Oleh: Tim kajian dakwah alhikmah
الحمد لله الذي بعث النبيين مبشرين ومنذرين وأنزل معهم الكتاب بالحق ليحكم بين الناس فيما اختلفوا فيه وما اختلف فيه إلا الذين أوتوه من بعد ما جاءتهم البينات بغيا بينهم فهدى الله الذين آمنوا لما اختلفوا فيه من الحق بإذنه والله يهدي من يشاء إلى صراط مستقيم
وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له كما شهد هو سبحانه وتعالى أنه لا إله إلا هو والملائكة وأولوا العلم قائما بالقسط لا إله إلا هو العزيز الحكيم وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الذي ختم به أنبياءه وهدى به أولياءه ونعته بقوله في القرآن الكريم لقد جاءكم رسول من أنفسكم عزيز عليه ما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين رءوف رحيم فإن تولوا فقل حسبي الله لا إله إلا هو عليه توكلت وهو رب العرش العظيم وصلى الله عليه وعلى آله أفضل صلاة وأفضل تسليم أما بعد….
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (102)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (6)
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا (59) إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ شَيْئًا (60)
alhikmah.ac.id – Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah….
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Rabb Semesta Alam, Tuhan Yang Maha Pengasih tanpa pilih kasih dan Tuhan Yang Maha Penyayang tanpa pandang sayang. Akhirnya, kita semua dalam hari yang mulya ini, hari yang penuh berkah ini dan hari yang agung ini, masih mampu merespon nida rabbani (seruan Allah) dalam surat Jumat ayat 9:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (9)
“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui.” (QS. Al-Jumu’ah: 9)
Semoga dengan limpahan karunia dan nikmat yang masih kita rasakan sampai saat ini, bisa kita jadikan kembali sebagai sarana kehidupan kita menuju penguatan kualitas ketakwaan, pengokohan keimanan yang bersemayam dalam diri kita dan untuk membangun amal-amal unggulan dalam lembaran sejarah kehidupan kita yang fana ini.
Dampak Teknologi Informasi
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah…..
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi, lembaran kehidupan manusia tidak pernah lepas dan selalu diwarnai nilai-nilai yang lahir dari produk-produknya seperti media elektronik, media komunikasi dan dunia maya; internet. Produk-produk ini menjadi aksesoris yang sangat penting, tidak hanya menghiasi rumah dan perkantoran, akan tetapi juga melekat dengan diri mereka. Bagi seorang muslim, semua ini harus bisa dijadikan sebagai sarana untuk membangun kesalehan diri, memperbaiki citra diri dan untuk mendayagunakan seluruh potensi yang dimilikinya. Sehingga masuk dalam katagori hadits Rasulullah SAW berikut ini:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ قَالَ هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ مِنْ حَدِيثِ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ. رواه الترمذي
Dari Abu Hurairah ra, berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Sebagian kebaikan Isalamnya seseorang bila meninggalkan apa-apa yang tidak berfaedah”. HR Imam At-Tirmidzi, hadits gharib.
Bahaya Televisi
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah…
Pertanyaannya; apakah produk-produk ini berbahaya bagi kehidupan kita? Apakah hal ini bertentangan dengan makan ibadah yang merupakan tujuan kehidupan ini? Dan apakah sangat bermanfaat bagi kita untuk memperkaya wawasan dan ilmu pengetahuan sepanjang kita bisa dan mampu mengelolanya? Coba kita renungkan sejenak hasil survey tayangan televisi:
“Benjamin Olken, ekonom dari MIT, beberapa tahun lalu pernah meneliti pengaruh televisi di kalangan rumah tangga Indonesia. Kita tahu bahwa pulau Jawa adalah daratan yang terdiri dari sejumlah gunung dan dataran tinggi. Akibatnya ada wilayah yang mendapatkan sinyal televisi bagus namun ada juga yang terperangkap bayangan dataran tinggi sehingga penerimaan sinyalnya terbatas.
Olken mensurvei lebih dari 600 desa di Jawa Timur dan Jawa Tengah serta membandingkan antara desa yang bisa menjangkau sedikit dengan desa yang bisa menerima banyak saluran televisi. Hasilnya cukup menarik. Setiap bertambah satu channel televisi yang bisa dilihat, maka rata-rata mereka menonton televisi lebih tujuh menit lebih lama. Ketika survei ini dilakukan, hanya ada 7 stasiun televisi nasional. Kalau survei tersebut dilakukan saat ini, bisa jadi waktunya akan bertambah besar.
Temuan lain yang tak kalah menarik adalah di pedesaan dengan penerimaan sinyal televisi yang lebih bagus menunjukkan adanya tingkat partisipasi kegiatan sosial yang lebih rendah. Artinya, orang lebih suka menonton televisi daripada terlibat dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan. Lebih dari itu, di pedesaan tersebut juga terlihat adanya tingkat ketidakpercayaan yang lebih tinggi di antara penduduk yang berakibat pada lesunya kerjasama perekonomian dan perdagangan.”(Pengaruh Televisi Bagi Masyarakat Indonesia, Nofie Iman)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah….
Kemajuan teknologi informasi bisa berdampak positif atau negative. Hal ini sangat tergantung pada penggunanya. Apakah mereka akan memanfaatkan sisi positifnya atau sebaliknya. Sebagaimana tergambar dari hasil survey di atas. Yaitu rendahnya tingkat partisipasi social dari orang-orang yang suka menonton televise karena terlalu banyak menghabiskan waktunya di depan televisi tanpa harus memilah dan memilih acara atau program yang bermanfaat.
Bisa kita simpulkan tentang bahaya televisi bila tidak dikelola dengan management yang islami sebagai berikut:
Pertama; sarana ghazwul fikri (perang pemikiran) dan merusak akhlak
Kedua; sarana sosialisasi budaya permisif, konsumtif, matrialis dan hedonis
Ketiga; sarana menghabiskan waktu untuk yang tidak berfaedah
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah….
Tiga hal ini bisa muncul bila yang mengelola media elektronik adalah orang yang hanya bertujuan untuk mengejar keuntungan tanpa memperhatikan sisi education. Dan juga orang-orang yang mempunyai tujuan untuk merusak moral anak bangsa dan menjauhkan pemuda dari nilai-nilai agama. Maka yang muncul di layar televisi, internet dan media elektronik lainnya, hanyalah program-program yang berbau pornografi, mendorong hubungan bebas, budaya hidup permisif dan matrialis. Coba kita renungkan apa yang pernah diserukan oleh Samuel Zuemer di hadapan para misionaris pada tahun 1935 di Al-Quds: “Tujuan kalian bukan untuk mengeluarkan mereka dari agamanya, akan tetapi memutuskan hubungan dari tali agama sehingga tidak memiliki ikatan akhlak yang kuat…”
Sikap Kita Terhadap televisi
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah…
Dalam mengisi kehidupan yang fana ini, perlunya kita memperhatikan kembali citra diri dan keluarga berkaitan dengan media elektronik. Karena bukan hanya diri kita yang dituntut untuk menjadi pribadi yang mempesona, akan tetapi juga istri dan anak-anak kita. Itulah yang ditegaskan Allah SWT dalam salah satu ayatnya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (6)
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahriim: 6)
Berangkat dari perenungan ayat ini, maka kita harus bersikap yang benar terhadap beragam tayangan televise. Agar kita benar-benar bisa menjaga diri dan keluarga kita dari hal-hal yang tidak berfaedah yang berujung pada kerugian besar. Semoga kita masih memiliki rasa malu dalam mensikapi berwarna-warni tayangan televisi. Tidak membiasakan menghabiskan waktu berjam-jam di depan TV tanpa memilah dan memilih program yang berfaedah dan bermakna bagi kehidupan keluarga. Wabil khusus berkaitan dengan anak-anak kita. Rasulullah SAW bersabda:
عن ابن مسعود مرفوعاً : (( الاستحياء من الله تعالى أنْ تَحْفَظَ الرَّأْسَ وما حَوَى ، وتَحفَظَ البَطنَ وما وَعَى ، ولْتَذْكُرِ الموتَ والبِلى، فمن فَعَل ذلك ، فقد استحيَى من الله حقَّ الحياء ))(رواه الترمذي) .
Dari Ibnu Mas’ud ra –secara marfu’-: “Rasa malu kepada Allah SWT bila kamu menjaga kepala dan isinya, perut dan yang di dalamnya dan hendaklah kamu mengingat kematian dan kehancuran. Maka barang siapa yang melakukan itu, sungguh dia telah memiliki rasa malu yang sebenarnya kepada Allah” HR Imam At-Tirmidzi
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah….
Jadi, yang perlu kita perhatikan pada tayangan dan program TV adalah:
Pertama; Memilah dan memilih program yang bermanfaat dan memiliki nilai education. Jangan sampai kita membiarkan diri kita larut dalam pilihan yang salah bahkan menjerumuskan anak-anak kita. Orang tua harus mendampingi anak-anak dalam menikmati tayangan TV. Tidak hanya mendampingi saja, tapi mengarahkan kepada hal-hal yang baik dan benar untuk masa depannya. Jangan sampai menjadi generasi yang mengabaikan ibadah dan mengikuti hawa nafsunya. Apalagi sangat banyak tanyangan sinetron yang tidak mendidik para pemuda, bahkan menjerumuskan mereka untuk mengikuti dan menteladani hal-hal yang mengarah pada dekadensi moral. Allah SWT berfirman:
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا (59) إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ شَيْئًا (60)
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan, Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, Maka mereka itu akan masuk syurga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun,” (QS. Maryam: 59-60)
Kedua; Memperhatikan waktu secara tepat. Jangan sampai ada satuan waktu yang berlalu tanpa ada satuan kebaikan yang terbangun. Jangan biarkan Waktu-waktu kita berlalu dengan tayangan-tayangan gossip, ghibah, pornografi dan pornoaksi.
إذا تكلمتَ فاذْكُر سَمعَ اللهِ لك ، وإذا سكتَّ فاذكر نظره إليك. )روي هذا القول عن أحمد بن منيع ، وروي عن الربيع بن خثيم ، وروي عن حاتم الأصم . انظر : سير أعلام النبلاء 11/485 ، وصفة الصفوة 3/68 و4/162(
Orang bijak berkata: “Apabila kamu bicara, ingatlah bahwa Allah SWT mendengar kamu dan apabila kamu diam, maka ingatlah bahwa Dia melihatmu.” (dari Imam Ahmad bin Mani’, Ar-Rabi’ bin Khutsaim dan Hatim Al-Asham, lihat Siar A’laam An-Nubalaa: 11/485, shifat Ash-Shofwah: 3/68 & 4/162)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah….
Semoga kita tetap istiqamah dan menjadi hamba-hambanya yang sholeh. Senantiasa mempesona dengan nilai-nilai Islam di hadapan Allah dan di hadapan manusia. Wallahu a’lam. (dkwt)