Bagaimana Seorang Muslim Menyikapi Bencana?

Share to :

alhikmah.ac.id – Tulisan ini tidak sedang bermaksud menyalahkan orang lain; menjadikan mereka sebab terjadinya bencana; tapi bermaksud mengajak semua pihak untuk ber-muhasabah, ber-istighfar, dan melakukan perubahan menjadi lebih baik.

Banjir, ujian atau balasan?

Tidak semua bencana mengandung hikmah. Karena bencana tidak satu macam:

Pertama, bencana yang terjadi ketika kita berada dalam ketaatan kepada Allah SWT. Bencana yang seperti ini mengandung hikmah, walaupun kadang tidak diketahui orang yang mengalaminya. Datangnya tidak berbeda dengan seorang siswa yang harus menjalani ujian demi bisa naik kelas. Oleh karena itu, kalau kita ridha, Allah SWT pasti akan meningkatkan derajat kita. Allah SWT berfirman:

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ. أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

“(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” [Al-Baqarah: 156-157]

Kedua, bencana yang terjadi ketika kita berada dalam kemaksiatan kepada Allah SWT. Ini adalah siksaan dari Allah SWT. Allah SWT berfirman:

((وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ))

“Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” [Asy-Syura: 30]

Hendaknya kita mencari-cari hikmah dalam bencana seperti ini. Memikirkan hikmah saat itu sama saja berusaha membuat diri kita nyaman dengan kemaksiatan. Oleh karena itu, hendaknya bertobat kepada Allah SWT. Kalau memang dikatakan ada hikmahnya, tobat itulah hikmahnya.

Sunnatullah, Maksiat Datang, Nikmat Hilang

Selain itu, kemaksiatan juga bisa menghilangkan nikmat-nikmat. Allah SWT berfirman:

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ [الأنفال: 53

“Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [Al-Anfal: 53].

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ [الرعد: 11]

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” [Ar-Ra’du: 11].

Ini merupakan sunnatullah jika kenikmatan dibalas dengan kemaksiatan. Sunnatullah adalah aturan-aturan Allah SWT. Manusia, baik individu ataupun kelompok, akan tunduk kepada aturan Allah SWT. Kondisi yang mereka alami merupakan hasil dari sikap, perbuatan, dan akhlak yang mereka lakukan. Sunnah ini pasti akan terjadi. Sama dengan sunnatullah dalam alam semesta, yang sering disebut dengan hukum alam. Api terasa panas membakar; sedangkan es terasa dingin membekukan; dan sebagainya.

Lebih jauh lagi, Kenikmatan adalah apa yang membuat manusia merasa kecukupan, enak dan bahagia dalam hidupnya. Bisa berupa material seperti harta, rumah, air, tanah dan sebagainya; bisa juga berupa immaterial seperti hidayah, kemerdekaan, dan sebagainya.

Sesuatu disebut sebagai kenikmatan, jika disyukuri dan digunakan pemiliknya untuk beramal kebaikan. Sehingga jika kita melihat orang-orang yang tidak beriman mendapatkan hal yang kita lihat baik, semua itu akan menjadi sebuah keburukan untuk mereka. Allah SWT berfirman:

فَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ

“Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.” [At-Taubah: 55].

Bangsa Besar Hanya Tinggal Nama Karena Maksiat

Bahkan kemaksiatan bisa membinasakan sebuah kaum yang sebelumnya makmur dan sejahtera. Mereka telah mengubah (مَا بِأَنْفُسِهِمْ) “apa yang ada pada diri mereka sendiri”. Mereka tidak bersyukur kepada Allah SWT. Sebaliknya mereka kufur kepada Allah SWT. Menutupi nikmat Allah SWT dengan mengingkarinya; bersikap seakan tidak mendapatkan nikmat; seakan apa yang didapatnya bukan pemberian dari Allah SWT; dan nikmat tersebut digunakan untuk melakukan maksiat. Allah SWT berfirman:

وَضَرَبَ اللّهُ مَثَلاً قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَداً مِّن كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللّهِ فَأَذَاقَهَا اللّه لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُواْ يَصْنَعُونَ

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” [An-Nahl: 112].

Ini menunjukkan keadilan Allah SWT; tidak menyiksa atau merampas nikmat tanpa alasan. Kaum-kaum tersebut menjadi sengsara karena memang telah melakukan kesalahan. Allah SWT berfirman:

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” [Asy-Syura: 30]

Bencana yang kita alami hanya balasan terhadap sebagian kecil kemaksiatan yang kita lakukan. Karena masih banyak kemaksiatan yang dimaafkan Allah SWT.

Bencana itu bias juga datang karena dosa orang lain, yang dibiarkan dengan sikap acuh tak acuh semua orang. Allah SWT berfirman:

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang lalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” [Al-Anfal: 25].

Sejak Kapan Air Membahayakan?

Air adalah kenikmatan dari Allah SWT untuk seluruh kehidupan, hujan adalah rahmat

((وَهُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا وَيَنْشُرُ رَحْمَتَهُ وَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ))

“Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.” [Asy-Syuraa: 28].
Turunnya hujan membawa kebahagiaan

((فَإِذَا أَصَابَ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ))

“Maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira.” [Ar-Ruum: 48].
Hujan membawa rezeki

((وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ))

“Dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu.” [Al-Baqarah: 22].
Air hujan adalah keberkahan

((وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَأَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ))

“Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.” [Qaaf: 9]. Berkah adalah kebaikan yang banyak.
Kadarnya sudah ditentukan Allah SWT.

((وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ مَعْلُومٍ))

“Dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.” [Al-Hijr: 21]. Tidak ada istilahnya, banjir gara-gara curah hujan yang terlalu tinggi. Yang ada adalah bumi yang sudah dirusak sehingga tidak bisa menampungnya.

Namun, Hati-hati!

Tapi walaupun begitu, air hujan juga bisa menjadi:

Memberi peringatan

((وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلَّا كُفُورًا))

“Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (daripadanya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (nikmat).” [Al-Furqan: 50]. Yaitu agar kita memahami pelajaran itu lalu bertobat. Banjir mungkin adalah bencana, tapi bencana yang lebih besar lagi bila kita tidak memahami pesan yang dibawanya. Lalu berubah.
Salah satu tentara Allah SWT.

((وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ))

“Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu, atau yang lainnya); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu.” [Al-A’raf: 84].

Ada Bencana yang Lebih Besar dari Banjir

Oleh karena itu, ketika kita ingin mendatangkan kenikmatan dari Allah SWT, menanggulangi bahaya banjir, hendaknya usaha yang dilakukan tidak hanya bersifat material, tapi juga immaterial.

Usaha material, seperti: memperbaiki saluran-saluran air, kebersihan, membangun dam, dan sebagainya. Selain itu, kita harus memahami bencana dengan positif, bahwa bencana adalah pesan dari Allah SWT agar kita berubah. Dengan jujur kita mencari apa kira-kira perubahan yang telah membawa pergi kenikmatan dan mendatangkan kemalangan. Banjir adalah bencana, tapi ada bencana yang lebih besar lagi, yaitu ketika kita tidak memahami pesan yang dibawanya. Kita tidak berubah. Kita setelah banjir sama saja dengan kita sebelumnya.
Usaha yang bersifat immaterial, seperti: keimanan, keikhlasan, keshalihan, doa, tawakkal, mengharap surga, dan sebagainya. Allah SWT berfirman:

((وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ))

“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” [Al-A’raf: 96].

Doa-doa dalam Menghadapi Bencana:

· لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ.

Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zhalim.”

· اللهم أصلح لنا ديننا الذي هو عصمة أمرنا، وأصلح لنا دنيانا التي فيها معاشنا، وأصلح لنا آخرتنا التي إليها مردنا، واجعل الحياة زاداً لنا من كل خير، واجعل الموت راحة لنا من كل شر، مولانا رب العالمين.

Ya Allah, perbaikilah keadaan keberagamaan kami, karena di situlah keselamatan kami. Perbaikilah keadaan keduniaan kami, karena di situlah kehidupan kami. Perbaikilah akhirat kami, karena kepadanyalah kami akan pergi. Jadikanlah hidup kami untuk menambah kebaikan. Jadikanlah mati kami untuk menghentikan keburukan. Ya Allah, ya Rabbal ‘alamin.

· اللهم إني عبدك ، و ابن عبدك ، و ابن امتك ، ناصيتي بيدك ، ماض في حكمك ، عدل في قضاؤك ، أسألك بكل اسم هو لك سميت به نفسك ، أو علمته أحدا من خلقك ، أو أنزلته في كتابك ، أو استاثرت به في علم الغيب عندك ، أن تجعل القرآن ربيع قلبي ، و نور صدري ، و جلاء حزني ، و ذهاب همي

Ya Allah, aku adalah hamba-Mu, aku adalah anak hamba-Mu, aku adalah anak hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku ada di tangan-Mu, segala yang berlaku padaku adalah keputusan-Mu, aku pantas menerima hukuman dari-Mu. Aku mohon kepada-Mu demi semua nama yang Engkau berikan pada-Mu, semua nama yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari hamba-Mu, semua nama yang Engkau tuliskan dalam kitab-Mu, semua nama yang Engkau simpan dalam pengetahuan-Mu… jadikanlah Al-Qur’an penyejuk hatiku, jadikanlah Al-Qur’an cahaya hatiku, jadikanlah Al-Qur’an pengusir kesedihanku, dan jadikanlah AL-Qur’an obat kebingunganku.

· اللهم لا تؤمنا مكرك، ولا تهتك عنا سترك، ولا تنسنا ذكرك يا رب العالمين.

Ya Allah, janganlah Engkau arahkan kepada kami makar-Mu, janganlah singkap dari kami pertolongan-Mu, janganlah Engkau membuat kami lupa mengingat-Mu.

· إِنَّا للَّهِ وَإِنَّا إِليهِ رَاجِعُونَ : اللَّهمَّ أجرنا في مُصِيبَتنا ، وَاخْلُف لنا خَيْراً مِنْهَا

Kita semua adalah milik Allah, dan kepadanyalah kita akan dikembalikan. Ya Allah, berilah kami pahala dalam musibah kami, dan berilah kami ganti yang lebih baik daripada milik-milik kami yang hilang dan rusak.

· اللهم فرج عنا وعن المسلمين مانحن فيه

Ya Allah, keluarkanlah kami dan semua umat Islam dari penderitaan musibah ini. (dkw)

Picture of admin

admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sign up for our Newsletter