Alhikmah.ac.id – Telah disebutkan berbagai hadist tentang keutamaan orang yang membaca Al-Qur’an dan menghapalnya. Orang yang hapal Al-Qur’an disebut qari’. Bentuk jama’nya adalah qurra’. Istilah lain untuk hapalan ialah al-jam’u.
Al-Bukhary meriwayatkan dari Qatadah, dia berkata, ‘’Aku pernah bertanya kepada Anas bin Malik tentang orang-orang yang hapal Al-Qur’an pada masa Rasulullah saw. Dia menjawab, ‘’Mereka ada empat orang , yang semuanya dari kalangan Anshar, yaitu Mu’adz bin jabal, Ubay bin ka’b, zaid bin Tsabit dan Abu Zaid (salah seorang paman Anas).
Dalam riwayat lain dari Anas, dia berkata, ‘’Rasulullah saw wafat, dan tidak ada yang hapaL Al-Qur’an kecuali empat orang saja, yaitu Abud-Darda’, Mu’adz bin Jabal Zaid bin Tsabit dan Abu Zaid.’’
Dalam dua riwayat ini ada kontrovensi, yang bisa dilihat dari dua sisi. Pertama, kejelasan penggunaan bilangan empat. Kedua penyebutan, Abud-Darda’ sebagian ganti dari Ubay bin Ka’b. Segolongan dari imam mengingkari pada pembatasan pada bilangann empat ini. Mereka menakwili perkataan Anas, bahwa dia mengucapkannya sebatas yang dia ketahui. Sebab kenyataannya mereka yang hapal Al-Qur’an jauh lebih banyak dari jumlah itu, seperti halnya Tsabit yang sudah bisa dipastikan. Al-Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Amr, dia berkata, ‘’Aku mendengar rasulullah saw bersabda, ‘’pelajarilah Al-Qur’an dari empat orang, yaitu dari Abdullah bin Mas’ud, Salim (Pembantu Abu Hudzaifah), Mu’adz dan Ubay bin ka’b.’’ Dua orang yang pertama ini berasal dari kalangan Muhajirin.
Hadist yang menyebutkan keutamaan empat orang Anshar ini tidak menafikan adanya orang lain di luar mereka pada saat itu yang juga hapal Al-Qur’an seperti halnya mereka.Sebab ada segolongan shabat lain yang juga hapal Al-Qur’an. Di dalam Ash-Shaih yang menyebutkan peristiwa Bi’r Ma’unah bahwa para shabat yang terbunuh di sana diisebut qurra’, yang jumlah meeka ada tujuh puluh orang.
Al-Qurthuby berkata dalam mengemontari perkataaan Anas di atas, ‘’Sewaktu perang Yamamah (perang melawan orang-orang murtad) ada tujuh puluh orang yang menghapal Al-Qyr’an yang terbunuh. Jumlah yang sama juga terjadi di Bi’r Ma’unah. Anas mengkhususkan pada empat orang , karena dia terlalu erat dengan mereka, sehingga dia membayangkan bahwa empat orang ini saja yang hapal Al-Qur’an dan tidak tahu yang lain.’’
Al-Hapizh Ibnu Hajar menjelaskan, bahwa maksud perkataan Anas itu ialah orang-orang dari Khazraj saja tampa Aus, seperti yang ditakhrij Ibnu Jarir darinya, dia berkata, Dua kelompok, Aus dan Khazra saling membanggakan diri. Aus berkata, ‘Di antara kami ada yang membuat ‘Arsy bergoncang, yaitu Sa’d bin Mu’adz Ada pula di antara kami yang mati syaidnya menyamai dua orang yaitu Khuzaimah bin Tsabit. Ada pula di antara kami yang jasadnya di lindungi sekawan lemah,yaitu Ashim bin Abu Tsabit.’ Lalu orang-orang Khzraj menimpali, ‘Di antara kami ada yang hapal Al-Qura’an, yang selain mereka tikak hapal’, lalu menyebutkan nama-nama.
Al-Habizh As Suyuthy menyebutkan nama seorang wanita yang hapal Al-Qur’an, yang tidak pernah di sebut seseorang pun yang membicarakan masalah ini. Dia adalah Ummu Waraqah binti Abdullah bin AL-Harits. Rasulullah saw pernah mengunjungi rumah wanita ini dan menyebutkan Syaidah (wanita yang mati syaid). Beliau juga pernah menyuruhnya untuk mengimami angggota keluarga di rumahnya, dan dia juga mempunyai seorang mu’adzin. Dia di bunuh pembantu laki-laki dan budak perempuannya pada zaman Umar bin Al-khatab. Lalu Umar berkata, ‘’Benar apa yang di sabdakan Rasulullah yang pernah bersabda , ‘Ayo kita pergi bersama mengunjungi syaidah.’ ‘’
Ibu Hajar berkata, ‘’Yang bisa di simpulkan dari beberapa hadist dapat diketahui bahwa Abu Bakar juga hapal Al-Qur’an pada masa Rasulullah saw. Di dalam Ash-Shaih di sebutkan bahwa dia membangun tempat khusus untuk sholat di serambi rumahnya, dan dia bisa membaca Al-Qur’an di tempat itu. Dia menghapal setiap kali ada ayat yang sudah diturunkan. Hal ini tidak terlalu mengherankan, mengingat semangat Abu Bakar untuk belajar Al-Qur’an dari nabi saw, untuk mendapatkan ketenangan batin, selagi beliau masih ada di Makkah. Apalagi Abu Bakar banyak bersama beliau. Sampai-sampai Aisyah berkata, ‘Beliau bisa mendatanginya pada pagi dan petang hari’. Disebutkan di dalam hadist shaih, ‘Yang menjadi imam bagi orang-orang ialah yang paling hapal kitab Allah’. Maka beliau menunjuk Abu Bakar sebagai imam bagi orang Muhajirin dan Anshar. Hal ini menunjukkan bahwa Abu Bakar adalah orang yang paling hapal Al-Qur’an daripada mereka.’’
Menurut As-Suyuthy, perkataan ini lebih dahulu di nyatakan Ibnu Katsir.
Menurut Ibnu Hajar, Ibnu Abu Daud mentakhrij dengan sanat hasan, dari Muhammad bin Ka’b Al-Qarzhy, dia berkata, ‘’Ada lima orang dari kalangan Anshar yang hapal Al-Qur’an semasa Rasulullah saw, yaitu Mu’adz bin Jabal, Ubadah bin Ash-Shamit, Ubay bin Ka’b, Abud-Darda ‘ dan Abu Ayyub Al-Anshary, ‘’ Di sini ada tambahan dari apa yang di sebutkan Anas, yaitu Ubadah dan Abu Ayyub.
Abu Ubaid menyebutkan di dalam bukunya, Al-Qira’at beberapa penghapal dari kalangan shabat. Maka dia membilang dari kalangan Muhajirin adalah empat khalifah, Thalhah, Sa’d, Ibnu Mas’ud, Hudzaipah, Salim, Abu hurairah, Abdullah bin As-Sa’ib, Abdalah, Aisyah, Hafshah dan Ummu Salamah. Ada pun dari kalangan Anshar ialah ubadah bin Ash-Shamit, Mu’adz yang di juliki Abu Halimah, Majma’ bin jariyah, Fadhalah bin Ubait, Maslamah bin Mukhllat. Dia juga menegaskan bahwa sebagian lain menyempurnakan hapalannya setelah nabi saw wafat.
As-Suyuthy berkata, ‘’Semacam Ibnu Abi Daut juga menyebutkan nama Tamim Ad-Dary dan Uqbah bin Amir. Disebutkan pula nama Abu Musa Al-Asy’ary seperti yang di sebutkan Abu Amr Ad-Dany.’’
Yang tidak perlu diragukan, para shabat yang hapal Al-Qur’an memang tidak sebanyak jumlah yang ada pada zaman sekarang. Tapi mereka mempelajari Al-Qur’an dan juga mengamalkan isinya. Karena itu Umar bin Khotab berkata, ‘jika seseorang hapal surat AL-Baqarah dan Ali Imran, maka dia mempunyai kedudukan tersendiri di mata kami.’
Ketika Umar mengkhatamkan hapalan surat Al-Baqarah maka dia menyembelih seekor unta, sebagai wujud rasa syukur kepada atas nikmat ini. Suatu kecil kami juga biasa mengadakan pertemuan dalam sebuah jamuan jika kami sudah selesai menghapalkan surat Al-Baqarah, dan kami menyebutnya ‘khataman kecil’, dan jika sudah hapal seluruh Al-Qur’an disebut ‘khataman besar’.
Hal ini tidak mengherankan. Abu Hurairah meriwayatkan dari Nabi SAW, beliau bersabda,
‘janganlah kamu sekalian menjadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan. Rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al-Baqarah tidak akan dimasuki setan.’ (diriwayatkan At-Tirmidzi).
Dari Umamah Al-Bahily, dia berkata, ‘aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,
‘bacalah surat Al-Baqarah, karena mengambilnya merupakan barakah dan meninggalkannya merupakan kerugian, dan pada tukang sihir tidak bisa berbuat apa-apa terhadapnya.’ (Diriwayatkan Muslim).
Ibnu Mas’ud berkata, ‘ Al-Qur’an ini merupakan perjamuan Allah. Siapa yang mampu mempelajari sebagain darinya, maka hendaklah dia melakukannya. Sesungguhnya rumah yang paling kosong dari kebaikan ialah yang di dalamnya tidak ada sedikitpun dari bacaan kitab Allah. Rumah yang di dalam nya tudak terdapat sedikit pun dari bacaan Kitab Allah, menyurupai rumah roboh yang tudak ada penghuninya. Sesungguhnya syetan keluar dari rumah yang darinya terdengar surah Al-Baqarah.
Ibunu Mas’ud juga berkata, ‘’Sesungguhnya segala sesuatu itu mempunyai bonggol. Ada pun bonggol Al-Qur’an adalah surah Al-Baqarah.’’