Oleh: Tim kajian dakwah alhikmah
alhikmah.ac.id – Anak merupakan salah satu kenikmatan di dunia. Dalam ayat disebutkan bahwa telah dihiasi kepada manusia kecintaan kepada wanita, anak-anak, dll. Menikah merupakan suatu hal yang sangat perlu disyukuri, begitu pula ketika dikaruniakan seorang anak.
Tanggung jawab dalam keluarga adalah sangat besar, baik di dunia ataupun di akhirat. Tanggung jawab seseorang setelah menikah adalah tidak terbatas, kedua orang tua mengemban tanggung jawab yang sangat besar bahkan sebelum kelahiran seorang anak. Akan tetapi banyak orang yang lalai akan tanggung jawab yang besar ini.
Ibnul Qayim mengatakan betapa banyak manusia yang menyengsarakan anaknya baik di dunia ataupun di akhirat dengan tidak memperhatikannya, menelantarkannya, bahkan terkadang membantu anaknya memuaskan hawa nafsu. Dia menganggap dengan hal tersebut sudah memuliakan anaknya, padahal dia telah menghinakan anaknya. Sehingga dia tidak merasakan manfaat kebaikan dari anaknya baik di dunia ataupun di akhirat.
Kejelekan yang terjadi pada anak kebanyakannya diakibatkan kesalahan pendidikan dari orang tua. Anak adalah amanah yang harus dijaga. Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kalian untuk menunaikan amanah kepada orang yang berhak menerimanya.”
Apabila orang tua menginginkan agar anaknya berbuat baik kepada kedua orang tua, maka sebelumnya merupakan kewajiban orang tua untuk memberikan pendidikan yang baik. Apabila anak tidak diberikan pendidikan dengan baik maka seseorang telah mengkhianati amanah tersebut.
Firman Allah dalam Al-Quran, “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu.”
Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasalam bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan ditanya dari apa yang dia pimpin. Seorang imam adalah pemimpin, dan dia akan dimintai dari apa yang dia pimpin. Dan seorang laki-laki adalah pemimpin keluarganya, dan dia akan ditanya dari kepemimpinannya tersebut. Dan seorang wanita adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya, dan dia akan ditanya mengenai kepemimpinannya tersebut. Setiap kalian adalah pemimpin dan akan ditanya mengenai kepemimpinannya tersebut.”
Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasalam bersabda, “Tidaklah seorang hamba diberikan kepemimpinan, kemudian dia meninggal dalam keadaan menipu dalam kepemimpinannya, maka dia akan diharamkan masuk surga.”
Ibu mengemban tanggung jawab yang terbesar dalam pendidikan anak. Sehingga merupakan salah satu bentuk melupakan amanah adalah apabila seorang ibu bekerja di luar rumah dan melupakan amanah pendidikan anak.
Pendidikan anak adalah suatu hal yang berat, membutuhkan siasat dan kesabaran. Karena tabiat atau karakter setiap anak berbeda-beda.
Anak pada asalnya berada di atas fitrah. Maka di pundak orang tua terdapat tanggung jawab yang sangat besar. “Setiap anak dilahirkan didalam keadaan fitrah, maka ke dua orang tuanya yang menjadikan anaknya beragama Yahudi, Nashrani, atau Majusi.”
Jalan-jalan yang ditempuh untuk membantu pendidikan anak
1. Memilih istri yang shalihah atau menjadi istri yang shalihah
Sejarah menunjukkan banyak laki-laki yang terpengaruh karena agama istrinya. Dikatakan dalam pepatah, “Laki-laki itu tergantung kepada agama istrinya”. Hal ini disebabkan suami yang karena cintanya kepada sang istri membuat dia berusaha untuk menuruti kemauan sang istri.
Atsar dari ulama salaf, “Wahai anakku janganlah kecantikan seorang wanita itu membuat kamu lupa menelusuri asal-usulnya, nasabnya, karena sesungguhnya menikahi wanita yang mulia adalah tangga menuju kemuliaan.” Walaupun nasab tidak berpengaruh secara langsung, tapi pada umumnya apabila merupakan keturunan dari keluarga yang baik maka diharapkan orang tersebut memiliki kemuliaan juga. Oleh karena itu Nabi dipilih dari nasab yang mulia, begitu juga istrinya.
Perkataan Abul Aswad, “Aku telah berbuat baik untuk kalian, pada waktu kalian masih kecil dan ketika kalian dewasa, bahkan ketika kalian belum lahir”, tanya anaknya, “Wahai Bapak, mengapa bisa demikian ?”, beliau menjawab, “Saya berbuat baik kepada kalian sebelum kalian lahir karena aku telah memilihkan seorang ibu yang kalian tidak pernah mencelanya.”
2. Berdoa agar diberikan keturunan yang shalih
Doa Nabi Zakaria, “Wahai Rabbku, karuniakanlah kepadaku dari sisi-Mu keturunan yang baik, sesungguhnya engkau Maha Mendengar Doa.”
Memperbanyak doa agar diberikan keturunan yang shalih, karena keshalihan seorang anak merupakan kehendak Allah. Tidak boleh menyandarkan kepada kemampuan orang tua saja dalam mendidik.
Salah satu doa dalam Al Quran, “Wahai Rabb kami, berikanlah kepada kami istri-istri kami dan anak-anak kami yang dapat menjadi penyejuk pandangan, dan jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”
3. Menyambut kelahiran anak
Mensyukuri kelahiran anak baik laki-laki atau perempuan, dan segala keadaannya. Bahkan walaupun dilahirkan dalam keadaan cacat, orang tua harus tetap mensyukurinya.
“Siapa yang diuji dengan anak-anak perempuan, kemudian dia berbuat baik kepadanya, maka anak-anak perempuan tersebut menjadi dinding antara dia dengan api neraka.” HR. Bukhari
“Tidaklah seseorang itu memiliki 3 anak perempuan, atau 3 saudara perempuan, atau 2 anak perempuan , atau 2 saudara perempuan, kemudian dia bertakwa kepada Allah terhadap mereka, dan berbuat baik terhadap mereka, kecuali dia akan dimasukkan ke dalam surga.”