cobaan yang diberikan Allah dan bahkan lebih menyesatkan atau menjerumuskan seseorang dalam kekejian. Banyak orang kaya terlena dengan kekayaan, kecantikan, kekuasaan yang Allah titipkan kepadanya, mereka membanggakan keistimewaan yang dianugerahkan Allah itu dihadapan orang lain. Dengan harta kekayaannya mereka berpesta di antara kemiskinan orang lain, enggan berbagi kenikmatan dengan orang lain, dan dapat mencerca orang lain. Demikian keistimewaan-keistimewaan lain yang mereka salah gunakan.
Hawa nafsu membuat lupa dengan cobaan dan konsep khilafah (wakil Allah) yang mengemban amanat. Padahal segala bentuk kelebihan yang Allah berikan hanyalah sebagai alat perantara untuk mencapai kualitas ibadah yang tinggi. Harta kekayaan bisa disantunkan kepada orang yang berhak seperti fakir miskin, anak yatim dan orang yang butuh pertolongan. Kekuasaan dapat digunakan untuk menegakkan keadilan. Kecantikan dapat digunakan untuk menghormati orang lain, dan sebagainya. Sebagai umat muslim kita harus ingat bahwa semua kenikmatan dunia merupakan ujian, Allah berfirman, “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan..” (Al-Anbiya [21]: 35)
Sangat jelas makna firman Allah di atas, bahwa apapun yang diterima umat manusia di bumi ini adalah cobaan atau ujian. Ujian berupa kesenangan dan ujian berupa kesengsaraan. Maka penting bagi kita wahai pembaca yang budiman untuk senantiasa mengoreksi diri terhadap kelemahan, kesalahan atas apa yang akan kita lakukan sepanjang hari. Kita harus banyak mengingat bahwa dunia ini bukan kehidupan yang sebenarnya, dan bukan tujuan utama kita. Allah menjanjikan surga bagi siapa saja yang mampu menjalankan ujian dengan baik. Di dalam surga terdapat sembilan puluh sembilan rahmat, kenikmatannya jauh lebih lebih besar dibandingkan kenikmatan dunia, sementara dunia hanya diberikan sastu rahmat saja. Dalam sebuah riwayat, Abu Hurairah berkata; saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Allah menjadikan rahmat (kasih sayang) seratus bagian, maka dipeganglah disisi-Nya sembilan puluh sembilan bagian dan diturunkan-Nya satu bagian ke bumi. Dari yang satu bagian inilah seluruh makhluk berkasih sayang sesamanya, sehingga seekor kuda mengangkat kakinya karena takut anaknya akan terinjak olehnya.” (HR. Bukhari)
Saudaraku pembaca yang budiman, sekali lagi marilah kita membuka mata dan hati kita untuk lebih memahami tujuan hidup kita di dunia ini. Hidup ini untuk ibadah, menyembah kepada Sang Pencipta alam raya dan yang pasti dunia bukan ladang kita untuk bersenang-senang, karena kesenangan yang sebenarnya hanya ada di dalam SurgaNya.