alhikmah.ac.id – Generasi sahabat adalah generasi terbaik, tidak bisa dibandingi apalagi dikalahkan. Generasi sekarang tidak akan mungkin bisa menyamai mereka. Namun pribadi-pribadi umat Islam masih memiliki kesempatan untuk meneladani dan menyamai kemuliaan pribadi-pribadi para sahabat. Pribadi, bukan generasi.
Pada kesempatan ini, kita akan membahas pribadi salah seorang istri Rasulullah saw., yaitu Zainab binti Khuzaimah ra. yang dikenal sebagai Ibundanya Orang-orang Miskin.
Nasab
Nama lengkap beliau adalah Zainab binti Khuzaimah ra. bin Al-Harits bin Abdullah bin Amr bin Abdu Manaf bin Hilal bin Amir bin Sha’sha’ah Al-Hilaliyah.
Ibu beliau bernama Hindun binti ‘Auf bin Al-Harits bin Hamathah. Di zaman jahiliyah, beliau dikenal dengan nama Ummul Masakin (ibunda orang-orang miskin).
Ibnu Sa’ad berkata, “Zainab binti Khuzaimah ra. bin Al-Harits bin Abdullah bin ‘Amr bin Abdu Manaf bin Hilal bin ‘Amir bin Sha’sha’ah, beliau dikenal dengan gelar Ummul Masakin di zaman jahiliyah.
Kenapa Dikenal dengan Ummul Masakin?
Al-Balazary berkata, “Ummul Masakin adalah kun-yah bagi Zainab ra. di masa jahiliyah.” Al-Asqalany berkata, “Zainab memang dipanggil dengan sebutan Ummul Masakin di masa jahiliyah.”
Dalam sebuah riwayat Ath-Thabrany, beliau mengatakan, “Rasulullah saw. menikahi Zainab binti Khuzaimah Al-Hilaliyah ra., atau sering disebut dengan sebutan Ummul Masakin. Dikenal dengan sebutan itu, karena beliau banyak memberi makan orang-orang miskin.
Ibnu Katsir juga berkata, “Zainablah yang sering dikenal dengan sebutan Ummul Masakin. Itu karena beliau banyak bersedekah, dan berbuat baik kepada orang-orang miskin.”
Pernikahan Pertama
Zainab binti Khuzaimah ra. awalnya adalah isteri Ath-Thufail bin Al-Harits. Namun beliau menceraikannya. Kemudian beliau dinikahi saudara Ath-Thufail yang bernama Ubaidah bin Al-Harits ra., yang mati syahid di perang Badar.
Ubaidah bin Al-Harits ra. termasuk sahabat yang sangat pemberani. Beliau adalah salah satu dari tiga orang yang menantang pasukan Quraisy untuk adu satu lawan satu. Mereka bertiga adalah Hamzah bin Abdul Muthalib ra., Ali bin Abi Thalib ra., dan Ubaidah bin Al-Harits ra.
Dalam perang Badar, beliau terluka parah, hingga akhirnya mendapatkan kesyahidannya. Sepeninggal suaminya, Zainab ra. hidup sendiri di Madinah Al-Munawwarah. Tidak ada keluarga yang menafkahi beliau, atau saudara yang menanggung kebutuhan beliau. Hanya Allah swt yang menolongnya.
Kebahagiaan Saat Rasulullah saw. Menikahinya
Pada saat itu, memang terbukti bahwa Zainab ra. adalah orang yang sangat penyabar. Beliau tidak pernah mengeluh, padahal kesedihan bertubi-tubi menimpanya. Pertama, beliau diceraikan oleh suami pertamanya. Kedua, beliau ditinggalkan oleh suami keduanya, karena gugur sebagai syahid dalam perang Badar.
Sejak itulah beliau hidup dengan penuh kesabaran, sembari mengharap imbalannya di sisi Allah swt. Karena itulah Allah swt. membalas kesabarannya dengan kebaikan yang sangat besar. Hati Rasulullah saw. tersentuh dengan kondisi Zainab ra. yang selalu dirundung musibah dan kesedihan.
– Diceraikan suami pertamanya
– Suami keduanya pun meninggal dunia dengan syahid
– Beliau mandul, tidak mempunyai anak
– Tidak termasuk wanita cantik
– Tidak ada seorang sahabat pun yang melamar beliau, atau berusaha menghiburnya.
Sungguh banyak kesedihan yang menumpuk di hatinya. Tapi ternyata beliau tetap sabar, dan hanya mengharap balasan yang baik di sisi Allah swt. Beliau sama sekali tidak terpikir bahwa Rasulullah saw. akan mempersuntingnya.
Demikianlah, ternyata Rasulullah saw. menikahi beliau, bahkan mahar yang dibayar sebanyak 400 Dirham. Beliau juga dibangunkan rumah/kamar di sisi kamar Aisyah binti Abi Bakar Ash-Shidiq ra. dan Hafshah binti Umar bin Khattab ra. Hal itu Rasulullah saw. adalah seorang suami yang sangat penyayang. Beliau memberikan segenap kasih sayangnya kepada wanita yang selalu hidup menderita ini.
Para ulama berselisih pendapat tentang lama waktu kebersamaan Zainab ra. dan Rasulullah saw. Sebagian ulama mengatakan bahwa beliau hidup bersama Rasulullah saw. hanya dua atau tiga bulan, karena tak lama kemudian beliau meninggal dunia.
Beliau adalah satu-satunya isteri Rasulullah saw. yang meninggal di masa hidup Rasulullah saw. selain Ibunda Khadijah ra. Tak lama beliau hidup bersama Rasulullah saw. Dan karena pendeknya waktu itu, beliau tidak meriwayatkan sebuah hadits pun dari Rasulullah saw.
Imam Adz-Dzahaby mengatakan, “Tidak ada hadits yang beliau riwayatkan.”
Sedangkan Ath-Thabrany mengatakan, “Ummul Masakin meninggal dunia saat Rasulullah saw. masih hidup. Beliau hanya sebentar hidup bersama Rasulullah saw. Beliau meninggal dunia pada bulan Rabi’ul Akhir tahun 4 Hijriah, di Madinah.
Beliau meninggal dunia di usia yang masih sangat muda. Sebagian referensi mengatakan bahwa umur beliau saat itu sekitar 30 tahun.
Dengan demikian, boleh dikatakan bahwa beliau adalah isteri Rasulullah saw. yang pertama kali meninggal dunia di Madinah. Sebelumnya, lebih dahulu meninggal Khadijah ra. di Mekah.
Al-Baladzary mengatakan, “Rasulullah saw. menguburkannya di Baqi’, beliau jugalah yang mengimami shalat jenazahnya.” Semoga Allah swt. melimpahkan keridhaan-Nya dan menempatkannya di surga yang sangat lapang.
Kira-kira apa yang akan dikatakan oleh musuh-musuh Islam ketika mengetahui perihal pernikahan Rasulullah saw. kali ini? Rasulullah saw. menikahi wanita ini dengan sebuah tujuan yang sangat mulia. Kalau bukan karena itu, mengapa beliau menikahi seorang wanita yang sebelumnya sudah dua kali menikah, dan beliau menjadi orang yang ketiga? Apalagi beliau bukanlah termasuk wanita yang cantik.
Apa kira-kira yang akan dikatakan oleh kaum orientalis dan orang-orang yang sepaham dengan mereka? Apakah pada pernikahan beliau ini mereka mendapatkan celah untuk menjelek-jelek Rasulullah saw.? Apakah kali ini mereka bisa mengatakan bahwa sebab Rasulullah saw. banyak menikah karena syahwat beliau?
Yang terbukti adalah sebaliknya. Rasulullah saw. menikah karena beliau memiliki sikap mulia, kebersihan hati, kasih sayang, kebaikan, dan keutamaan. Beliau adalah utusan Allah swt. yang didatangkan untuk membawa rahmat bagi sekalian alam. Beliau adalah cahaya bagi seluruh manusia.
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Artinya, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Al-Anbiya: 107)
Namun seringkali kaum orientalis tidak bersikap obyektif. Kebanyakan mereka tidak menghormati integritas keilmuan. Demi agenda-agenda terselubung, mereka dengan mudah mengkhianati keilmuan mereka. Tujuan mereka datang ke dunia timur, dan mempelajari ilmu-ilmu ketimuran, benar-benar untuk merusak dan mencitrakan Islam dengan buruk. Termasuk di dalamnya, membuat buruk nama dan citra kepribadian Rasulullah saw.
Syukurlah, karena ternyata apa yang mereka kehendaki tidak terjadi, dan keinginan mereka tidak tercapai. Karena Rasulullah saw. demikan agung untuk mereka jelek-jelekkan. Orang yang yakin dengan keagungan beliau tidak akan percaya dengan apa yang mereka katakan. Mereka yakin bahwa semua itu hanyalah bohong dan sangkaan buruk yang tidak memberi keyakinan sama sekali.