alhikmah.ac.id – Banyak orang tidak merasa nikmatnya kesehatan kecuali setelah sakit. Sementara ketika sehat seringkali seseorang lalai. Lalai akan agungnya Allah yang telah memberikan kesehatan, sehingga selama sehat justru semakin jauh dari Allah. Lalai akan kewajibannya kepada Allah, sehingga selama sehat banyak kewajiban yang diabaikan. Lalai akan dirinya, sehingga selama sehat banyak mengkonsumsi sesuatu yang terlarang dan menyebabkan datangnya penyakit. Satu contoh misalnya rokok. Semua dokter mengatakan bahwa rokok mengandung banyak penyakit. Di semua iklan ditegaskan bahwa rokok akan menyebabkan penyakit kanker dan kemandulan. Namun ternyata banyak orang sehat laki dan perempuan yang secara terang-terangan sengaja merokok. Padahal ketika penyakit menyerangnya ia tahu apa penderitaan yang harus ia rasakan. Inilah makna ungkapan pepatah Arab yang sangat terkenal : ash shihhatu taajun ‘alaa ruusil ashihhaa’ laa yadzuuquhuu illal mardha (kesehatan adalah mahkota di atas kepala orang-orang sehat yang tidak terasa kecuali ketika ia sakit).
Allah swt sangat sayang kepada makhluk-Nya. Maka seluruh yang Allah berikan untuk makhluk-Nya adalah yang terbaik (ath tahyyibaat). Dan seluruh yang tidak baik (al khabaaits) Allah haramkan. Allah haramkan khamr karena merusak akal. Dari sini kita tahu betapa Allah mengajarkan agar manusia selalu menjaga akalnya supaya tetap menjadi manusia yang normal. Allah haramkan zina, karena dari perzinaan nasab akan hilang, lebih dari itu perzinaan banyak menyebabkan timbulnya berbagai penyakit tidak hanya penyakit fisik tetapi lebih dari itu penyakit mental. Betapa banyak para pezina menjadi pembunuh. Itulah sebabnya mengapa dalam surah Al Isra’ Allah menggandengkan ayat larangan atas zina dengan ayat mengenai pembunuhan. Lain dari itu Allah haramkan babi sebab tugas babi bukan untuk dimakan, melainkan untuk menyerap bakteri dan kotoran. Itulah sebabnya mengapa babi suka makan yang kotor-kotor.
Namun sayangnya panduan keselamatan yang Allah ajarkan, seringkali diabaikan. Banyak orang tidak suka patuh kepada Allah. Padahal setiap ajaran Allah pasti benar dan pasti mengantarkan kepada kebahagiaan. Lebih-lebih akhir-akhir ini di saat materialisme menguasai jiwa manusia, iman kepada Allah semakin tipis. Manusia lebih suka bergantung kepada makhluk dari pada kepada Allah. Coba Anda tanya kepada orang-orang terdekat di sekitar Anda, siapakah yang pertama kali mereka ingat ketika sakit. Mereka rata-rata akan menjawab dokter. Dari sini nampak bahwa dokter seakan penyebab kesembuhan. Di manakah Allah asy syaafii dalam jiwa mereka? Apakah sampai sejauh ini manusia merendahkan Allah? Apakah sampai setingkat ini manusia merasa independent dari Allah?
Sungguh tidak mungkin bahagia manusia yang jauh dari Allah. Ingatlah bahwa ternyata sangat banyak contoh-contoh kelemahan manusia. Dan ini terasa ketika seseorang sakit. Satu contoh misalnya, saya ketika ditimpa radang pita suara, saya berkali-kali datang beberapa dokter spesialis THT. Penelitian mereka lakukan. Lalu mereka tentukan obat. Begitu obat saya konsumsi ternyata lambung saya terkena dampak obat tersebut. Seketika saya hentikan obat untuk radang pita suara. Saya segera ke dokter lain untuk mengobati lambung. Setelah lambung saya sembuh saya kembali mengkonsumsi obat untuk radang pita suara. Namun ternyata setelah sekian lama saya konsumsi obat sesuai yang ditentukan dokter, justru suara saya semakin hilang. Akhirnya saya lari ke dokter alternatif, akupunktur, tetapi hasilnya masih tidak ada. Alternatif lain saya datangi ahli refleksiologi, juga tidak ada hasilnya. Terakhir saya datangi dokter herbalist, dan sampai sekarang saya masih mengkonsumsi obat herbal. Namun juga belum nampak hasilnya.
Perhatikan apa yang saya dapatkan dari kenyataan ini adalah bahwa sungguh manusia sangat lemah. Dan penyakit yang Allah berikan tidak lain untuk mengingatkan hakikat kelemahan ini. Bahwa manusia harus selalu bergantung kepada Allah. Bahwa sebaik-baik hamba adalah yang paling banyak bergantung kepada Allah. Datangnya penyakit adalah salah satu tanda supaya seorang hamba semakin memperkokoh ketergantungannya kepada Allah. Bila ini yang disadari setiap orang yang sakit, sungguh lama kelamaan tidak ada di muka bumi ini orang berani melawan Allah. Karena paling tidak seseorang jika tidak terkena penyakit, minimal ia akan selalu melihat orang-orang yang sakit. Semuanya mengingatkan akan makna ini. Makna di mana seseorang benar-benar merasa dan yakin bahwa hanya Allahlah Penyembuh. Dokter dan obat yang ditentukan tidak pernah menjamin kesembuhan. Karena itu banyak upaya para dokter yang gagal. Bukankah sudah saatnya manusia selalu belajar dari setiap penyakit yang dirasakan dan yang disaksikan di sekitarnya? Wallahu a’lam bishshswab.