alhikmah.ac.id – Santri itu bertanya kepada gurunya, “Guru… sesungguhnya bagaimana yang seharusya kita lakukan, jika lebaran baik idul adha atau idul fitri terjadi pada hari jum`at ? soalnya kemaren ada seseorang bapak yang bercerita kepada saya, bahwa ketika bapak yang tinggal di Jakarta itu pulang kampung, pas hari itu lebaran bertepatan dengan hari jumat ia bingung mau sholat jum’at karena masjid di kampungnya libur, maksudnya tidak mengadakan sholat jum’at, bahkan ketika itu ia bertemu dengan seseorang yang mestinya menjadi khotib jum`at di masjid kampung terdsebut, khotib itu bilang, “saya dihubungi oleh ta`mir masjid bahwa jumat ini libur alias tidak ada sholat jum’at”, begitu guru”.
Terus kamu bilang apa ? Tanya sang guru. Saya bilang , “Seingat saya, saya tidak pernah membaca hadits atau sejarah Rasul dimana beliau meliburkan sholat jumat”.
Jadi mestinya gimana guru ?
“Begini..” kata sang guru, ada satu riwayat hadits dari abu Hurairah yang bunyinya;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ قَدْ اجْتَمَعَ فِي يَوْمِكُمْ هَذَا عِيدَانِ فَمَنْ شَاءَ أَجْزَأَهُ مِنْ الْجُمُعَةِ وَإِنَّا مُجَمِّعُونَ / أبو داود
Dari Abi Hurairah r. dari Rasulullah saw bahwasanya beliau bersabda : “Telah terkumpul pada hari kalian ini dua `id (hari raya). Maka siapa yang mau cukuplah bagi dia shalat jum`at. Namum sungguhnya kami mememadukannya” . (HR. Abu Dawud)
Ada juga riwayat lain yang nyaris sama dari Ibnu Abbas ra.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ اجْتَمَعَ عِيدَانِ فِي يَوْمِكُمْ هَذَا فَمَنْ شَاءَ أَجْزَأَهُ مِنْ الْجُمُعَةِ وَإِنَّا مُجَمِّعُونَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ / ابن ماجة
Pada riwayat ini ada tambahan kata insya Allah, diriwayatkan oleh Ibnu Maajah
Gimana, Sudah mulai ada gambaran kan ? dua hadits diatas menjelaskan bahwa ketika lebaran terjadi pada hari jum`at, itu berarti ada dua hari raya pada satu hari; pertama lebaran, kedua sholat jum’at itu. Yang pada kedua-duanya disyareatkan ada khutbah. Nah, ketika hal ini terjadi berdasar pada riwayat ini maka dibolehkan bagi yang sudah menunaikan sholat id tidak mengikuti sholat jum’at. Namum para ahlul ilmi menegaskan ia tetap harus menunaikan sholat dhuhur dirumahnya.karena sholat dhuhur adalah satu kuwajiban tersendiri yang tidak boleh ditinggalkan. Jadi yang sudah sholat ‘id boleh tidak sholat jumat boleh juga tetap menunaikan sholat jum’at dan bagi yang tidak sholat jum`at tetap harus melakukan sholat dhuhur. Begitu nak..
Kalau Rasul sendiri gimana guru ? tanya santri itu. Seperti yang kamu simak, kan beliau mengatakan ‘Nahnu Mujammi`uun”- kami memadukannya, maksudnya beliau melakukan sholat jum`at juga. Dari sinilah terfahami bagi para imam dan khotib yang bertugas memimpin masyarakat menegakkan sholat jum`at ya harus melakukannya. Ntar kalo dia libur juga dan ada yang tidak ikut sholat ‘id di pagi harinya dia mau sholat jumatnya gimana? Kan dia masih wajib sholat jumat. Begitu nak.
Ada lagi nggak, riwayat lain yang lebih menegaskan hal ini, misalnya apa yang dilakukan para sahabat terdahulu guru ? santri itu kembali bertanya berharap lebih yakin. “Ada“ jawab sang guru,
Iyas bin Abi Ramlah Asy-Syami berkata :
« شهدت معاوية بن أبي سفيان وهو يسأل زيد بن أرقم قال: أشهدت مع رسول الله صلى الله عليه وسلم عيدين اجتمعا في يوم؟ قال: نعم، قال: فكيف صنع؟ قال: صلى العيد ثم رخص في الجمعة، فقال: من شاء أن يصلي فليصل، »
Aku menyaksikan Mu’awiyah bin Abi Sufyan sedang bertanya kepada Zaid bin Arqam, “Apakah engkau menyaksikan bersama Rasulullah saw ketika dua ‘Id terjadi bertepatan pada satu hari?” Zaid menjawab, “Ya.” Mu’awiyah bertanya lagi, “Bagaimana yang beliau lakukan?” Zaid menjawab, “Beliau mengerjakan shalat ‘Id kemudian memberikan rukhshah (keringanan) untuk shalat Jum’at. Beliau mengatakan, Barangsiapa yang hendak mengerjakan shalat (Jum’at), maka silakan mengerjakan shalat (Jum’at). ”
Ooo jadi begitu ya guru..tapi adakah riwayat yang menunjukkan bahwa beliau melakukan keduanya guru ? “Kamu ini memang santri yang baik, kalo nanya nggak habis-habis” komentar sang guru.
Ada riwayat Muslim dalam kitab Shahih-nya dari shahabat An-Nu’man bin Basyir :
أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يقرأ في صلاة الجمعة والعيد بسبح والغاشية، وربما اجتمعا في يوم فقرأ بهما فيهما
“Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dulu membaca dalam shalat Jum’at dan shalat ‘Id surat Sabbihis dan surat Al-Ghasyiyah. Dan terkadang ketika dua ‘Id tersebut bertemu/bertepatan dalam satu hari, maka beliau membaca dua surat tersebut dalam dua shalat (”Id dan Jum’at).
Gimana, dah jelas tho nak ? Berarti adanya informasi beliau membaca surah yang sama pada dua hari raya itu, maksudnya pada sholat ‘id dan sholat jumat yang terjadi pada hari yang sama, menunjukkan bahwa beliau melakukannya. Jadi kesimpulannya bagi yang bertugas memimpin sholat jumat tetap harus melakukannya, dan selain mereka namun dia telah melakukan sholat id punya dua pilihan; shoat jum`at lagi boleh gak juga boleh. Sudah ya.. guru segera jalan, ada pengajian ibu-ibu yang menunggu. Ya, guru, syukran katsiran, kata santri itu.