alhikmah.ac.id – Hari Kamis (26/03/2015) Dewan Kerja Sama Negara-Negara Arab Teluk (GCC) menggelar operasi militer bertajuk “Aashifatul Hazm” (Badai Penghancur) yang dipimpinan Arab Saudi menyerang pemberontak Syiah Hautsi (Syiah al-Houthi atau Hautsiyyun).
Operasi militer ini melibatkan negara Timur-Tengah. Antara lain; Arab Saudi, Mesir, Maroko, Yordania, Sudan, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar dan Bahrain.
Apa dan siapa pemberontak Syiah Al-Hautsiyyun (Syiah Al Houthi) hingga diserang koalisi Negara-negara Arab ini?
Seperti diketahui, Syiah Al-Hautsi (Syiah Al Houthi) adalah pemberontak Syiah yang berkembang di dataran Yaman Utara. Ia adalah pecahan sekte Syiah Zaidiyah, yang berpaham dan berakidah Imam Dua Belas (Syiah Imamiah-Iran).
Namanya kelompok ini dinisbahkan kepada pemimpin pemberontakan yang pertama, Husain Badruddin al-Hautsi. Karena itu, sering disebut Al-Hutsiyyun, Al Hautsi atau Al-Houthi.
Badruddin al-Hautsi yang dilahirkan yang dianggap sebagai bapak spiritual bagi kelompoknya ini lahir dan tumbuh di lingkungan sekte Zaidiyah untuk aliran al-Jarudiyah, yang merupakan aliran sekte Zaidiyah yang paling dekat dengan Rafidhah.
Selain Badruddin al-Hautsi, tokoh penting lain adalah Husain Badruddin al-Hautsi, anak tertua Badruddin al-Hautsi.
Dr. Raghib As Sirjani dalam ‘As-Syiah Nidhol am Dholal’ mengatakan, kisah berkembangnya pemberontak Syiah Al Hautsi di Yaman bermula di provinsi Sha’dah, (240 KM selatan Ibu Kota Yaman, Sana’a), tempat kelahiran Badruddin al Hautsi.
Pada tahun 1986 M, di Sha’ada, yang banyak sekali populasi orang-orang Zaidiyah terbentuklah “Ittihadus Syabab“, lembaga yang bertujuan mengedukasikan aliran Syiah.
Pemberontak Syiah Al Houthi membentangkan spanduk di Sana’a dengan gambar (dari kiri) pemimpin Houthi Abd Al-Malik Al-Houthi, Khomeini, pemimpin Syiah Hizbullah Hassan Nasrallah [jcpa.org]
Tahun 1990 M terjadi Wahdah Yamaniyah (Persatuan Yaman) dan era multi partai, hingga membuat “Ittihadus Syabab” berubah menjadi “Hizbul Haq” dan Husain Badruddin Al-Hautsi terpilih sebagai majelis perwakilan pada tahun 1993.
Seiring dengan itu berkembang konflik antara Husain Badruddin Al Hautsi dengan para ulama Syiah Zaidiyah Yaman. Badruddin menolak keras fatwa ulama-ulama Zaidiyah, dan ia cenderung pada Syiah Itsna ‘Asyariyah (Syiah Imamiyah).
Syiah Itsna ‘Asyariyah adalah cabang dari ajaran Syiah yang memiliki pengikut terbanyak. Mereka mengikuti ajaran yang disebut sebagai Syiah Imamiyah ini mempercayai bahwa mereka mempunyai 12 orang pemimpin, yang pemimpin pertamanya adalah Imam Ali ra. dan pemimpin terakhir mereka adalah Imam Mahdi Al-Muntazhar (Imam Mahdi yang ditunggu). Aliran Syiah inilah yang dianut oleh mayoritas rakyat Iran juga diikuti oleh orang-orang Syiah di Indonesia.
Konflik makin memanas ketika Badruddin Al Hautsi terang-terangan membela Syiah Itsna ‘Asyariyah dan menulis buku “Az-Zaidiyah Fii Al Yaman” yang mengulas hubungan dekat antara Syiah Zaidiyah dan Syiah Itsna ‘Asyariyah. Karena adanya perlawanan sengit terhadap pemikirannya yang menyimpang dari Zaidiyah, akhirnya dia terdesak dan hijrah menuju Teheran, dan menetap di Iran beberapa tahun hingga mendapatkan gelas magister hingga doctoral. Dia juga beberapa kali mengunjungi ‘Hizbullah’ di Libanon.
Pulang dari Iran banyak pikiran-pikirannya yang terpengaruh Revolusi Syiah Iran.
Dia kembali ke Sha’ada dan aktif menyampaikan ceramah pada pengikutnya. Gaya ceramahnya umumnya banyak menyerang, membangun ideologi dan ingin menguasai negara.
Dia bahkan membuat pasukan pendamping dengan alas an keamanan dirinya. Dalihnya, dirinya telah menjadi incaran Amerika Serikat (AS).
Ia memimpin pemberontakan pertama kali melawan pemerintah resmi Yaman dan terbunuh oleh militer Yaman tahun 2004 di usianya 46 tahun.
Sekedar catatam awal gerakan kelompok ini adalah paham Zaidiyah yang cenderung lembut dan dekat dengan Ahlus Sunnah, dan masih menghormati para sahabat Rasulullah dan tidak mencaci mereka.
Namun seiring dengan perkembangannya, gerakan Syiah Hautsi di Yaman (terutama saat dipimpin Badrudin Al Hautsi), paham ini cenderung berubah dan menyelisihi pendahulunya. Bahkan secara terang-terangan mencaci para sahabat dan mencela Sahabat- Sahabat Nabi sebagaimana yang dilakukan oleh penganut Syiah Itsna Asyariyah, umumnya Syiah di Iran.