Pagi itu terlihat semua santri Pondok Pesantren Alqudsiyyah menyetor hapalan Al-qur’an nya di Masjid Akhwat Lt. 2. Mereka semua berbaris menjadi beberapa banjar. Nampak gadis cantik yang sudah selesai menyetor hapalannya. Dia adalah Jahro Labibah, biasanya anak santri memanggilnya dengan sebutan Aro. Dia sekarang duduk di kelas 12 yang sedang menghadapi Ujian Nasional dan Wisuda Qur’an sebentar lagi menjadi seorang Hafidzah. Aro merupakan Anak yang rajin, aktif dan mudah bergaul dengan siapapun. Bahkan ia memiliki cita-cita yang tinggi yaitu bisa kuliah ke Luar Negeri adalah cita-cita yang ia dambakan selama di pesantren.
“Aro, bagaimana untuk persiapan test ke turkey nya ?” Tanya ustadzah
“belum ada persiapan apapun mi, aro sedang mempersiapkan buat Ujian Nasional dulu dengan Wisuda Qur’an saja dulu” jawab Aro
“Oh, begitu. Ia kalau ada apa-apa bilang ke umi atau ustadz yaa” pinta umi
Umi adalah ustadzah di pesantren. Anak santri biasa memanggilnya umi. Dia begitu baik pada Jahro. Namun, berbeda dengan kedua orang tua nya yang tidak mendukung keinginan Jahro. Itu pula yang membuat jahro akhir-akhir ini sering menyendiri.
Teeeeeeeeeeng…!! Teeeeeeeeeeeeeeeeng..!!
Bel masuk kelas pun berbunyi. Terlihat jahro terbirit-birit berlari menuju kelas. Jahro pun duduk dan menghela nafas “Alhamdulillah, belum ada Guru” ucap nya dalam hati
Gadis berjilbab lebar ini pun, duduk di bangku paling depan bersama teman nya Aisyah.
“Aro, kamu sering telat akhir-akhir ini. Kenapa dah?” Tanya Aish
“Mmm.. memang iya, yaa hehe” jawab nya
“iya ro. Oiya, gimana test kamu buat ke Turkey. Pendaftaran nya sudah di buka tuuh” Tanya Aish
“Mmm.. iya aku tau syah. Tapi, aku bener-bener bingung. Aku gak dapat izin dari orang tua. Tau kan aku anak satu-satu nya. Perempuan lagi” jawab Aro
“Laaah.. terus kenapa? bagus dong anak perempuan satu-satu nya yang bentar lagi jadi Hafidzah, terus mau kuliah ke luar negeri” Tanya Aish
“Mereka nyuruh aku buat segera menikah” jawab Aro
“HAH? NIKAH?” teriak Aish. Semua anak kelas memandang kearah Aisyah dan Jahro.
“Hush! Pelan-pelan” bisik Aro.
***************
Pukul 14.00 wib. Semua anak kelas XII IPS 5 pun keluar dari kelas, nampaknya mereka sumringah setelah seharian latihan soal-soal Ujian Nasional bekas tahun kemarin. Terlihat anak kecil yang dari tadi sedang duduk depan perpustakaan menunggu Jahro.
“Kak, jahro.. kak jahro” Teriak anak itu sambil menghambur kearah Aro
“Ush.. Ush.. ada apa nisa? Kok kamu lari-lari sih. Nanti kalau jatuh bagaimana toh?” ujar Jahro khawatir
“hehe.. nisa di suruh manggil kak Jahro buat ke rumah Ustadzah. Soalnya ada hal penting kak katanya” jawab Nisa
“Oh, begitu. Iya nanti kakak kesana yaa. Setelah ganti seragam” Ujar Jahro
*******
“Assalamualaikum.. “
“Waalaikumsalam. Eh Aro. Masuk nak.” Ucap Umi sambil membuka pintu
“Kirain umi nisa tidak menyampaikan pesan umi. Ternyata kamu datang juga.” Ujar umi
“Iya mi, tadi nisa nungguin saya di sekolah sampai saya keluar kelas” jawab Aro
“Begini ro, tadi orang tua kamu kesini. Umi saja kaget apa yang mereka bicarakan kepada umi. Kamu di suruh pulang ke rumah ro. Jujur, umi tidak izinkan. Sebentar lagi kan kamu Ujian Nasional sama Ujian Tahfidz juga. Tapi umi bilang kembalikan pada keputusan jahro saja” ucap umi
*****
Kedatangan orang tua jahro ke pesantren untuk menjemput Jahro pulang. Sebenarnya jahro sudah tahu apa maksud kedatangan mereka ke pesantren. Inilah yang membuat Jahro tidak focus belajar padahal ia sekarang sedang menghadapi Ujian Nasional, namun orang tua nya terus saja memaksa untuk tidak meneruskannya karena mereka menginginkan Jahro agar segera menikah. Namun, jahro masih ingin melanjutkan pendidikannya. Jahro pun merasa sedih atas sikap orang tua nya kepada dirinya. Dan ia harus di hadapkan dalam posisi seperti ini. Antara cita-cita dan cintanya terhadap keluarga
Tanpa berpikir panjang, ia kemudian menemui langsung Ustazdah. Dan menceritakan semua nya pada ustadzah. Karena ia percaya, ustadzah yang sudah ia anggap sebagai orang tua sendiri yakin akan memberikan jalan yang benar.
“Semua nya ada pada keputusan jahro. Membahagiakan orang tua itu wajib dan menggapai impian itu juga harus. Tak ada yang sulit di dunia ini Jahro. Asal kita mau berusaha. Coba yakinkan orang tua Jahro. Dan jangan lupa selalu berdoa sama Allah. Pinta pada nya” ucap nasihat umi yang membuat Air mata Jahro menetes.
********
Setelah hari itu, Jahro pun kembali pun bersemangat menghadapi Ujian Nasional dan mempersiapkan Test untuk melanjutkan pendidikannya ke Turkey. Ia pun begitu bahagia setelah mendengar keputusan orang tua nya yang tiba-tiba memutuskan untuk mengizinkan Jahro untuk melanjutkan pendidikannya ke Luar Negeri.
Tak ada yang sulit di dunia ini, asal kita mau berusaha dan menjadikan semua itu sebagai tombak pendewasaann kita yang lebih baik. Sangat di sayangkan dan menyesal, dulu saya hanya bisa bersedih dan menyendiri saat saya di hadapkan pada masalah besar.
Sekarang semua nya terasa menjadi lebih baik karena Dalam Istikharah Kutemukan