Dunia masih belum bisa lepas dari cengkeraman virus mematikan Corona (Covid-19). Virus yang muncul dari Wuhan, China, kini mulai meluas ke seluruh penjuru bumi.
Tak kurang, Korea Selatan, Iran, dan Italia kini menjadi tempat terbesar sebaran virus itu di luar China. Dan negara-negara lain perlahan namun pasti mulai terserang satu persatu.
Virus Corona ini unik karena mampu merubah tatanan global dunia. Berbagai kegiatan akbar dan kolosal tingkat dunia banyak dibatalkan gegara wabah ini.
Ibadah Umroh di Saudi Arabia distop. Olimpiade Tokyo Jepang 2020 konon terancam batal, berbagai konser kelas dunia serta liga sepak bola berbagai negara banyak yang jadwalnya terganggu. Termasuk aktivitas turisme internasional kini mulai menurun drastis.
Tak ayal wabah Corona ini membuat pusing manusia di seluruh dunia hari ini. Hingga berbagai cara mereka lakukan demi bisa terhindar atau bahkan sembuh dari wabah virus tersebut.
Mulai dari upaya pembuatan vaksin, kampanye pemakaian masker, gerakan cuci tangan sesering mungkin, penyemprotan desinfektan, menghindari tempat keramaian hingga gerakan kembali ke herbal dengan cara mengkonsumsi empon-empon (rempah-rempah). Semua dilakukan demi melawan virus Corona.
Ada yang menarik dari merebaknya wabah Corona yang kini jadi epidemi global, yakni masalah terjungkalnya logika masyarakat modern. Manusia modern dengan berbagai kecanggihan teknologinya nyatanya tak mampu melawan serbuan “tentara Allah” tersebut.
Corona ibarat air bah yang ganas yang kemudian menyerang negara-negara lain yang juga memiliki berbagai teknologi canggih di zaman ini. Semua negara tak berdaya dan semua manusia di dunia kian terperdaya oleh berbagai argumen serta dalil-dalil ilmiah para ilmuwan mengenai seluk-beluk makhluk tak kasat mata ini.
Mulai dari teori konspirasi mengenai serangan senjata biologis akibat perang dagang antara Amerika dengan China hingga perihal tanda akhir zaman yang kian dekat.
Sebagai insan beriman, wabah corona ini bisa menjadi tolak ukur seberapa kuat akidah kita. Jika manusia gaduh dengan logika dan opini mereka, maka tidak demikian dengan orang beriman.
Karena mereka dididik sejak dini bahwa tidak ada sesuatu yang lepas dari kuasa Ilahi. Maka tugas manusia hanyalah berikhtiar dan tawakal.
Dan salah satu bentuk dari ikhtiar itu adalah kita meneladani sunah-sunah Nabi yang merupakan sang penerjemah tunggal titah Allah Swt.
Islam dan Dunia Modern
Menyikapi wabah Corona yang kian masiv, WHO sebagai Badan Kesehatan Dunia menyarankan langkah perlindungan dasar terhadap virus mematikan tersebut. Langkah pertama yang disarankan bukan menggunakan masker, tetapi mencuci tangan sesering mungkin.
Langkah ini disarankan karena mencuci tangan secara teratur dan menyeluruh akan membunuh virus yang mungkin ada di tangan. Jauh hari sebelum WHO mengkampanyekan ihwal cuci tangan, umat Islam sudah diajari oleh Nabi Muhammad ﷺ sejak 14 abad lampau.
Dijelaskan bahwa Abu Hurairah Ra meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya, janganlah dia memasukkan tangannya ke bejana air sebelum membasuhnya sebanyak tiga kali, karena dia tidak tahu dimana tangannya bermalam.” (HR. Muslim)
Hikmah dari wasiat Nabi Muhammad ﷺ tersebut adalah bahwa sumber penyebaran virus kebanyakan dari tangan dan Nabi melarang seseorang menularkannya kepada orang lain dengan cara menyentuh sesuatu yang bisa diakses oleh khalayak umum dengan tangannya yang belum dicuci.
Betapa indah didikan Nabi, seorang Muslim diajarkan agar menjaga kebersihan dirinya dengan mencuci tangan dan dilarang menularkan penyakit kepada orang lain. Adakah agama seindah Islam?
Dan makin dipertegas dengan sebuah riwayat dari Abu Hurairah Ra bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang tidur dan di tangannya masih menempel Ghamar dan tidak membasuhnya dan dia tertimpa sesuatu, maka janganlah dia menyesali kecuali dirinya sendiri.” (Sunan At Tirmidzi no. 1860).
Apa itu Ghamar ? Yaitu bau daging dan lemak yang masih menempel pada tangan berupa bau amis dan yang semisalnya. Dr. Jamal El Zaky menyatakan bahwa mencuci tangan dengan air bersih menurut penelitian ilmiah dan kedokteran dapat menghilangkan 90 persen kotoran dan mikroba. Jadi mencuci tangan bisa membersihkan kulit dari materi-materi berbahaya yang dikeluarkan oleh kelenjar keringat.
Selaput kulit pada tangan dan kaki merupakan bagian yang yang paling lemah karena jauh karena jauh dari jantung yang merupakan pusat peredaran darah. Maka mencuci tangan dengan cara menggosoknya bisa meningkatkan kualitas peredaran darah ke bagian tangan. Dan semua itu tercakup dalam aktivitas berwudhu. (Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah, Dr. Jamal El Zaky dalam buku terjemahan kitab Fushul Fit Thibb Al Rasul).
Sebagai umat yang tidak bisa lepas dari air tentu umat Islam secara tidak langsung dididik untuk selalu membersihkan diri dengan air lewat instrumen ibadah bernama wudhu dan mandi. Dalam wudhu kita diajarkan mencuci tangan sebanyak tiga kali seperti yang dicontohkan Nabi.
Dari Abu Aus Ra bahwa beliau melihat Rasulullah ﷺ membasuh telapak tangannya sebanyak tiga kali saat berwudhu.(HR. An Nasa’i).
Dari Abdullah Bin Mas’ud Ra bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,”Basuhlah jari-jemari dengan air secara mantap atau api neraka akan membakarnya dengan dahsyat.”(Shahih Targhib Wa At Tarhib no. 218)
Bahkan membasuh jemari tangan adalah perkara fitrah dalam Islam sesuai dengan riwayat Sayyidah Aisyah Ra yang menyatakan bahwa Nabi bersabda, “Sepuluh perkara yang termasuk dari fitrah adalah…, membasuh al barajim (jemari tangan).”(HR. Muslim).
Di dalam buku yang berjudul Technology Transfer in the Chemical Industries, Ahmad Y Al Hassan menerangkan bahwa sabun merupakan salah satu penemuan penting di era puncak peradaban muslim, tepatnya pada abad 7 SM.
Di masa itu, umat muslim telah berhasil mengembangkan konsep hidup higienis yang mutakhir. Menurut Al Hassan, sabun pertama kali diproduksi para kimiawan Muslim di era kekhalifahan dengan menggunakan minyak zaitun atau minyak sayuran dan minyak aroma sebagai bahan dasarnya.
Salah satu di antara yang berhasil menemukan formula dasar pembentukan sabun adalah Al Razi, seorang ahli kimia asal Persia. Sabun yang ditemukan dan dikembangkan umat muslim di zaman kejayaan sudah menggunakan pewarna dan pewangi.
Dan sudah ada pula sabun cair maupun batangan (padat). Lebih jauh lagi, di masa itu bahkan sudah digunakan sabun khusus untuk mencukur kumis dan jenggot. Secara fundamental, Al Hassan menyatakan bahwa formula pembuatan sabun tidak pernah berubah bahkan hingga saat ini.
Resep pembuatan sabun juga turut ditulis oleh Abu Al Qasim Al Zahrawi alias Abulcassis (936 – 1013 M), seorang dokter muslim terkemuka asal Andalusia, Spanyol. Beliau menerangkan cara membuat sabun dalam kitabnya yang berjudul Al Tasreef yang kini menjadi ensiklopedia monumental yang terbagi dalam 30 volume.
Kitab tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan disebarluaskan sebagai buku referensi utama di sejumlah universitas terkemuka di Eropa. Sedangkan masyarakat Barat sendiri, khususnya Eropa, diperkirakan baru mengenal pembuatan sabun pada abad ke-16 M.
Sherwood Taylor (1957) di dalam bukunya yang berjudul A History of Industrial Chemistry, juga menyatakan bahwa peradaban Barat baru menguasai pembuatan sabun pada abad ke-18 M. Dalam hal ini, penemuan sabun yang tergolong modern memang diciptakan di masa kejayaan Islam.
Kini semua semakin jelas bahwa apa yang diributkan hari ini oleh manusia sejagat mengenai wabah Corona harus membuat kita makin yakin terhadap Islam. Sebab Islam sejak empat belas abad lampau telah memberi pendidikan kebersihan, kesehatan dan pencegahan penyakit lewat bingkai ibadah.
Ibadah yang diwajibkan di dalam Islam sejatinya adalah bentuk kasih sayang Allah Swt kepada manusia. Bahkan ada penggambaran yang sangat apik dalam sebuah hadis Nabi mengenai Sholat yang merupakan pokok agama Islam, tiangnya Islam.
مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ كَمَثَلِ نَهَرٍ جَارٍ غَمْرٍ عَلَى بَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ ». قَالَ قَالَ الْحَسَنُ وَمَا يُبْقِى ذَلِكَ مِنَ الدَّرَنِ
“Permisalan shalat lima waktu itu seperti sebuah sungai yang mengalir melimpah di dekat pintu rumah salah seorang di antara kalian. Ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali.” Al Hasan berkata, “Tentu tidak tersisa kotoran sedikit pun (di badannya).” (HR. Muslim no. 668).
Jika sholat yang merupakan tiang agama, yang tanpanya agama Islam akan roboh. Hal ini digambarkan sebagai sebuah sungai yang disediakan Allah untuk membersihkan kotoran minimal lima kali dalam sehari. Maka konklusi logisnya adalah ruh Islam adalah benar-benar sangat menjaga kebersihan sesuai penggambaran dalam hadis tersebut.
Tugas kita kini adalah menjadi agen penyebar sunah Nabi Muhammad ﷺ. Karena apa yang diperintahkan Allah dan RasulNya pasti mengarahkan kepada keselamatan dan kebaikan umatnya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِۦ وَأَنَّهُ ۥ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
Artinya: “Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allâh dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allâh membatasi antara manusia dan hatinya, dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”. (QS Al-Anfal [8]:24). Wallahu A’lam Bis Showab.