Oleh: Tim kajian dakwah alhikmah
alhikmah.ac.id – Pada momentum seperti ini, Bulan Rabi’ul Awwal, bahkan sudah keluar dari bulan ini sekalipun, peringatan maulid Nabi Muhammad saw terus berlangsung dan berkembang dari tahun ke tahun. Oleh karena Allah swt berkehendak memberi hidayah dan jalan hidup kepada manusia. Jalan hidup bagi orang yang sebelumnya salah jalan, kembali menuju cahaya, mewujudkan rasa aman, dan konsistensi hidup. Menjadi lebih baik di sisi Allah swt.
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” Al Jumu’ah:2
Sejarah mencatat, bahwa Muhammad hidup di dunia ini dalam rentang waktu yang relative singkat, enam puluh tiga (63) tahun. Dari usia itu, beliau mengalami masa kenabian atau diangkat menjadi nabi hanya dalam rentang waktu dua puluh tiga tahun (23).
Namun dalam waktu yang singkat itu beliau dengan misinya mampu merubah sejarah kehidupan manusia. Ajarannya berkembang di seantero pelosok bumi. Petunjuknya diikuti oleh milyaran orang. Bahkan pemeluk ajarannya kian bertambah pesat, tidak hanya dari keluarga muslim yang kian bertambah, namun juga dari non muslim yang kembali ke pangkuan Islam, setiap hari.
Setiap tahun ratusan juta menziarahi beliau dalam musim haji. Penduduk bumi di pelosok dengan beragam bahasa bershalawat atasnya. Salam kesejahteraan dan syukur untukmu wahai Rasulullah saw. –setelah syukur kita kepada Allah swt.- yang telah melepangkan jalan bagi manusia untuk mengetahui jalan hidup, jalan petunjuk, jalan keamanan dan keselamatan.
Meskipun begitu gamblang prestasi dan hasil perjuangan Muhammad saw. menggores sejarah kehidupan manusia, dengan tinta emas, namun pada momentum maulid ini masih banyak orang-orang yang tidak suka dengan beliau. Di bulan-bulan ini, masih diwarnai kedengkian dan permusuhan hebat dari orang-orang kerdil yang berani melecehkan beliau dan Islam. Terbaru, adalah dimunculkannya film Fitna di Belanda.
Tentu, pelecehan tersebut tidak akan mengurangi sedikitpun derajat beliau saw. di mata Allah swt. yang telah mengangkat beliau pada derajat kemulyaan. Tentu, perilaku orang kerdil yang berupaya melawan tokoh besar akan senantiasa gagal ditengah jalan. Meskipun cara-cara demikian akan senantiasa mereka lakukan, di setiap waktu dan tempat.
”Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” At Taubah:33
Bacalah sejarah, kalian akan melihat bahwa tiada seorang Nabi yang diutus di muka bumi ini, mereka mengajak manusia kepada jalan kebaikan dan petunjuk jalan hidup, pasti mereka mendapat penentangan dan permusuhan sangat keras.
”Dan demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” Al An’an:112
Namun usaha itu tidak mampu membendung merekahnya fajar, cahaya kebenaran, kesucian fitrah manusia, dan ketinggian akhlak. Mata mereka yang cacat tidak bisa menandingi sinar matahari yang benderang yang menerangi manusia dengan sinarnya.
Sekiranya mereka mengetahui tentang orang yang mereka perbincangkan, pasti mereka akan mengejek diri mereka sendiri dan mereka akan berada kembali di barisan orang-orang yang objektif. Mereka mau tidak mau akan mengatakan kebesaran dan kesempurnaan Muhammad saw. Jika tidak, sejarah pasti akan menjadi bukti kebohongan mereka.
Muhammad saw. akan tetap seperti gunung yang menjulang tinggi ke langit, dan akarnya menghunjam kuat di kedalaman bumi.
Sungguh benar ungkapan Abdullah bin Mubarak, ketika mendengar ada orang kerdil melecehkan iman Abu Hanifah, seorang imam besar,
”Wahai yang ingin Melampui gunung dengan ucapannya, boleh jadi kamu bisa melampui kepala manusia, namun tidak akan mampu menandingi tinggi dan tegarnya gunung!”. Allahu a’lam (dkwt)