alhikmah.ac.id – Dua kalimah syahadat adalah suatu kesaksian bahwa tiada yang wajib diabdi dengan penuh cinta kecuali hanya kepada Allah saja. Kemudian kesaksian bahwa Muhammad itu merupakan Rasul Allah. Syahadatain ini merupakan ruh yang melandasi keyakinan, pemikiran dan perbuatan orang-orang mukmin. Untuk merealisasikannya mukmin mesti berinteraksi dengan kandungan makna syahadatain yang didasari cinta dan ridha menjadi sibgah kepada hati, akal dan jasad.
1. Dua Kalimah Syahadah.
Syahadatain perlu dipelajari dan diketahui karena dua kalimah ini sebagai dasar bagi keseluruhan hidup manusia dan seluruh ajaran Islam.
Dalil:
- Q.47: 19, 37: 35, 3: 18, ungkapan Allah bahwa syahadat adalah dasar seluruh ajaran Islam.
- Hadits, ungkapan Rasulullah mengenai bangunan Islam yang terdiri dari lima, menyaksikan bahwa Tiada Ilah selain Allah dan bahwa Muhammad Rasulullah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, shaum di bulan ramadhan dan menunaikan haji bagi yang mampu.
2. Cinta.
Mukmin mencintai dua kalimah syahadat sehingga nilai yang menjadi kandungannya tidak diterima sebagai beban. Cinta ini tumbuh dari kecintaan kita kepada Allah dan Rasul yang teramat sangat serta bara terhadap sembahan selain Allah. Cinta ini dilengkapi dengan cinta kepada Rasul yang menjadi pembimbing utama menuju kecintaan Allah dan cinta kepada Islam sebagai syarat untuk mendapatkan kecintaan Allah.
Dalil:
- Q.2: 165, sikap kecintaan mukmin yang teramat sangat kepada Allah.
- Hadits, sikap kecintaan mukmin terhadap Rasul, lebih dari mencintai ibu bapa maupun anaknya.
- S.8: 2, hati mukmin bergetar ketika asma Allah disebutkan ini karena cintanya kepada Allah.
3. Ridha.
Ridha yaitu kerelaan diri untuk menerima program Allah sepenuhnya. Ridha hanya dapat lahir dari cinta yang sebenarnya. Ridha hanya dapat lahir dari cinta yang sebenarnya. Fenomena ridha adalah kelezatan iman dalam dada. Ridha wujud dalam tiga bentuk yaitu ridha kepada Allah sebagai Rabb, ridha kepada Islam dan ridha kepada Rasul.
Ridha kepada Allah sebagai Rabb.
ridha kepada Allah adalah menjadikan kehendak dan kemauan pribadi. Rela Allah sebagai pengatur, pembimbing dan pendidik yang senantiasa mencintai, melindungi dan menyayangi dirinya. Karena itu seluruh aktivitas hidupnya ditujukan untuk mencari keridhaan Allah.
Dalil:
- Q.76: 32, arti ridha terhadap Allah adalah menjadikan kemauan Allah sebagai kemauan kita sendiri atau tidak menghendaki apapun selain yang dikehendaki Allah terhadap kita.
- Q2: 207, 60: 1, orang mukmin senantiasa mencari ridha Allah dalam berjihad, meskipun mesti mengorbankan dirinya.
- Q.98: 8, mereka yang beribadah dengan ikhlas akan mendapat ridha Allah, lihat pula 9: 100.
Ridha kepada Islam sebagai aturan hidup.
Islam diyakini sebagai satu-satunya aturan hidup bagi dirinya. Tidak ada aturan lain. Karena Islam adalah dien yang lengkap dan sempurna, menyelesaikan semua masalah, merupakan jalan lurus dan membawanya kepada kebahagiaan dan keselamatan hidup.
Dalil:
- Q.5: 3, Islam adalah dien yang lengkap dan sempurna, merupakan nikmat Allah yang mengatur seluruh hidup manusia. Allah ridha dengan Islam sebagai dien bagi kita maka kitapun harus ridha dengan Dienul Islam, maka seluruh tuntutan Islam mesti dipenuhi dengan penuh kesadaran dan kerelaan, lihat 3: 19.
Ridha kepada Rasul sebagai teladan.
Dalam melaksanakan Islam maka Muhammad Saw dijadikan sebagai contoh dan ikutan. Semua langkah dan tindakan dilaksanakan sesuai dengan bimbingan Rasulullah ini. Karena Muhammad Saw adalah manusia pilihan yang diutus Allah, insan kamil, pendidik utama yang selalu menyayangi ummatnya.
Dalil:
- Q.9: 59, ciri sikap mukmin selalu mencari ridha Allah dan Rasulnya. Q.9: 128-129, Rasulullah sangat sesuai untuk diridhai karena teramat sayang kepada kita.
- Q.4: 65, keimanan seseorang ditentukan oleh kerelaannya bertahkim kepada keputusan Rasulullah tanpa keberatan dalam menerima keputusan tersebut.
- Hadits, tidak beriman salah seseorang di antaramu sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku (Muhammad) datangkan.
- Q.33: 21, Rasulullah adalah teladan dalam setiap aspek kehidupan.
4. Sibgah.
Cinta dan keridhaan kepada Allah, Rasul dan Islam mewarnai seluruh aspek kehidupan mukmin, menjadi sibghah dalam dirinya. Sibgah adalah iman yang merasuk sampai ke tulang yang tidak dapat lepas, bersifat suci, murni dan tidak bercampur dengan syirik walaupun setitik. Seorang yang hidupnya dalam sibgah Allah seluruh hidupnya merupakan ibadah atau pengabdian kepada Allah. Untuk mengaplikasikannya sibgah diperlukan:
- Pengenalan yang sebenarnya terhadap Allah dan interaksi denganNya dalam bentuk penghambaan.
- Pengenalan kepada Islam serta siap menghayati dan mengamalkannya baik dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Islam harus diperjuangkan sehingga tegak di bumi Allah.
- Pengenalan kepada Rasul Saw serta sedia mengikuti bentuk hidup beliau sesuai dengan kemampuan.
- Dalil:
- Q.2: 138, Iman sejati adalah sibgah Allah yang meliputi dirinya. Sibgah Allah ini menjadikan setiap perbuatannya ibadah kepada Allah.
- Q.6: 82, iman yang sejati tidak bercampur dengan kemusyrikan meskipun sedikit. Orang yang memilikinya akan memperoleh rasa aman.
- Q.47: 19, 20: 14, pengenalan terhadap Laa ilaha illa Allah. 9: 128, 18: 110, pengenalan terhadap Rasul. 3: 19,85, pengenalan terhadap Islam.
5. Sibgah Hati.
Hati yang tersibgah adalah hati yang suci, bersih dan senantiasa berhubungan dengan Allah, siap menerima pimpinan dan bimbinganNya. Dalam hati ini terpancarlah aqidah yang sehat dalam keyakinan dan keimanannya. Aqidah yang benar dan sehat tersebut menjadikan muslim selalu berniat ikhlas dalam setiap langkah tindakannya. Niat adalah dasar ibadah, sama ada diterima atau ditolak ibadah seseorang ditentukan oleh niatnya.
Dalil:
- Q.26: 89, hati yang suci bersih siap menerima keyakinan Islam. Q.23: 35, hati mukmin gemetar bila disebut asma Allah. Q.50: 33, hati mukmin senantiasa bertaubat dan kembali kepada Allah.
- Hadits, keterangan Rasulullah yang menyatakan taqwa ada di dalam dada (hati) seseorang.
- Q.3: 84, 2: 136, 4: 136, keyakinan yang terdapat dalam dada setiap muslim merupakan iman yang mantap.
- Hadits, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya sahnya suatu amal ditentukan oleh niat. Dan sesungguhnya setiap orang akan memperoleh sesuai yang ia niatkan”.
6. Sibgah Akal.
Akal tersibgah senantiasa bertafaqquh fiddien. Aktif memikirkan kejadian langit, bumi dan segala isinya, mempelajari semua fenomena alam sebagai tanda-tanda kebesaran Allah dibimbing oleh wahyunya.
Dari akal yang selalu menyingkap rahasia fenomena alam ini lahirlah fikrah Islam, yaitu pemikiran atau idea yang merupakan aplikasi ajaran Islam yang bersumberkan kepada Kitabullah dan bimbingan Rasul. Fikrah yang Islami menjadikan muslim memiliki suatu program yang benar dalam menghadapi kehidupan. Program kehidupannya mampu menegakkan ajaran Allah (Al Islam).
Dalil:
- Q.3: 190, 191, 30: 20-24, Firman Allah yang mengisyaratkan pentingnya berfikir tentang tanda-tanda kekuatan Allah di alam semesta.
- Q.50: 37, pada kejadian alam semesta banyak terdapat peringatan bagi mereka yang mau menggunakan akalnya.
- Q.67: 10, orang kafir menyesal di neraka karena tidak menggunakan akalnya dengan maksima.
- Q.9: 120, muslim bertafaqquh fiddien sesuai bidang yang diminatinya dalam rangka menegakkan dienullah.
- Hadits, sabda Rasul: “Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi baik, maka difahamkan Nya dalam Dien”.
7. Sibgah Jasad.
Jasad yang tersibgah senantiasa dipelihara kesehatan dan kekuatannya. Jasad ini dibangun dengan berbagai cara agar mampu mengikuti jejak hidup Rasulullah Saw. Dapat melakukan aktifitas atau bekerja sesuai bimbingan Allah dalam kitabullah. Menjadi wujud yang nyata dari Aqidah dan fikrahNya. Dapat melaksanakan bimbingan dan pimpinan Allah baik untuk individu maupun masyarakat sesuai dengan kemampuannya. Pelaksanaan ini berdasarkan niat yang ikhlas dan program yang digariskan.
Dalil:
- Q.2: 247, syarat pemimpin dalam Al-Qur’an adalah yang memiliki ilmu yang luas dan tubuh yang kuat.
- Q.28: 26, pilihan untuk menerima amanah jatuh kepada orang yang bertubuh kuat dan terpercaya.
- Hadits, Rasulullah Saw memerintahkan “Ajarkanlah anak-anakmu berenang dan memanah”.
- Hadits, Rasulullah menyatakan: “Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah dari mukmin yang lemah”.