Silaturahim (Bagian 2)

Share to :

alhikmah.ac.id – Berikut ini hadits-hadits tentang silatur rahim:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ: اِحْفَظُوْا أَنْسَابَكُمْ تَِِِِِِِِِِصِلُوا أَرْحَاَمَكُمْ، فَإنَّهُ لاَ بُعْدَ بِالرَحِمِ إِذَا قَرُبَتْ، وَإِنْ كَانَتْ بَعِيْدَةً، وَلاَ قُرْبَ بِهَا إِذَا بَعُدَتْ، وَإِنْ كَانَتْ قَرِيْبَةً، وَكُلُّ رَحْمَةٍ آتِيَةٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَمَامَ صَاحِبِهَا، وَتَشْهَدُ لَهُ بِصِلَةٍ إِنْ كَانَ وَصَلَهَا، وَعَلَيْهِ بِقَطِيْعَةٍ إِنْ كَانَ قَطَعَهَا

1. Ibnu Abbas r.a. berkata, Rasulullah saw bersabda, “Jagalah nasab kalian akan tersambung kekerabatan kalian. Sesungguhnya tidak ada (kata) jauh bagi rahim jika (nasab) dekat, walaupun ia (nasab) itu sendiri jauh dan tidak ada kedekatan (rahim) jika (nasab) jauh walaupun ia (nasab) itu jauh. Setiap rahim akan datang pada hari Kiamat kepada si empunya dan menyaksikannya (telah) menyambung silatur-rahmi jika ia telah menyambungnya. Ia juga menjadi saksi bahwa ia telah memutuskannya jika memang telah memutuskannya.” [Al-Adab Al-Mufrid serta Syarahnya (1/256 hadits nomor 73) para perawinya Tsiqat. Di Al-Mustadrak diungkapkan dengan redaksi yang mirip. Al-Hakim berkata, “Shahih menurut kriteria Syaikhain namun salah satu dari keudnya tidak ada yang mengeluarkannya. Adz-Zahabi dalam At-Talkhis-nya tidak berkomentar tentang hadits tersebut. Sedangkan pada (4/161) ia berkata, “Shahih menurut kriteria Syaikhain dan Adz-Zahabi sepakat.”]

عَنْ عَمْرو بْنِ عَبَسَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: أَتَيْتُ رَسُوْلَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أَوَّلِ مَا بُعِثَ وَهُوَ بِمَكَّةَ، وَهُوَ حِيْنَئِذٍ مُخْتَفٍّ، فَقُلْتُ: مَا أَنْتَ؟ قَالَ: ” إِنِّي نَبِيٌّ ” قُلْتُ: وَمَا النَّبِيُّ؟ قَالَ: “رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ” قُلْتُ: بِمَا أُرْسِلْتَ؟ قَالَ: “بِأَنْ يُعْبَدَ اللهُ، وَتُكْسَرَ الأَوْثَانُ ، وَتُوْصَلَ الأَرْحَامُ بِالْبِرِّ وَالصِّلَةِ “

2. Amr bin Abasah ra berkata, “Aku mendatangi Rasulullah di permulaan diutusnya beliau kala beliau berada di Mekah. Saat itu beliau sedang bersembunyi. Aku tanyakan, “Kamu ini apa?” Beliau menjawab, “Aku nabi.” Aku tanyakan, “Apa itu nabi?” Beliau menjawab, “Utusan Allah.” Aku tanyakan lagi, “Dengan (misi) apa kamu diutus?” Beliau menjawab, “Agar Allah disembah, patung-patung dihancurkan, dan kekerabatan disambung dengan kebajikan hubungan.” [Al-Hakim (4/149) ia berkata, “Hadits ini shahih menurut kriteria Syaikhain namun keduanya tidak mengeluarkannya, Adz-Zahabi mengakuinya.”]

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رِجَالاً مِنَ الأَعْرَابِ لَقِيَهُ بِطَرِيْقِ مَكَّةَ، فَسَلَّمَ عَلَيْهِ عَبْدُ اللهِ، وَحَمَّلَهُ عَلَى حِمَارٍ كَانَ يَرْكَبُهُ، وَأَعْطَاهُ عِمَامَةً كَانَتْ عَلَى رَأْسِهِ. فَقَالَ ابْنُ دِيْنَارٍ: فَقُلْنَا لَهُ: أَصْلَحَكَ اللهُ إِنَّهُمُ الأَعْرَابُ وَإِنَّهُمْ يَرْضَوْنَ باِلْيَسِيْرِ. فَقَالَ عَبْدُ اللهِ: إِنَّ أَبَا هَذَا كَانَ وِدًّا لِعًمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، وَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُوْلَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: “إِنَّ أَبَرَّ الْبِرِّ صِلَةُ الْوَلَدِ أَهْلَ وِدِّ أَبِيْهِ “

3. Abdullah bin Umar meriwayatkan bahwa ia pernah menemui seorang Arab Baduwi di satu jalan di Mekah. Abdullah mengucapkan salam kepada mereka. Ia lalu membawa orang itu naik keledai yang tadinya dinaikinya dan memberi surban yang tadi berada di kepalanya. Ibnu Dinar berkata, “Kami berkata kepadanya, “Mudah-mudahan Allah memperbaikimu. Mereka itu orang-orang Arab Baduwi. Mereka terima barang sederhana itu.” Abdullah berkata, “Ayah orang itu dulu merupakan kekasih Umar bin Khatthab. Sedangkan aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya kebajikan paling baik adalah seorang anak menyambung hubungan dengan orang dekat ayahnya.” [Muslim, hadits no. 2552]

عَنْ أَبِي أَيُّوْبَ الأَنْصَارِي رَضِيَ َاللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ. قَالَ: “مَالُهُ مَالُهُ “. وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” أَرِبَ مَالُهُ تَعْبُدُ اللهَ ، وَلاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئاً، وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ “

4. Abu Ayyub Al-Anshari r.a. meriwayatkan, seseorang berkata kepada Nabi saw, “Katakan kepadaku tentang suatu amal yang memasukkanku ke surga.” Beliau menjawab, “Hak-Nya, hak-Nya.” Nabi melanjutkan, “Hak-Nya adalah agar kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan silatur-rahim.” [Bukhari, Fathul Bari III (1396) dengan redaksi miliknya. Muslim (14)]

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “إِنَّ اللهَ لَيُعَمِّرُ لِلْقَوْمِ الدِّيَارَ، وَيُثْمِرُ لَهُمُ الأَمْوَالَ، وَمَا نَظَرَ إِلَيْهِمْ مُنْذُ خَلَقَهُمْ بَغْضاً لَهُمْ” قِيْلَ: وَكَيْفَ ذَلِكَ يَا رَسُوْلَ اللهَ؟ قَالَ ” بِصِلَتِهِمْ لأَرْحَامِهِمْ”

5. Ibnu Abbas r.a. berkata, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah pasti akan memakmurkan negeri suatu kaum, membuat harta benda mereka berkembang, dan sejak menciptakan mereka tidak pernah melihat mereka dengan kemurkaan.” Ada yang bertanya, “Bagaimana itu terjadi, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Dengan silatur rahim mereka.” [Al-Hakim (4/336) dan ia berkata, “Hadits shahih gharib dan Adz-Zahabi sepakat. Haitsami berkata, “Diriwayatkan Thabrani dengan sanad hasan. Majma’ Az-Zawaid (8/152), Al-Munziri menukilnya di Targhib dan Tarhib (3/336), Haitsami juga menyebutkan teksnya]

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “إِنَّ الرَّحِمَ شَجِنَةٌ مُتَمَسِّكَةٌ بِالْعَرْشِ تَكَلَّمَ بِلِسَانٍ ذَلِقٍ، اَللَّهُمَّ صِلْ مَنْ وَصَلَنِي وَاقْطَعْ مَنْ قَطَعَنِي، فَيَقُوْلُ الله تَبَارَكَ وَتَعَالَي : أَنَا الرَّحْمَنُ الرَّحِيْمُ، وَإِنِّي شَقَقْتُ لِلرَّحِمِ مِنْ اِسْمِي. فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ، وَمَنْ نَكَثَهَا نَكَثْتُهُ

6. Anas ra berkata, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya rahim itu ikatan yang kokoh dengan Arasy yang berbicara dengan bahasa yang fasih, ‘Ya Allah, sambunglah orang yang menyambungku dan putuslah orang yang memutuskanku.’ Allah befirman, ‘Akulah Ar-Rahman dan Aku Ar-Rahim. Sesungguhnya Aku mengeluarkan (kata) rahim dari nama-Ku. Siapa menyambungnya Aku menyambungnya dan siapa memutusnya Aku juga memutusnya.” [Hadits ini mempunyai dasar di Bukhari, Al-Fath 10 (5988). Adabul Mufrid juz I hlm. 92-93 nomor hadiys 53, 54, 55. Majma’ Az-Zawaid (8/151). Sedangkan redaksi hadits di atas ada di kitab terakhir ini. Diriwayatkan Bazzar dengan sanad hasan. At-Targhib wa At-Tarhib (3/340), penulisnya berkata, “Hadits ini hasan dan ia didukung hadits berikutnya.”]

عَنْ أَبِّي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “إِنَّ اللهََ خَلَقَ الْخَلْقَ، حَتَّى إِذَا فَرِغَ مِنْ خَلْقِهِ قَامَتِ الرَّحِمُ فَقَالَتْ: هَذَا مَقَامُ الْعَائِذِ بِكَ مِنَ الْقَطِيْعَةِ، قَالَ نَعَمْ، أَمَّا تَرْضَيْنَ أَنْ أَصِلَ مَنْ وَصَلَكَ وَأَقْطَعَ مَنْ قَطَعَكَ ؟ قَالَتْ: بَلَي يَارَبِّ. قَالَ: فَذَاكَ لَكَ ” ثُمَّ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “اِقْرَءُوْا إِنْ }شِئْتُمْ  ûΒ ?èÿø¡Å‰ßr#( &rb ?squ9©ŠøêäL÷ )Îb ãt¡|ŠøFçOó ùsgy@ö #$!©%Ïïût &ér’9s»¯´Í7y ÈËËÇ &r‘ömy$Bt3äNö ru?è)sÜeÏèãqþ#( #${F‘öÚÇ &rùsxŸ ÈÌËÇ &r/öÁ|»tdèNö ru&rãôJy‘# ùs’r¹|J£S� /ö #$!ª 9sèyYogßNã { &r%øÿx$9ägy$! %è=èq>A ãt?n’4 &rQô #$9ø)� öäu#cš ƒtGt‰y/­ãrbt

7. Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk. Setelah selesai menciptakan, rahim berdiri dan berkata, ‘Inilah tempat orang yang berlindung kepada-Mu dari memutuskan hubungan.’ Allah menjawab, ‘Benar. Ridhakah kamu jika Aku menyambung orang yang menyambungmu dan memutuskan orang yang memutuskanmu.’ Ia menjawab, ‘Mau, wahai Tuhanku.’ Allah berfirman, ‘Itu menjadi milikmu.’ Setelah itu Rasulullah saw bersabda, “Jika kalian mau, bacalah…”Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka. Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (Muhammad: 22-24). [Bukhari, Fathul Bari I (5987). Muslim (2554). At-Targhib wa At-Tarhib (3/338,339)]

عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ: أَوْصَانِي خَلِيْلِي أَنْ لاَ تَأْخُذَنِي فِي اللهِ لَوْمَةُ لاَئِمٌ، وَأَوْصَانِي بِصِلَةِ الرَّحِمِ وَإِنْ أَدْبَرَتْ

8. Abu Dzar r.a. berkata, “Kekasihku (Rasullullah) berpesan kepadaku agar aku tidak menghiraukan cercaan orang yang mencerca. Dia juga berpesan agar aku bersilatur-rahim walaupun ia menjauhiku.”

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ أَبَا سُفْيَانَ بْنِ حَرْبٍ رَضِيَ الله عَنْهُ أَخْبَرَهُ: أَنَّ هِرَقْلَ أَرْسَلَ إِلَيْهِ فِي رَكْبٍ مِنْ قُرَيْشٍ، وَكَانُوْا تُجَّاراً بِالشَّامِ فِي الْمُدَّةِ الَّتِي كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (ماد…؟ ) فِيْهَا أَبَا سُفْيَانَ وَكُفَّارَ قُرَيْشٍ، فَأْتُوْهُ وَهُمْ بإِيِلِيَاءِ، فَدَعَاهُمْ فِي مَجْلِسِهِ وَحَوْلَهُ عُظَمَاءُ الرُّوْمِ، ثُمَّ دَعَاهُمْ وَدَعَا بِتُرْجُمَانِهِ فَقَالَ: أَيُّكُمْ أَقْرَبُ نَسَبًا بِهَذَا الرَّجُلُ الََّذِى يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ ؟ فَقَالَ أَبُوْ سُفْيَانَ: فَقُلْتُ: أَنَا أَقْرَبُهُمْ نَسَبًا. فَقَالَ أَدْنُوهُ مِنِّي، وَقَرِّبُوْا أَصْحَابَهُ فَاجْعَلُوْهُمْ عِنْدَ ظَهْرِهِ، ثُمَّ قَالَ لِتُرْجُمَانِهِ: قُلْ لَهُمْ إِنِّي سَائِلُ هَذَا الرَّجُلِ، فَإِنْ كَذَّبَنِي فَكَذِّبُوْهُ. فَوَاللهِ لَوْلاَ الْحَيَاءُ مِنْ أَنْ يَأْثِرُوْا عَلَيَّ كَذِبًا لَكَذَّبْتُ عَنْهُ .. الحديث وَفِيْهِ: مَاذَا يَأْمُرُكُمْ قُلْتُ :يَقُوْلُ: اعْبُدُوا اللهَ وَحْدَهُ وَلاَ تُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئًا، وَاتْرُكُوْا مَا يَقُوْلُ آبَاؤُكُمْ ، وَيَأمُرُنَا بِالصَّلاَةِ، وَالصِّدْقِ، وَالْعَفَافِ، وَالصِّلَةِ…)

9. Abdullah bin Abbas r.a. meriwayatkan bahwa Abu Sufyan bin Harb r.a. bercerita kepadanya, Hiraclius mengutus seseorang bersama kafilah Quraisy, mereka para pedagang yang berdagang ke Syam. Dan pada saat itu Rasulullah saw. berdamai dengan Abu Sufyan serta orang-orang kafir Quraisy. Mereka mendatangi Abu Sufyan kala mereka berada di Iliya’. Orang itu mengundang mereka agar datang di majelisnya sedangkan di sekitarnya terdapat para pembesar Romawi. Ia juga memanggil penterjemah lalu bertanya, “Siapakah di antara kalian yang lebih dekat nasabnya dengan orang yang mengaku nabi itu?” Abu Sufyan menjawab, “Akulah yang paling dekat nasabnya.” Orang itu berkata lagi, “Dekatkan ia denganku.” Mereka mendekatkan Abu Sufyan dan dekatkan pula sahabat-sahabatnya, lalu tempatkan mereka di belakangnya. Orang itu berkata kepada para penerjemahnya, “Katakan kepadanya, aku akan bertanya kepada orang tersebut. Kalau ia berdusta, dustakan dia.” Demi Allah, seandainya bukan karena rasa malu hingga membuat mereka mengalamatkan dusta kepadaku, pastilah aku akan berbohong tentang dirinya. (Al-Hadits). Di hadits itu juga diceritakan, “Kalian diperintah apa olehnya?” Ia menjawab, “Sembahlah Allah dan sekutukan Dia dengan suatu apapun, juga tinggalkan apa yang dikatakan oleh nenek moyang mereka. Ia juga memerintahkan agar kami melakukan shalat, jujur, menjaga iffah, dan silatur-rahim.”

عَنْ أُمِّ رُوْمَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: بَيْنَ أَنَا عِنْدَ عَائِشَةَ إِذْ دَخَلَتْ عَلَيْنَا امْرَأَةٌ مِنَ الأَنْصَارِ، فَقَالَتْ: فَعَلَ الله بِاِبْنِهَا وَفَعَلَ. قَالَتْ عَائِشَةُ: وَلِمَ ؟ قَالَتْ: إِنَّهُ كَانَ فِيْمَنْ حَدَّثَ الْحَدِيْثَ . قَالَتْ عَائِشَةُ: وَأَىُّ حَدِيْثٍ؟ قَالَتْ: كَذَا وَكَذَا. قَالَتْ: وَقَدْ بَلَغَ ذَلِكَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَتْ: نَعَمْ قَالَتْ: وَبَلَغَ أَبَا بَكْرٍ؟ قَالَتْ: نَعَمْ. قَالَتْ: فَخَرَّتْ عَائِشَةُ مَغْشِيًّا عَلَيْهَا فَمَا أَفَاقَتْ إِلاَّ زَائِدَةً وَعَلَيْهَا حُمَي بِنَافِضٍ قَالَتْ: فَقُمْتُ فَدَثَّرْتُهَا. قَالَتْ: وَدَخَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: ” مَا شَأْنُ هَذِهِ” ؟ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَخَذَتْهَا حُمَي بِنَافِضٍ. قَالَ: “لِعِلَّةٍ فِي حَدِيْثٍ تَحَدَّثَ بِهِ”. قَالَتْ: فَاسْتَوَتْ لَهُ عَائِشَةُ قَاعِدَةً .قَالَتْ: وَالله لَئِنْ حَلَفْتُ لَكُمْ لاَ تُصَدِّقُوْنِي، وَلَئِنْ اعْتَذَرْتُ إِلَيْكُمْ لاَ تَعْذُرُوْنِي، فَمَثَلِي وَمَثَلُكُمْ كَمَثَلِ يَعْقُوْبَ وَبَنِيْهِ، وَاللهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُوْنَ. قَالَتْ: وَخَرَجَ رَسُوْلُ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَتْ: وَأَنْزَلَ اللهُ عُذْرَهَا، فَرَجَعَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَهُ أَبُوْ بَكْرٍ فَدَخَلَ فَقَالَ: ” يَا عَائِشَةَ إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ أَنْزَلَ عُذْرَكِ ” . قَالَتْ: بِحَمْدِ اللهِ لاَ بِحَمْدِكَ. قَالَتْ: قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ لَهَا: تَقُوْلِيْنَ هَذَا رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟ قَالَتْ نَعَمْ. فَكَانَ فِيْمَنْ حَدَّثَ الْحَدِيْثَ رَجُلٌ كَانَ يَعُوْلُهُ أَبُوْ بَكْرٍ، فَحَلَفَ أَبُوْ بَكْرٍ، أَنْ لاَ يَصِلَهُ، فَأَنْزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ  (النور /22) إلي آخر الآية .{ ولا يأتل أولوا الفضل منكم والسعة } قَالَ أَبُوبَكْرٍ : بَلَي فَوَصَلَهُ )

10. Ummi Ruman r.a. berkata, “Ketika aku berada di tempat Aisyah, tiba-tiba seorang perempuan Anshar masuk lalu berkata, bahwa Allah telah memperlakukan sesuatu kepada anaknya.” Aisyah berkata, “Mengapa?” Wanita itu menjawab, “Orang itu (anaknya) termasuk yang meriwayatkan hadits…” Aisyah bertanya, “Hadits apa?” orang itu menjawab, “Hadits yang itu.” Aisyah bertanya, “Apakah berita ini sampai kepada Rasulullah?” Orang itu menjawab, “Sudah.” Ia bertanya lagi, “Apakah juga kepada Abu Bakar?” Ia menjawab, “Benar.” Lalu Aisyah jatuh pingsan. Itu tidak kunjung siuman kecuali menderita demam dan kejang-kejang. Ummi Ruman berkata, aku bangun dan menyelimutinya. Kemudian Rasulullah saw. masuk dan bertanya, “Kenapa dia?” Ia menjawab, “Ya Rasulullah, ia terkena demam kejang-kejang.” Beliau bersabda, “Karena ada cacat hadits yang dibicarakannya.” Ummu Ruman berkata, lalu Aisyah duduk tegak seraya berkata, “Demi Allah, kalau aku bersumpah di hadapan kalian pastilah kalian tidak percaya kepadaku dan jika aku meminta izin kepada kalian pastilah kalian tidak memberi izin kepadaku. Perumpamaan aku dengan kalian seperti Ya’qub dan anak-anaknya. Allah Tempat meminta pertolongan atas apa yang kalian katakan.” Lalu Rasulullah saw. keluar lalu turunlah ayat yang memberinya izin. Rasulullah lalu kembali bersama Abu Bakar seraya berabda, “Hai Aisyah, Allah telah menurunkan ayat tentang izinmu.” Ia berkata, “Dengan memuji Allah dan bukan memujimu.” Ia bercerita, kemudian Abu Bakar berkata, “Apakah kamu mengatakan hal ini kepada Rasulullah?” Ia menjawab, “Benar.” Maka yang termasuk orang yang menyampaikan hadits adalah orang yang pernah dipelihara Abu Bakar. Abu Bakar kemudian bersumpah untuk tidak bersilatur-rahim dengannya. Lalu turunlah ayat, “Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (An-Nur: 22). Abu Bakar berkata, “Benar, lalu bersilatur-rahmi dengannya.”

عَنْ مَالِكِ بْنِ رَبِيْعَةَ السَّاعِدِيّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قال: بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِي سَلَمَةَ. فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، هَلْ بَقِيَ مِنْ بِرِّ أَبَوَيَّ شَيْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِمَا؟ قَالَ: ” نَعَمْ، الصَّلاَةُ عَلَيْهِمَا، الاِسْتِغْفَارُ لَهُمَا، وَإِنْفَاذُ عُهُوْدِهِمَا، وَإِكْرَامُ صَدِيْقِهِمَا، وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّذِى لاَ رَحِمَ لَكَ إِلا مِنْ قِبَلِهِمَا “

11. Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi r.a. berkata, “Ketika berada bersama Rasulullah tiba-tiba seseorang datang Bani Salamah lalu berkata, “Ya Rasulullah, apakah masih ada sisa kebaikan orang tuaku yang perlu aku lakukan sepeninggal mereka?” Beliau menjawab, “Ada. Berdoa untuk mereka, meminta ampunan untuk mereka, melaksanakan janji mereka, memuliakan teman-teman mereka, dan bersilatur-rahim dengan orang yang tidak ada hubungan keluarga selain melalui mereka.”

عَنْ أَبِي كَبْشَةَ الأَنْمَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: إِنَّهُ سَمِعَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ :” ثَلاَثَةٌ أُقْسِمُ عَلَيْهِنَّ وَأُحَدِّثُكُمْ حَدِيْثًا فَاحْفَظُوْهُ، قَالَ: مَا نَقَصَ مَالُ عَبْدٍ مِنْ صَدَقَةٍ، وَلاَ ظُلِمَ عَبْدٌ مَظْلَمَةً فَصَبَرَ عَلَيْهَا إِلاَّ زَادَهُ اللهُ عِزًّا، وَلاَ فَتَحَ عَبْدٌ بَابَ مَسْأَلَةً إِلاَّ فَتَحَ اللهُ لَهُ بَابَ فَقْرٍ – أَوْ كَلِمَةٌ نَحْوَهَا – وَأُحَدِّثُكُمْ حَدِيْثًا فَاحْفَظُوْهُ، قَالَ : إِنَّمَا الدُّنْيَا لأرَبَعَةِ نَفَرٍ: عَبْدٌ رَزَقَهُ الله مَالاً وَعَمَلاً فَهُوَ يَتَّقِي فِيْهِ رَبَّهُ وَيَصِلُ فِيْهِ رَحِمَهُ. وَيَعْلَمُ للهِ فِيْهِ حَقًّا. فَهَذَا بِأَفْضَلِ الْمَنَازِلِ. وَعَبْدٌ رَزَقَهُ الله عَزَّ وَجَلَّ عِلْمًا وَلَمْ يَرْزُقُهُ مَالاً فَهُوَ صَادِقُ النِّيَةِ يَقُوْلُ: لَوْ أَنَّ لِي مَالاً لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلاَنٍ، فَهًوَ بِنِيَّتِهِ فَأَجْرُهُمَا سَوَاءٌ، وَعَبْدٌ رَزَقَهُ اللهُ مَالاً وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا وَهُوَ يُخْبِطُ فِي مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ لاَ يَتَّقِي فِيْهِ رَبَّهُ وَلاَ يَصِلُ فِيْهِ رَحِمَهُ، وَلاَ يَعْلَمُ للهِ فِيْهِ حَقًّا، فَهَذَا بِأَخْبَثِ الْمَنَازِلِ. وَعَبْدٌ لَمْ يَرْزُقْهُ الله مَالاً وَلاَ عَمَلاً، فَهُوَ يَقُوْلُ لَوْ أَنَّ لِي مَالٌ لَعَمِلْتُ فِيْهِ بِعَمَلٍ فُلاَنٍ فَهُوَ بِنِيَتِهِ فَوِزْرُهًمَا سَوَاءٌ “

12. Abu Kabsyah Al-Anmari r.a. berkata, ia pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Ada tiga hal yang aku bersumpah untuk hal itu dan aku sampaikan kepada kalian, maka peliharalah: Tidaklah harta hamba berkurang karena sedekah, tidaklah seorang tertimpa suatu kezhaliman kemudian ia bersabar kecuali Allah akan tambah kemuliannya kepadanya, dan tidaklah seorang hamba membuka pinta meminta-minta kecuali Allah akan bukakan untuknya pintu kemiskinan. Atau kata-kata lain seperti itu. Aku sampaikan pesan kepada kalian, peliharalah.” Beliau melanjutkan, “Dunia ini untuk empat kelompok: (1) Seorang hamba yang dikarunia harta dan amal, maka orang itu bertakwa kepada Tuhannya atas harta dan bersulatur-rahmi. Ia juga mengetahui bahwa Allah punya hak terhadap hartanya. Inilah kedudukan paling mulia. (2) Seorang hamba dikaruniai ilmu namun tidak dikaruniai harta. Orang itu jujur dengan niatnya ketika mengatakan, ‘Kalau saja aku punya harta, tentu aku akan melakukan amal sebagaimana orang itu. Dengan niatnya itu pahala mereka bedua sama. (3) Seorang hamba yang dikaruniai harta namun tidak dikarunia ilmu. Ia merusak harta tanpa ilmu. Tidak bertakwa kepada Allah atas hartanya dan tidak bersilatur-rahim serta tidak tahu bahwa Allah mempunyai hak atas hartanya. Ini kedudukan terburuk. (4) Seorang hamba yang tidak dikaruniai harta maupun ilmu. Ia pernah berkata, ‘Seandainya aku mempunyai harta, pasti aku akan melakukan seperti yang dilakukan orang itu (perbuatan buruk). Maka dengan niatnya itu dosa mereka berdua sama.”

عَنْ سَلْمَانَ بْنِ عَامِرٍ رَضِيَ الله عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “إِنَّ الصَّدَقَةَ عَلَي الْمِسْكِيْنِ صَدَقَةٌ، وَعَلَي ذِيْ الرَّحِمِ اثْنَتَانِ : صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ

13. Salman bin Amir r.a. berkata, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya sedekah yang diberikan kepada orang miskin hanya satu sedekah. Sedangkan yang diberikan kepada keluarga terdapat dua pahala: sedekah dan silatur-rahim.”

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهُ: “صِلَةُ الرَّحِمِ وَحُسْنُ الْجِوَارِ، أَوْ حُسْنُ الْخُلُقِ يَعْمُرَانِ الدِّيَارَ، وَيَزِيْدَانِ فِي الأَعْمَارِ”

14. Aisyah r.a. berkata, “Silatur-rahim dan berbuat baik kepada tentangga, atau atau akhlak yang baik akan memakmurkan negeri dan menambah usia.”

عَنْ أَسْمَاءَ رَضِيَ الله عَنْهَا قَالَتْ قَدَمْتُ أُمِّي وَهِيَ مُشْرِكَةٌ فِي عَهْدِ قُرَيْشٍ وَمُدَّتِّهِمْ، إذْ عَاهَدُوا النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَ أَبِيْهَا، فَاسْتَفْتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ: إِنَّ أُمِّي قَدَمَتْ وَهِيَ رَاغِبَةٌ ( يَعْنِي فِي صِلَتَِها ) قَالَ: ” نَعَمْ، صِلِي أُمَّكِ “

15. Asma’ r.a. berkata, “Aku datang kepada ibuku yang musyrik, ia berada pada kekuasaan orang-orang Quraisy ketika mereka mengadakan perjanjian dengan Nabi bersama ayahnya. Aku meminta fatwa kepada Nabi, “Ibuku datang dan sangat berharap (yakni silatur-rahim).” Beliau bersabda, “Bersilatur-rahimlah kepada ibumu.”

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ شَيْءَ أُطِيْعُ اللهَ فِيْهِ أَعْجَلُ ثَوَاباً مِنْ صِلَةِ الرَّحِمِ، وَلَيْسَ شَيْءَ أَعْجَلُ عِقَاباً مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيْعَةِ الرَّحِمِ، وَالْيَمِيْنُ الفَاجِرَةُ تَدَعُ الدِّيَارَ بلاقع ..

16. Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada yang lebih besar ketaatannya kepada Allah dan lebih disegerakan pahalanya selain silatur-rahim, tidak ada yang lebih disegerakan hukumannya selain pembangkangan dan memutuskan silatur-rahim, dan sumpah jahat membuat negeri….”

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرُو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهِ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ. وَلَكِنَّ الوَاصِلَ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا”

17. Abdullah bin Amr bin ‘Ash r.a. berkata, Rasulullah saw bersabda, “Bukanlah orang yang menyambung silatur-rahim itu yang memberi, tapi orang yang menyambung silatur-rahim adalah yang jika diputus rahimnya ia menyambung.”

: ” منrعن علي ـ رضي الله عنه ـ قال : قال رسول الله  سره أن يمد له في عمره ويوسع له في رزقه ، ويدفع عنه ميتة السوء ، فليتق الله ، وليصل رحمه “

18. Ali r.a. berkata, Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang senang dipanjangkan umurnya, diluaskan rezekinya, dan dijauhkan dari kematian yang buruk, hendaknya ia bertakwa kepada Allah dan bersilatur-rahim.”

19. Abdullah bin Salam r.a. berkata, ketika Nabi sampai ke Madinah, orang-orang berbondong-bondong menuju beliau. Ada juga yang meriwayatkan, Rasulullah sudah sampai ke Madinah sejak tiga hari. Aku datang untuk melihatnya. Ketika wajahnya telah jelas, aku tahu bahwa wajah beliau bukan wajah pendusta. Hal pertama yang aku dengar darinya adalah saat beliau mengatakan, “Hai sekalian manusia, sebarkan salam, beri makan (orang miskin), bersilatur-rahimlah, dan shalatlah di malam hari saat orang-orang sedang tidur, niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat.”

20. Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya memuliakan tetangganya. Siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya bersilatur-rahim. Dan siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendanya ia berkata baik atau diam.”

21. Seseorang dari Khaitsam meriwayatkan, aku datang menemui Nabi saw. yang kala itu beliau sedang bersama beberapa orang sahabatnya. Aku katakan, “Kamukah orangnya yang mengaku sebagai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Benar.” Ia berkata lagi, “Ya Rasulullah, amal apakah yang paling dicintai Allah.” Beliau menjawab, “Beriman kepada Allah.” Aku katakan, “Ya Rasulullah, lalu apa lagi?” Beliau menjawab, “Kemudian silatur-rahim.” Aku katakan, “Ya Rasulullah, lalu apa lagi?” Beliau menjawab, “Kemudian amar ma’ruf nahi mungkar.” Aku tanyakan, “Perbuatan apa yang paling dibenci Allah?” Beliau menjawab, “Menyekutukan Allah.” Aku tanyakan, “Lalu apa lagi?” Beliau menjawab, “Memutuskan silatr-rahmi.” Aku tanyakan lagi, “Apa lagi?” Beliau menjawab, “Memerintahkan yang mungkar dan mencegah yang ma’ruf.”

22. Uqbah bin Amir meriwayatkan, aku menemui Rasulullah dan aku mulai mendahului beliau untuk memegang tangannya. Namun ternyata beliau mendahuluiku dan memegang tanganku seraya berkata, “Ya Uqbah, maukah kamu aku beritahu tentang akhlak terbaik milik penduduk dunia maupun akhirat? Kamu menyambung orang yang memutuskan silatur-rahim, memberi kepada orang yang mengharamkan (untuk memberimu), dan memaafkan orang yang menzhalimimu. Ketahuilah, siapa yang ingin dipanjangkan umurnya, dilapangkan rezkinya, hendaknya ia menyambung silatur-rahim.” (dkw)

download

Picture of admin

admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sign up for our Newsletter