Amal-amal Hati Ketika Membaca AlQur’an

Share to :

alhikmah.ac.id – Al-Imam Al-Ghazaly mempunyai uraian yang bagus di dalam Al-Ihaya’, yang layak diperhatikan sebelum melakukan tadabbur, yaitu perhatian terhadap amal-amal batin atau hati, yang meliputi empat hal :

1. Memahami keagungan kalam dan ketinggiannya, karunia Allah, kasih sayang-Nya kepada makhluk-Nya, yang turun dari ‘Arsy-Nya ke suatu derajat untuk memberi pemahaman kepada makhluk. Perhatikan bagaimana kemurahan hati Allah yang menyampaikan makna kalam-Nya, yang demikian itu merupakan sifat-Nya yang terdahulu untuk memberi pemahaman kepada makhluk-Nya? Sifat ini tampak pada inti huruf dan macam-macam suara, padahal yang demikian itu termasuk sifat manusia. Hal ini dikarenakan manusia tidak mampu memahami sifat-sifat Allah kecuali dengan sarana sifat dirinya sendiri. Kalau sekiranya hakikat keagungan kalam-Nya tidak tertutup oleh tabir huruf, maka tidak akan ada manfaatnya kilat cahaya-Nya dan keagungan kekuasaan-Nya. Sekiranya Allah tidak menguatkan Musa, tentunya beliau tidak akan kuat mendengar kalam Allah, sebagaimana gunung yang lebur ketika Allah tampak kepadanya.

2. Pengagungan Penyampai kalam. Ketika seorang pembaca Al-Qur’an memulai bacaannya, hendaklah dia menghadirkan keagungan Penyampaian kalam di dalamhatinya, menyadari bahwa apa yang dibacanya itu bukanlah perkataan manusia, tapi itu adalah kalam Allah yang sejak awal tidak disentuh kecuali hamba-hamba yang disucikan. Sebagaimana kulit Mushhaf dan lembaran-lembarannya yang suci dan terpelihara dari sentuhan orang yang memegangnya karena dia telah mensucikan diri, maka begitulah pula batin maknanya yang tertutup dari batin hati, kecuali ia membersihkannya dari segala kotoran, berselimut dengan cahaya pengagungan. Tidak setiap tangan bebas memegang kulit Mushhaf, begitu pula huruf-hurufnya tidak layak dibaca setiap lisan untuk menyerap makna-maknanya.

Kalam itu. Tapi pengagungan terhadap Penyampaian kalam itu tidak akan muncul kecuali dengan memikirkan sifat, kemuliaan, keagungan dan perbuatan-perbuatan-Nyta. Jika di dalam hatinya muncul gambaran Arsy, Kursy, langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada di antara keduanya, yang berupa manusia, jin, binatang, pepohonan, menyadari bahwa Dialah yang menciptakan semuanya ada dalam ganggaman tangan-Nya, ada di antara rahmat dan karunia-Nya, yang memberi nikmat dengan karunia-Nya, yang menghukum dengan keadilan-Nya, maka itulah puncak dari pengagungan. Dengan memikirkan semua ini, maka akan muncul pengagungan terhadap Penyampai kalam, baru kemudian pengagungan terhadap kalam itu.

3. Menghadirkan hati dan meninggalkan bisikan jiwa. Ada yang berpendapat tentang firman Allah, “Hai Yahya, ambillah Al-Kitab itu dengan sungguh-sungguh”, artinya mengambilnya dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh, memusatkan perhatian kepadanya saat membacanya, mengeyahkan segala keinginan dan hasrat terhadap yang lain. Ada yang berkata kepada yang lain, “Jika engkau membaca Al-Qur’an, maka ajaklah jiwamu membicarakan sesuatu. “Dia pun menyahut, “Adakah sesuatu yang lebih aku cintai daripada Al-Qur’an sehingga aku harus mengajak jiwaku membicarakan sesuatu?”

Di antara orang-orang salaf, jika membaca satua yat, maka hatinya tidak merasa perlu untuk membacanya dua kali. Hal ini terjadi karena sejak sebelumnya sudah ada pengagungan. Sesungguhnya seseorang yang mengagungkan suatu perkataan yang diucapkannya, tentu merasa senang kepadanya dan tidak akan melupakannya. Di dalam Al-Qur’an terdapat  banyak isi menawan hati, jika memang orang yang membacanya bisa merasakannya.

4. Tadabbur, seperti yang sudah diuraikan diatas.

download

Picture of admin

admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sign up for our Newsletter