alhikmah.ac.id – Di bawah nauangan pemandangan ini, disajikan sedikit sifat Allah yang sesuai dengan kedudukan yang tinggi. Diarahkanlah kaum mukminin pada konteks ini supaya mempersembahkan doa kepada-Nya serasa mempersembahkan doa kepada-Nya serasa mengesankan-Nya dan memurnikan ketaatan bagi-Nya. Dan, diisyaratkan wahyu yang memperingatkan hari pertempuran, pemutusan, dan pembalasa ketika kekuasaan, keperkasaan dan ketinggian hanya milik Allah .
وَ الَّذِي يُرِيكُمْ آيَاتِهِ وَيُنَزِّلُ لَكُم مِّنَ السَّمَاء رِزْقًا وَمَا يَتَذَكَّرُ إِلَّا مَن يُنِيبُ ﴿١٣﴾
فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ ﴿١٤﴾
رَفِيعُ الدَّرَجَاتِ ذُو الْعَرْشِ يُلْقِي الرُّوحَ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَن يَشَاء مِنْ عِبَادِهِ لِيُنذِرَ يَوْمَ التَّلَاقِ ﴿١٥﴾
يَوْمَ هُم بَارِزُونَ لَا يَخْفَى عَلَى اللَّهِ مِنْهُمْ شَيْءٌ لِّمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ ﴿١٦﴾
الْيَوْمَ تُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ ﴿١٧﴾
“Dan yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya dan menurunkan rezeki dari langit. Dan, tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah). Maka, sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya). (Dialah) Yang Mahatinggi derajat-Nya, Yang mempunyai ‘Arasy, Yang mengutus Jibril dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, supaya dia memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari Kiamat), (yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur), tiada suatu pun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lalu Allah berfirman), ‘Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini ?’ Kepunyaan Allah Yang Maja Esa lagi Maha Mengalahkan. Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberikan balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat depat hisabnya.” Al-Mu’min : 13-17).
“Dialah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya…”
Ayat-ayat Allah tampak pasa segala sesuatu di alam nyata ini, pada benda-benda yang besar seperti matahari, planet-planet, siang, malam, hujan, kilat, dan guruh. Ayat itu juga terdapat pada benda-benda kecil seperti atom, sel, dan molekul. Pada benda besar dan kecil terdapat yangda kekuasaan yang luar biasa. Kebesarannya tampak tatkala manusia berupaya untuk menundukkannya, bahkan menciptakannya. Tidaklah mungkin benda itu patuh secara total kepada makhluk yang paling krcil dan paling sederhana dari sekian makhluk yang diciptakan Allah di alam nyata ini.
“… Dan yang menurunkan rezeki untukmu dari langit..”
Manusia mengenalkan sebagai hujan yang menjadi pokok kehidupan di bumi ini, sarana makanan, dan minuman. Selain hujan, banyak ayat lain yang disikapkan manusia dari hari ke hari, di antaranya sinar kehudupan. Jika tidak ada sinar ini, maka takkan ada kehidupan di planet bumi ini. Mungkin termasuk kedalam rezeki juga berbagai risalah yang diturunkan, yang menuntun langkah manusia sejak kanak-kanak, lalu kakinya diayunkan di jalan yang lurus, dan ditunjukkan kemanhaj kehidupan yang mengantarkan kepada Allah dan kepada hukum-Nya yang kokoh.
“… Tifaklah mengambil pelajaran kecuali orang yang kembali (kepada Allah).” (al-Mu’min: 13)
Orang yang kembali kepada Rabbnya akan ingat akan aneka nikmat-Nya, ingat akan karunia-Nya, dan ingat akan ayat-ayat-Nya yang dilupakan oleh orang yang keras hatinya.
Melalaui penceritaan kembali dan kesadaran serta renungan sebagai pengaruh yang timbulkannya di dalam kalbu, Allah hendak mengarahkan kaum mukmin supaya mereka hanya memohon kepada-Nya dan memurnikan ketaata bagi-Nya semata, dan tidak menghiraukan kebencian kaum kafir, “Maka, beribadahlah kepada Allah dengan memurnikan penghambaan kepada-Nya, walaupun kaum kafir tidak menyukainya .” (al-Mu’min: 14 )
Kaum kafir tidak akan menyukai kaum mukmin yang memurnikan ketaatanya untuk Allah dan menyeru kepada-Nya semata, bukan kepada selain-Nya. Tidaklah diharapkan dapat menyenangkan mereka, meskipun kaum mukminin bersikap lembut kepada mereka, berdamai, atau melakukan hal-hal yang dapat menyenangkan mereka dengan berbagaui cara. Karena itu, lanjutkanlah aeah perjalanan kaum mukmin dengan meyeru Rabbnya semata, memurnikan akidah untuk-Nya, mengkonsentrasikan hati kepada-Nya, dan jangan dipersulit oleh karelaan atau kemurkaan kaum kafir, sebab mereka takkan pernah rela.
Kemudian dikemukakan sebagaian sifat Allah dalam konteks yang mengarah kaum mukmin supaya menyembah Allah Yang Esa, walaupun kaum kafir membencinya. Melalui sifat-sifat ini di ceritakan bahwa Allah Ta’ala, “Dialah Yang Mahatinggi derajat-Nya, Yang mempunyai ‘Arasy, Yang mengutus Jibril dengan membawa perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya..”
Hanya Allah Ta’ala yang memiliki ke agungan dan kedudukan yang tinggi. Dialah yang memiliki ‘Arasy, Yang berkuasa, dan Yang agung. Dialah yang menyampaikan perintah-Nya melalui ruh dan kalbu kepada hamba yang telah dipilih-Nya. Perintah merupakan kiasan dari wahyu dan rasulan. Pemakaian kiasan ini pertama-tama menerangkan hakikat wahyu ini, bahwa wahyu itu merupakan ruh dan kehidupan bagi manusia. Selanjutnya kiasan ini menerangkan bahwa wahyu diturunkan dari yang tinggi kepada hamba terpilih. Semua ini merupakan naungan yang serasi dangan sifat Allah Yang Mahatinggi dan Yang Mahaagung.
Tugas utama hamba yang dipilih Allah sehingga Jibril menyampaikan perintah itu kepadanya ialah memberi peringatan, “…supaya dia memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari Kiamat),” (al-Mu’min: 15)
Pada hari itu seluruh manusi bersua. Manusia bersua dengan amalnya sendiri yang telah dilakukan pada kehidupan dunia. Manusia, malaikat, jin, dan seluruh makhluk bertemu dan menyaksikan hari yang disaksikan itu. Seluruh makhluk bertemu dengan Tuhannya pada saat perhitungan. Itulah hari pertemuan dengan segala maknanya.
Kemudia hari pertemuan pu disebut hari ketika segalanya transparan, tanpa penghalang, tanpa pelindung, tanpa kepalsuan, dan tanpa tipuan, “(Yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur). Maka tiada suatu pun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah..”
Tidak ada sesuatu pun dari perkara mereka yang tersamar bagi Allah kapanpun dan dimanapun. Namun, diselain hari ini, mereka kadang beranggapan bahwa dirinya tidak terlihat atau perilaku dan dinamikanya tersamar. Namun, hari ini mereka merasa dirinya tersungkap. Mereka berdiri dalam keadaan telanjang, tanpa penutu[, bahkan penutup imajinaf sekalipun.
Pada hari itu kaum yang sombong terbongkar dan kaum yang tiran tersingkap. Seluruh yang maujud berdidi dengan khusu, seluruh hamba menunduk, dan tinggalah Pemilik segala kekuasaan, Yang Mahakuasa dengan segala kekuasaan-Nya. Dialah semata yang tetap demikian disetiap saat. Pada hari ini, kekuasaan-Nya terlihat nyata bagi semua mata, setelah sebelumnya Dia hanya tampak bagi para pemilik kalbu. Dia diketahui oleh setiap orang yang ingkar dan sirasakan oleh setiap orang yang congkak. Segala yang bersuara petah hanyalah suara keagungan yang memiriskan, yang bertanya dan menjawab. Pada hari itu, tiada yang bertanya dan menjawab di antara yang maujud kecuali Dia, “ … (Lalu Allah berfirman), ‘Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini ?’ Kepunyaan Allah Yang Maja Esa lagi Maha Mengalahkan. Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberikan balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat depat hisabnya.” Al-Mu’min : 16-17)
Hari itu adalah hari pembalasa yang hak. Hari itu adalah hari keadilan. Hari itu adalah hari ketetapan dan keputusaan tanpa penangguhan dan keterlambatan.
Hari itu diliputi dengan keagungan dan kebisuan. Tempat itu diselimuti kekhawatiran dan kekhusuan. Seluruh makhluk mendengar dengan khusu. Perkara pun diputuskan dan lemabaran perhitunganpun dilipat.
Naungan tersebut selaras dengan firman Allah tentang orang-orang yang mendebat ayat-ayat Allah pada permulaan surah, “Maka, janganlah kamu terperdaya oleh hilir-mudiknya mereka (dalam berniaga) ke berbagai negeri.” Inilah akhir dari dinamika di bumi, ke tinggian tanpa hak, kecongkakan, lesombongan, kekayaan, dan kesengan.
Konteks selanjutnya mengarahkan Rasulullah supaya memperingatkan kaumnya akan hari tersebut yang ada pada salah satu panorama Kiamat di mana ketetapan dan putusan hanya milik Allah, setelah hari itu disampaikan kepada mereka dalam bentuk kisah tanpa memfokuskan sapaan,
وَأَنذِرْهُمْ يَوْمَ الْآزِفَةِ إِذِ الْقُلُوبُ لَدَى الْحَنَاجِرِ كَاظِمِينَ مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلَا شَفِيعٍ يُطَاعُ ﴿١٨
يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ ﴿١٩
وَاللَّهُ يَقْضِي بِالْحَقِّ وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِهِ لَا يَقْضُونَ بِشَيْءٍ إِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ ﴿٢٠﴾
“Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari Kiamat yaitu) ketika hati (menyesak) samapai di kerpngkongan dengan menahan kesedihan. Orang-orang yang zalim tidak mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya. Dia menetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. Allah menghukum dengan keadilan. Dan, sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tiada dapat menghukum dengan suatu apapun. Sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. “ (al-Mu’min: 18-20)
Hari yang dekat dan segera ialah hari Kiamat. Kata azafah menggambarkan seolah-olah hari itu datang dengan derapnya. Karenanya, diri-diri berduka dan kebingungan. Seolah-olah kalbu yang bingung meloncat kekerongkongan. Mereka menahan marah atas dirinya sendiri, cita cita, dan atas segala yang dikhawatirkan. Penahan marah membuatnya berduka dan membabini dadanya, sedang mereka tidak menemukan teman akrab yang dapat mengasihinya. Tidak juga menemukan penolong yang memiliki kalimat bertuah pada situasi yang sulit dan susah itu.
Pada hari itu merekan tampak trasparan. Tiada satupun dari persoalan yang samar bagi Allah, termasuk lirikan mata pengkhianat dan rahasia hati yang tependam.
“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat san aoa yang disembunyikan oleh hati.” Al-Mu’min :19)
Mata yang berkhianat barupaya menyembunyikan pengkhianatannya, tetapi ia tetap diketahui Allah. Rahasia ygn tetutup disembunyikan dalam hati, tetapi ia terbukan bagi pengetahuan Allah.
Allah semata yang pada hari ini menetapkan keputusan dengan benar. Tuhan-tuhan yang diseru oleh mereka tidak memiliki arti, keputusan, dan ketetapan.
“Allah menghukum dengan keadilan. Dan, sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tiada dapat menghukum dengan suatu apapun..”
Allah memutuskan dengan benar melalu pengetahuan dan aneka informasi; melalui pendengaran dan penglihatan. Mak, Dia tidak menxalimi seorang pun dan tidak melupakan satu perkarapun. “.. Sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” Al-Mum’min: 20)