Nasihat Rasulullah Saw untuk Pelaku Body Shaming

Share to :

Oleh : Anas Malik

Body Shaming merupakan problem sosial yang marak terjadi di Indonesia. Permasalahan tersebut bahkan diangkat menjadi sebuah film yang berjudul “Imperfect: Karier, Cinta & Timbangan” karya sutradara Ernest Prakasa. Film bergenre drama komedi yang bertemakan keluarga dan kehidupan sosial tersebut tayang di bioskop pada akhir tahun 2019. Film tersebut mengisahkan tokoh Rara yaitu seorang gadis dengan perawakan tubuh gendut, anak dari seorang model sukses yang mencoba melawan perlakuan body shaming. Film tersebut mandapatkan sambutan yang positif dari kalangan penonton bahkan menduduki peringkat kedua film dengan penonton terbanyak tahun 2019.

Apa yang dimaksud dengan Body Shaming? Body Shaming adalah tindakan mengejek atau berkomentar negatif terhadap keadaan fisik atau tubuh orang lain. Contohnya penyebutan gendut, cungkring, kulit hitam, perut karung dan sebagainya. Body Shaming dapat dikategorikan sebagai bentuk perundungan secara verbal. Banyak wanita mengalami perlakuan body shaming berdasarkan survei ZAP Beauty Index 2020. Data menyebutkan bahwa sebanyak 62,2% dari jumlah responden survei sebanyak 6.460 wanita dengan rentang usia 13 sampai dengan 65 tahun pernah menjadi korban body shaming dalam hidupnya. 47% mengalami body shaming karena tubuh yang gemuk. 36,4% mengalami body shaming karena kulit mukanya berjerawat dan 28,1% karena bentuk mukanya tembam.

Adapun dampak body shaming bagi korbanya adalah terganggunya kesehatan mental. Siapapun yang mengalami penghinaan fisik tersebut akan malu dan timbul dalam jiwanya rasa tidak berguna hingga pada titik tertentu akan menyebabkan depresi. Adapun ganguan mental yang akan timbul akibat perlakuan body shaming tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Anoreksia Nervosa yaitu gangguan makan yang ditandai dengan berat badan yang sangat rendah, rasa takut yang berlebihan pada kenaikan berat badan, dan persepsi yang salah terhadap berat badan. Anoreksia nervosa termasuk gangguan mental yang serius dan tidak boleh didiamkan. Penderita anoreksia terobsesi ingin memiliki tubuh langsing dan melakukan bebagai cara untuk mencapainya. Bahkan orang-orang yang mengalami gangguan tesebut tidak peduli jika upayanya itu dapat membahayakan kesehatannya, selama berat badan mereka bisa turun. Akibat perilakunya tersebut, penderita anoreksia nervosa dapat mengalami dehidrasi, kekurangan nutrisi, bahkan gangguan irama jantung.
  2. Binge Eating Disorder yaitu penyimpangan perilaku makan, di mana penderitanya sering makan dalam jumlah yang sangat banyak dan sulit menahan dorongan untuk makan. Binge eating disorder berpotensi besar menimbulkan penyakit serius, seperti obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi, bahkan penyakit jantung. Seseorang yang menderita binge eating disorder biasanya sering makan dalam porsi yang sangat besar dan kesulitan untuk berhenti atau sulit menahan dorongan untuk ingin makan dalam jumlah besar. Setelah makan, ia kerap akan merasa bersalah, kesal, atau depresi akibat perilaku makannya tersebut.
  3. Depresi dan mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Penghinaan fisik yang dialami korban body shaming menyebabkan ia mengalami ketakutan dan kecemasan serta kekecewaan yang intens sehinga mengalami depresi. Depresi adalah gangguan suasana hati (mood) yang ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam dan kehilangan minat terhadap hal-hal yang disukai. Depresi yang dibiarkan terus berlanjut dan tidak mendapatkan penanganan dapat menyebabkan terjadinya penurunan produktifitas kerja, gangguan hubungan sosial, hingga munculnya keinginan untuk bunuh diri.

Begitu bahayanya dampak body shaming tersebut, maka Rasulullah Saw menasehati umatnya untuk tidak melakukan perbuatan tersebut. Body shaming termasuk perbuatan tercela serta dilarang dalam agama Islam. Serius ataupun senda gurau, perbuatan menghina fisik orang lain tidak dibenarkan karena dapat membuat mereka yang dihina merasa sakit hati. Allah Swt melarang perbuatan menghina orang lain.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ ١١

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim.(Q.S. Al-Hujurat: 11)

Kata yaskhor atau sukhriyyah dalam ayat di atas sama maknanya dengan al-istihzaa artinya olokan; cemoohan. Makna ayat tersebut adalah larangan bagi kaum muslimin untuk saling olok antar sesama mereka. Allah Swt menyebutkan alasan pelarangan ini karena boleh jadi mereka yang diolok-olok itu lebih baik di sisi Allah Swt daripada yang mengolok-olok. Lafadz qaum dalam ayat tersebut juga dikhususkan bagi kaum laki-laki, sebab mereka merupakan pemimpin kaum wanita, dan kaum wanita pun disebutkan secara khusus dalam ayat tersebut karena olok-olokan dari kaum wanita lebih banyak terjadi.

Asbabun Nuzul ayat di atas dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa seorang laki-laki mempunyai dua atau tiga nama. Orang itu sering dipanggil dengan nama tertentu yang tidak ia senangi. Ayat ini (Q.S. Al-Hujurat: 11) turun sebagai larangan menggelari orang dengan nama-nama yang tidak menyenangkan.

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِسْحَقَ الْجَوْهَرِيُّ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو زَيْدٍ صَاحِبُ الْهَرَوِيِّ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ دَاوُدَ بْنِ أَبِي هِنْدٍ قَال سَمِعْتُ الشَّعْبِيَّ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي جَبِيرَةَ بْنِ الضَّحَّاكِ قَالَ كَانَ الرَّجُلُ مِنَّا يَكُونَ لَهُ الِاسْمَانِ وَالثَّلَاثَةُ فَيُدْعَى بِبَعْضِهَا فَعَسَى أَنْ يَكْرَهَ قَالَ فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةَ { وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ }

 Abdullah bin Ishaq Al Jauhari Al Bashri menceritakan kepada kami, Abu Zaid —sahabat Al Harawi— menceritakan kepada kami dari Syu’bah dari Daud bin Abu Hind, ia berkata: Aku mendengar Asy-Sya’bi menceritakan dari Abu Jabirah bin Adh-Dhahhak berkata, “Seseorang dari kami ada yang mempunyai dua gelar, bahkan tiga gelar. ia biasa dipanggil dengan sebagian gelar-gelar itu, hingga  terkadang ia tidak senang. —Abu Jabirah berkata— Maka turunlah ayat ini, ‘Dan janganlah kalian panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk’. ” (Qs. Al Hujuraat [49]: 11)

Rasulullah Saw tidak suka dengan perbuatan body shaming atau mengolok-olok fisik orang lain. Suatu kali Aisyah r.a pernah cemburu dengan salah satu istri Rasulullah Saw bernama Shafiyah. Kemudian Aisyah r.a mengeluarkan kata-kata celaan.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَسْبُكَ مِنْ صَفِيَّةَ كَذَا وَكَذَا قَالَ غَيْرُ مُسَدَّدٍ تَعْنِي قَصِيرَةً فَقَالَ لَقَدْ قُلْتِ كَلِمَةً لَوْ مُزِجَتْ بِمَاءِ الْبَحْرِ لَمَزَجَتْهُ قَالَتْ وَحَكَيْتُ لَهُ إِنْسَانًا فَقَالَ مَا أُحِبُّ أَنِّي حَكَيْتُ إِنْسَانًا وَأَنَّ لِي كَذَا وَكَذَا

Aisyah berkata kepada Nabi SAW, “Cukuplah bagimu Shafiyah begini dan begitu —dalam lafadz lain, maksudnya adalah Qashirah (pendek)— kemudian beliau bersabda, ‘Engkau telah mengucapkan suatu perkataan yang apabila dicampur dengan air laut niscaya dapat merusaknya (merubahnya).” Suatu hari Aisyah berkata, ‘Aku mencontohkan kejelekan seorang kepada Nabi SAW, maka Nabi bersabda, ‘Aku tidak suka mencontohkan orang lain, meskipun aku akan mendapat upah sekian dan sekian’.”(H.R Abu Daud)

Ada pula kisah sahabat Ibnu Mas’ud r.a, yang menunjukkan bahwa Rasulullah Saw tidak senang dengan perbuatan body shaming.

حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ وَحَسَنُ بْنُ مُوسَى قَالَا حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ زِرِّ بْنِ حُبَيْشٍ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ أَنَّهُ كَانَ يَجْتَنِي سِوَاكًا مِنْ الْأَرَاكِ وَكَانَ دَقِيقَ السَّاقَيْنِ فَجَعَلَتْ الرِّيحُ تَكْفَؤُهُ فَضَحِكَ الْقَوْمُ مِنْهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِمَّ تَضْحَكُونَ قَالُوا يَا نَبِيَّ اللَّهِ مِنْ دِقَّةِ سَاقَيْهِ فَقَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَهُمَا أَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ مِنْ أُحُدٍ

Telah menceritakan kepada kami Abdush Shamad dan Hasan bin Musa keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami Hammad dari ‘Ashim dari Zirr bin Hubaisy dari Ibnu Mas’ud bahwa ia memetik siwak dari pohon Arak dan ia memiliki betis yang kecil, tiba-tiba angin menyingkap kedua kakinya lalu orang-orang menertawakannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “Apa yang kalian tertawakan?” Mereka menjawab; Wahai Nabiyullah, kami menertawakan betisnya yang kecil, maka beliau bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh kedua betisnya lebih berat timbangannya dari gunung Uhud.” (H.R. Ahmad)

Ketahuilah bahwa bahaya lisan sangat besar dan tidak ada orang yang bisa selamat darinya kecuali dengan diam. Rasulullah Saw bersabda;

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ عَنْ يَزِيدَ بْنِ عَمْرٍو الْمَعَافِرِيِّ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَمَتَ نَجَا

Qutaibah menceritakan kepada kami, Ibnu Lahi’ah menceritakan kepada kami, dari Yazid bin Amr AI Ma’aflri, dari Abu Abdurrahman Al Hubuli, dari AbduIIah bin Amr, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang diam, ia selamat (H.R. Tirmidzi)

Diantara perkataan ada yang buruk dan ada yang lebih buruk, ada yang keji dan ada yang lebih keji, ada yang baik dan ada yang lebih baik. Allah Swt menganjurkan kepada orang beriman untuk mengucapkan perkataan yang lebih baik sebagaimana Allah Swt berfirman;

وَقُلْ لِّعِبَادِيْ يَقُوْلُوا الَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ كَانَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوًّا مُّبِيْنًا ٥٣

Artinya: Katakan kepada hamba-hamba-Ku supaya mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (dan benar). Sesungguhnya setan itu selalu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia. (Q.S. Al-Isra: 53)

Jika seseorang tidak bisa mengucapkan perkataan yang lebih baik maka diamlah karena diam bijaksana, tetapi sedikit orang yang melakukannya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَسْكُتْ

3222-4042. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhirat, hendaklah ia berkata yang baik atau diam’.” (H.R. Ibnu Majah)

حَدَّثَنَا صَالِحُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ حَدَّثَنَا سُوَيْدٌ أَخْبَرَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَيُّوبَ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ زَحْرٍ عَنْ عَلِيِّ بْنِ يَزِيدَ عَنْ الْقَاسِمِ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا النَّجَاةُ قَالَ أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ

Shalih bin Abdullah menceritakan kepada kami, Ibnul Mubarak menceritakan kepada kami. Suwaid menceritakan kepada kami, Ibnu Al Mubarak menceritakan kepada kami, dari Yahya bin Ayyub, dari Ubaidillah bin Zahr, dari Ali bin Yazid, dari Qasim, dari Abu Umamah, dari Uqbah bin Amir, ia berkata, “Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, apa —faktor-faktor— keselamatan itu? Beliau menjawab, ‘Jagalah lisanmu dari bahaya yang menimpa dirimu—, jadikanlah dirimu lapang buat dirimu, dan menangislah atas kesalahanmu’.” (H.R. Tirmidzi)

Abu Bakar ash-Shiddiq ra meletakkan kerikil di mulutnya untuk mencegah dirinya dari berbicara. Ia menunjuk pada lidahnya seraya berkata; inilah yang menjerumuskan aku ke dalam kehancura.

Umar bin Khattab ra berkata; “Siapa yang banyak omongnya banyak kesalahannya, siapa yang banyak kesalahannya banyak pula dosanya, dan siapa yang banyak dosanya maka api neraka lebih cocok untuknya.”

Hasan Al-Bashri berkata; “Sesungguhnya lidah orang beriman berada di belakang hatinya, apabila ingin berbicara tentang sesuatu maka ia merenung dengan hatinya kemudian lidahnya menunaikannya. Sedangkan lidah orang munafiq berada di depan hatinya, apabila menginginkan sesuatu maka ia menunaikannya dengan lidah dan hatinya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa setiap orang, pada hakikatnya selalu dalam bahaya. Salah sedikit dalam berucap, maka kemudharatan yang ditimbulkannya besar sekali. Hendaklah disadari bahwa keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan. Oleh karena itu, penting untuk menjaga lisan. Sebab lisan diibaratkan pisau yang apabila salah menggunakannya akan melukai banyak orang.

Referansi :

al-Albani, Muhammad Nashiruddin. (2006). Shahih Sunan Abu Daud Jilid 3. Jakarta: Pustaka Azzam.

——————————————. (2007). Shahih Sunan Tirmidzi Jilid 2. Jakarta: Pustaka Azzam.

——————————————. (2007). Shahih Sunan Ibnu Majah Jilid 3. Jakarta: Pustaka Azzam.

Asy-Syaukani, Al Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad. (2012). Tafsir Fathul Qadir Jilid 10. Jakarta: Pustaka Azzam.

Hawwa, Sa’id. (1998). Intisari Ihya ‘Ulumuddin Al-Ghazali Mensucikan Jiwa Konsep Tazkiyatun-Nafs Terpadu. Jakarta: Robbani Press.

Shaleh, KHQ, Dahlan, H.A.A. (2007). Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an. Bandung. CV. Diponegoro.

http://filmindonesia.or.id/movie/viewer/2019#.ZACiyHZBzcc

https://katadata.co.id/intan/berita/620b22272b225/mengenal-body-shaming-beserta-jenis-dan-dampaknya

https://www.alodokter.com/anoreksia-nervosa

https://www.alodokter.com/binge-eating-disorder-tanda-tanda-penyebab-dan-penanganan

https://www.kajianpustaka.com/2022/06/body-shaming.html

Picture of Tim Media Al-Hikmah

Tim Media Al-Hikmah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sign up for our Newsletter