Talkshow AF 10 : Youth of Civilization

Author picture
Facebook
Twitter
LinkedIn

Beberapa waktu terakhir terdapat isu-isu yang terjadi di Indonesia, beberapa diantaranya di Jakarta. Isu-isu tersebut terkait polusi Jakarta dan pengadaan water mist, perpindahan ibu kota negara ke Kalimantan, pemekaran wilayah dan lain sebagainya. Di tengah isu-isu tersebut dibutuhkan peran serta seluruh elemen masyarakat untuk mengawal setiap perkembangan dalam isu-isu tersebut karena erat kaitannya dengan masyarakat luas. Elemen Masyarakat yang juga sangat perlu untuk berperan secara aktif dalam mengawal isu-isu tersebut yaitu mahasiswa.

Menyoroti hal tersebut, Penulis Buku dan juga seorang Content Creator, Amar Ar Risalah menegaskan perlunya mahasiswa muslim mengambil peran untuk terlibat dalam perubahan. Hal itu ia ungkapkan dalam Talkshow “Pemuda Penggerak Peradaban” di hari ke-2 main event Alhikmah Fair 10 (AF 10) yang diselenggarakan pada Ahad (24/9).

Menurut Amar, ketika terjadi sesuatu yang salah di tengah masyarakat, maka mahasiswa harus berperan dan ikut bertindak. “Ketika teman-teman (mahasiswa) secara sadar, melihat sesuatu yang salah ditengah masyarakat maka bertindaklah” ungkapnya.

“Kita itu sebetulnya bukan NPC, kita itu bukan Non Playable Character. Kita itu bukan karakter mati yang tugasnya cuma dikunjungi, ngasih quest trus udah, gak bisa diserang, gak bisa dimainin”. Lanjut Amar. “Kita adalah player aktif, yang disini kita bisa menciptakan perubahan, kita bisa memilih role kita mau jadi apa” tandasnya.

Mengenai “Pemuda Penggerak Peradaban” ini, Amar mengawali dengan mengajak audiens untuk merenungkan surat ash shofat yang didalamnya terkandung banyak hikmah dari kisah Nabi Ibrahim sebagai seorang pemuda. Di masa mudanya, Nabi Ibrahim merasa resah dan marah melihat masyarakatnya menyembah patung/berhala yang mereka buat sendiri, bahkan salah satu pembuat patung itu adalah ayahnya.

Nabi Ibrahim dengan kemarahan dan keresahannya tetap tidak kehilangan siasat, ia menghancurkan berhala-berhala tersebut dengan kapak dan menaruh kapaknya di berhala yang paling besar, sehingga masyarakat bisa menilai, berhala yang mereka buat bahkan tidak bisa melindungi dirinya sendiri. Amar mengungkapkan pentingnya bertindak dan mengambil peran seperti apa yang dilakukan Nabi Ibrahim untuk melawan penindasan yang terjadi agar masyarakat selamat dari keburukan-keburukan lainnya.

“Ini semua soal teman-teman mau gak ikut terlibat dalam sesuatu yang (menurut teman-teman) menjadi sumber penindasan di tengah masyarakat”. Ungkap Amar. “Karena sekali aja teman- teman tidak menyembah Allah SWT  atau misalnya menyadari bahwa ada sesuatu selain Allah yang padahal sebenarnya tidak ada. Itu sama saja meletakan penindasan kepada diri sendiri, meletakan penindasan kepada akal sendiri, dan ujung-ujungnya akan menciptakan syariat-syariat baru yang menindas orang lain”. Lanjutnya

Oleh karena itu, Amar yang juga mahasiswa STID DI Al-Hikmah mengingatkan para audiens untuk aktif dan menyibukan diri pada sesuatu yang bermanfaat yang seharusnya dilakukan. “Tolong teman-teman sibukan diri kita dengan role yang tampaknya Allah siapkan untuk  diri kita, lawan sesuatu, bela sesuatu.” Ungkap Amar

Meski begitu, Penulis Buku “Ketika Menikah Tak Sebercanda Itu” juga mengingatkan pentingnya untuk fokus pada sesuatu yang bermanfaat dan tidak ikut dalam isu-isu tidak jelas. “jangan sampai kita disibukan dengan isu yang engga-engga”. Ungkap Amar. “Tolong sampaikan ke tengah-tengah masyarakat gak usah ribut dengan hukum maulid, gak usah ribut sama hukumnya isra mi’raj dan lain sebagainya. Karena itu menyibukan kita dari persatuan umat, akhirnya umat terpecah belah” Lanjutnya.

Amar menegaskan hal tersebut merupakan tugas dari para mahasiswa kampus Alhikmah (STID DI Al-Hikmah) yang perlu dilakukan perannya agar umat Bersatu. “Anda yang belajar dasar-dasar Fiqh, Anda yang belajar dasar-dasar dakwah, sampaikan ke tengah masyarakat untuk Bersatu”. Tegasnya

Di Sesi kedua Talkshow “Pemuda Penggerak Peradaban” hadir pula sebagai pembicara bersama Amar Ar Risalah, seorang Qur’an Reciter dan Public Speaker muda, Rizal Wahid. Berbeda dengan Amar, Rizal menyoroti melalui salah satu ayat pada surat Al Kahfi. Ia mengungkan dari ayat tersebut, target yang perlu dicapai untuk menghadirkan peradaban adalah keimanan.

“Kalo kita ingin menjadi pemuda yang membangun peradaban, kalo kita ingin menjadi pemuda yang dimuliakan Allah SWT yang mana kemuliaan dari Allah ini bentuknya adalah petunjuk dari Allah. Maka satu hal yang harus kita jadikan target utama adalah aamanu birobbihim dulu, menjadi hamba yang beriman” Ungkap Influencer muda yang biasa disapa Rizal.

Rizal mengajak audiens untuk berkaca pada pemuda-pemuda terdahulu dalam membangun peradaban. Pemuda-pemuda tersebut memiliki kapasitas dan kualitas yang terbaik secara individu. “Kalo kita berkaca pada pemuda-pemuda terdahulu” ungkap Rizal. “maka ada satu kesamaan diantara orang-orang hebat di zaman dulu, pemuda-pemuda di zaman dulu. Mereka adalah orang-orang yang mempunyai kualitas dan kapasitas individu yang baik”. Lanjut Rizal.

Peradaban digerakan oleh individu-individu berkualitas dan berkapasitas yang baik. Dari individu inilah lahir keluarga yang baik, kemudian menjadi masyarakat yang baik, selanjutnya hadirnya peradaban yang baik. Namun untuk mencapai kualitas dan kapasitas individu yang baik diperlukan beberapa hal, 3 poin diantaranya yang perlu diperhatikan menurut Rizal, yaitu ibadah kepada Allah, ilmu dan networking.

Menurut Rizal, jika ingin memperbesar kapasitas dan kualitas maka yang diperlukan adalah ibadah kepada Allah SWT, karena tujuan diciptakannya manusia ke dunia pun adalah untuk beribadah seperti termaktub pada surat Adz Dzariyat.

“Kalo pengen memperbesar kapasitas, pengen meningkatkan kualitas  harus diperhatikan ibadahnya kepada Allah SWT. Kenapa, karena Allah menciptakan manusia itu tidak ada tujuan lain selain ibadah kepada Allah SWT”. Ungkapnya.

Tujuan ini, lanjut Rizal, tidak menghalangi manusia untuk berperan di berbagai tingkat dan profesi. Tujuan ini adalah untuk menjadikan manusia tetap pada jalur dan keharusannya sebagai manusia agar tidak tersesat. Jika manusia keluar dari jalurnya untuk beribadah kepada Allah maka yang terjadi adalah keburukan.

“Silahkan temen-temen pengen jadi Presiden boleh, atau jadi Wakil Presiden boleh, jadi Menteri boleh, pengusaha boleh, jadi apapun boleh, tapi jangan sampai keluar dari tujuan. Mohon maaf, ada orang-orang yang sudah punya uang banyak, jadi anggota dewan, jadi pegawai pajak dan lain sebagainya masih ngemplang uang juga, kenapa, karena ia keluar dari tujuan dia diciptakan, yaitu beribadah kepada Allah”. Ungkap Rizal.

“Bicara peradaban tapi kita justru menjauh dari Dzat  yang bisa menakdirkan kita menjadi tokoh peradaban, yaitu Allah SWT. Maka yang yang pertama adalah ibadah kepada Allah SWT” Lanjutnya.

Poin kedua yaitu ilmu, menurut Rizal ilmu ini bisa didapatkan dengan mengaji atau berguru dan membaca. Kegiatan ini harus dilakukan oleh orang-orang yang ingin meningkatkan kapasitas dan kualitas diri mereka agar dapat membangun peradaban. Karena menurut Rizal bagaimana mungkin peradaban bisa lahir sedangkan individunya tidak memiliki ilmu dan gagasan.

“Maka temen-temen, silahkan ngaji sama guru trus baca buku, bagaimana mungkin kita pengen membangun peradaban kalo isi kepalanya gak ada. Disuruh nyampein gagasan gak ada. Ditanya gagasan bingung, ditanya mimpinya bingung, ditanya visinya buat umat bingung, gak punya gagasan yang baik, kenapa, karena gak pernah ngaji, gak pernah baca buku, gak ada ilmunya”. Ungkap Rizal yang juga alumni kampus STID DI Al-Hikmah.

Selain itu menurut Rizal, ilmu ini menjadi penting karena peradaban merupakn sebuah proses Panjang yang perlu untuk disadari oleh banyak orang. Cara menyadarkan banyak orang inilah yang membutuhkan ilmu agar orang lain mau turut serta dalam membangun peradaban.

“bukankah peradaban itu tentang meyakinkan banyak orang bukan. Kita yakinkan banyak orang, inilah ide kita, inilah mimpi kita, inilah visi kita, jadi orang percaya dengan itu, yakin dengan itu, akhirnya berbondong-bondong (ikut membangun)”.

Selanjutnya menurut Rizal adalah Networking yaitu memperkuat dan memperluas jaringan pertemanan dengan orang-orang sholeh. Hal ini bertujuan untuk membangun dan mempertahankan kebiasaan-kebiasaan baik seperti mengaji, berilmu dan lainnya.

“dan kebiasaan ini semua, habits ini semua, susah dibangun kecuali kita punya networking, punya circle, punya temen-temen, yang semuanya itu baik, dekat dengan Allah SWT”. Ungkap Rizal.

Rizal berharap dengan 3 poin tersebut dapat menjadikan semuanya individu-individu yang baik yang berperan dalam membangun peradaban dengan apapun perannya.

“Dengan 3 hal ini, mudah-mudahan kita berharap kepada Allah, kita bisa menjadi individu-individu yang baik, yang mudah-mudahan punya peran untuk membangun peradaban, apapun perannya. Pungkasnya.

More to explorer