Mukjizat Al-Quran

Share to :

PENGERTIAN MUKJIZAT ALQUR’AN

alhikmah.ac.id – Secara etimologi Kata I’jaz adalah isim mashdar dari ‘ajaza-yu’jizu-i’jazan yang mempunyai arti “ketidakberdayaan atau keluputan” (naqid al-hazm). Kata i’jaz juga berarti “terwujudnya ketidakmampuan”, seperti dalam contoh: a’jaztu zaidan “aku mendapati Zaid tidak mampu”.

Mukjizat secara istilah berarti penampakan kebenaran kerasulan nabi Muhammad SAW dalam ketidakmampuan orang Arab untuk menandingi mukjizat nabi yang abadi, yaitu al-Quran.

Atau perbuatan seseorang bahwa ia menjalankan fungsi ilahiyah dengan cara melakukan sesuatu di luar kebiasaan atau hukum alam dan membuat orang lain tidak mampu melakukannya.

Pendapat lain mengatakan tentang mukjizat:

هي أمر خارق للعادة مقرون بالتحدي سالم عن المعارضة يظهر على يد مدعي النبوة موافقاً لدعواه

Mukjizat adalah  Sebuah perkara luar biasa (khoriqun lil ‘adah) yang disertai tantangan (untuk menirunya), yang Selamat dari pengingkaran, dan muncul pada diri seorang yang mengaku nabi menguatkan /menyesuaikan dakwahnya.

Dari pengertian mukjizat di atas, maka ada beberapa syarat disebut mukjizat,yaitu :

1)      Hal yang di luar kebiasaan : seperti tongkat berubah ular, menghidupkan orang mati, dll

2)      Disertai Tantangan : untuk meniru, agar mereka yang ditantang merasa ‘tidak mampu’ untuk kemudian mengakui bahwa itu dari Allah SWT

3)      Selamat dari pengingkaran : artinya tantangan itu berupa sebuah tantangan yang layak bukan sesuatu yang tidak masuk akal. Misalnya : tantangan membuat Al-Quran untuk orang Arab yg berbahasa Arab, bukan untuk orang Jawa.

4)      Muncul dari Nabi : untuk menguatkan risalah kenabiannya, jika bukan dari nabi biasa disebut dengan Karomah.

PEMBAGIAN JENIS MUKJIZAT DAN HIKMAHNYA

Secara umum mukjizat dapat digolongkan menjadi dua klasifikasi, yaitu:

a)      Mu’jizat Indrawi (Hissiyyah)

Mukjizat jenis ini diderivasikan pada kekuatan yang muncul dari segi fisik yang mengisyaratkan adanya kesaktian seorang nabi. Secara umum dapat diambil contoh adalah mukjizat nabi Musa dapat membelah lautan, mukjizat nabi Daud dapat melunakkan besi serta mukjizat nabi-nabi dari bani Israil yang lain.

b) Mukjizat Rasional (’aqliyah)

Mukjizat ini tentunya sesuai dengan namanya lebih banyak ditopang oleh kemampuan intelektual yang rasional. Dalam kasus al-Quran sebagai mukjizat nabi Muhammad atas umatnya dapat dilihat dari segi keajaiban ilmiah yang rasional dan oleh karena itulah mukjizat al-Quran ini bias abadi sampai hari Qiamat.

HIKMAH PEMBAGIAN MUKJIZAT

Imam Jalaludin as-Suyuthi, berkomentar mengenai hikmah pembagian mukjizat tersebut  dimana beliau berpendapat bahwa kebanyakan maukjizat yang ditanpakkan Allah pada diri para nabi yang diutus kepada bani Israil adalah mukjizat jenis fisik.  Beliau menambahkan hal itu dikarenakan atas lemah dan keterbelakangan tingkat intelegensi bani Israil.

Sementara, sebab yang melatarbelakangi diberikannya mukjizat rasional atas umat nabi Muhammad adalah keberadaan mereka yang sudah relative matang dibidang intelektual. Beliau menambahkan, oleh karena itu al-Quran adalam meukjizat rasional, maka sisi i’jaznya hanya bisa diketahui dengan kemampuan intelektual, lain halnya dengan mukjizat fisik yang bias diketahui dengan instrument indrawi.

Meskipun al-Quran diklasifikasian sebagai mukjizat rasional ini tidak serta merta menafikan mukjizat-mukjizat fisik yang telah dianugerahkan Allah kepadanya untuk memperkuat dakwahnya.

PERBEDAAN MUKJIZAT QURAN DENGAN NABI-NABI SEBELUMNYA

Ada beberapa perbedaan besar antara mukjizat Al-Quran dengan mukjizat para Nabi-nabi sebelumnya, antara lain :

a)      Mukjizat Nabi sebelumnya bersifat fisik (hissiyah), maka habis sesuai dengan berlalunya zaman. Generasi setelahnya tidak lagi bisa menyaksikan mukjizat tersebut. Sementara Al-Quran adalah mukjizat yang terjaga, abadi dan berkelanjutan. Karenanya hingga hari ini masih banyak temuan-temuan tentang mukjizat Al-Quran.

b)      Mukjizat Nabi-nabi sebelumnya terfokus pada ‘penakjuban pandangan’, sementara mukjizat Al-Quran mengarah pada ‘pembukaan hati dan penundukan akal’, karena itu daya pengaruhnya lama dan bertahan. Sementara mukjizat ‘pandangan’ kadang begitu mudah terlupakan.

c)       Mukjizat Nabi sebelumnya di luar konteks isi risalah mereka dan tidak bersesuain, karena fungsinya utamanya hanya untuk menguatkan kenabian atau membuktikan bahwa mereka adalah utusan Allah SWT. Contoh : menghidupkan orang mati, tongkat menjadi ular, tidak ada hubungan langsung dengan isi kitab Taurat dan Injil. Sementara Al-Quran benar-benar mukjizat yang bersesuaian dan menguatkan isi risalah kenabian.

Picture of admin

admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sign up for our Newsletter