alhikmah.ac.id – Jurnalis Muslim adalah seorang pengemban dakwah bagi tersebarnya risalah Islam. Ketika media Islam memperjuangkannya, maka sudut pandang kebenaran Islam yang perlu dikedepankan. perlunya tanggungjawab yang tinggi menjadi seorang jurnalis Muslim. Demikian disampaikan Mohamad Fadhilah Zein, dalam talkshow yang diadakan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Dirosat Islamiyah (STID DI) Al-Hikmah, Jakarta, Ahad (23 Juni 2013) dengan tema; “Lejitkan Potensi Pemuda, Hadapi Dakwah Era Media.” “Cara pandang Islam yang perlu dihadirkan bukan malah menghadirkan sekulerisasi view,”ulas mantan produser TV One itu.
Selama 12 tahun berkecimpung sebagai praktisi media, ia menyadari bahwa seorang jurnalis yang mengusung ideologi Islam harus tarik menarik dengan kepentingan pemilik media. Hal semacam itu sudah jamak terjadi. Ia sendiri pernah mengalaminya walaupun tidak mendetil menceritakan kasus yang pernah dihadapinya. Karena itulah diperlukan kode etik sebagai jurnalis Islam dalam pemberitaan.
Ada empat sifat Rasulullah yang perlu dimiliki seorang jurnalis Muslim dan menjadikannya sebagai kode etik: tabligh, amanah, sidiq dan fathonah. Pemberitaan dituntut kejujuran dan secara lurus menjalankan tanggungjawab. Isu teroris menjadi isu yang santer di tengah masyarakat dan cenderung mendeskreditkan Islam.
“Pada pemberitaan kasus terorisme, yang paling disorot adalah soal jenggot, celana ngatung dan buku-buku didalam rumah si tersangka yang bertemakan jihad,” jelas pria yang saat ini sedang menyelesaikan tesisnya dalam jurusan Studi Ekonomi Islam, Universitas Ibnu Khaldun, Bogor itu
Kalaupun media yang ada saat ini mengusung keberimbangan dalam pemberitaan, sayangnya itu sering tidak diterapkan ketika menyentuh isu Islam. Fadhil mencontohkan tentang pemberitaan Front Pembela Islam (FPI).
“Kalaulah apa yang dilakukan FPI selama ini ada yang anarkis, tapi tolong berimbang juga dalam memberitakan bantuan yang dilakukan oleh FPI dalam bencana tsunami di Aceh dan tempat lainnya,”ulasnya. Hal-hal seperti itu yang tidak disorot oleh media umum. Berdasarkan pengalamannya selama ini, seorang jurnalis Muslim sering terbentur dengan kepentingan pemilik media. “Sehingga ia tidak bisa berbuat apa-apa,”ulas penulis buku “Kezaliman Media Massa terhadap Umat Islam” itu.
Ketidakberimbangan media dalam menyiarkan berita juga tampak dalam masalah keislaman. Ketika salah satu televisi swasta pernah secara spesifik menyebutkan bahwa Rohis-rohis SMU merupakan wadah dalam menghasilkan teroris.
Berita itu jika dianalisis, sangat menyudutkan umat Islam. Padahal hal itu belum terbukti kebenarannya, ujarnya.