alhikmah.ac.id – Kaidah fiqihnya berbunyi:
وما أدى إلى الحرام فهو حرام
Apa saja yang dapat terlaksananya perbuatan haram, maka itu juga haram. (Imam Izzuddin bin Abdussalam,Qawaid Al Ahkam fi Mashalihil Anam, 2/184. Syaikh Zakariya bin Ghulam Qadir Al Bakistani, Ushul Al Fiqh ‘Ala Manhaj Ahlil Hadits, Hal. 114)
Jadi, perbuatan apa pun yang dapat mengantarkan pelakunya kepada perkara haram, maka perbuatan tersebut menjadi haram juga.
Syaikh Zakariya bin Ghulam Al Bakistani menjelaskan:
كما لو أدى فعل نافلة إلى ترك فريضة كالذي يصلي بالليل طويلاً وينام عن صلاة الفجر ، فإنه لا يشرع له قيام الليل إذا كان ذلك سببا لتركه صلاة الفجر . أو أدى فعل مباح إلى فعل محرم ، كما لو إذا خلى وحده ارتكب المحرمات ، فإنه لا يشرع له أن يخلوا لوحده إذا كان ذلك سبباً للوقوع في الحرام أو أدى فعلٌ إلى الإحتيال على أمر محرم فهو محرم
Sebagaimana seandainya seorang melakukan shalat sunah yang membuat tertinggalnya shalat wajib. Seperti seorang yang shalat malam begitu lama, namun dia tertidur dari shalat subuhnya. Atau melaksanakan perbuatan mubah yang mengantarkannya kepada perbuatan haram, seperti seseorang yang menyepi sendirian lalu dia melakukan perbuatan yang diharamkan, maka tidak disyariatkan dia menyendiri jika hal itu menjadi sebab terjatuhnya pada perbuatan haram, atau menghayalkan perkara yang haram maka itu juga haram. (Ibid)
Dalil kaidah ini adalah firmanNya Ta’ala:
وَلا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلا
Dan janganlah kamu dekati zina karena itu adalah perbuatan keji dan sejelek-jeleknya jalan. (QS. Al Isra (17): 32)
Ayat ini tidak mengatakan: Laa tazni … (jangan kamu berzina), tetapi ayat ini melarang lebih jauh dari itu yakni melarang jalan yang mendekati perzinaan. Jadi, perbuatan apa saja yang mengantarkan seseorang pada perzinaan, seperti bicara, telepon, sms, dan chatting esek-esek, atau interaksi dengan lawan jenis secara bebas, maka ini semua merupakan jalan yang menuju perzinaan yang diharamkan. Awal dan akhirnya adalah haram.
Syahidul Islam, Sayyid Quthb Rahimahullah Ta’ala berkata:
ومن ثم يأخذ الإسلام الطريق على أسبابه الدافعة ، توقياً للوقوع فيه . . يكره الاختلاط في غير ضرورة . ويحرم الخلوة . وينهى عن التبرج بالزينة . ويحض على الزواج لمن استطاع ، ويوصي بالصوم لمن لا يستطيع …
Oleh karena itu, Islam mengambil cara pencegahan terhadap sebab-sebabnya, sebagai penangkal terjatuhnya ke dalam hal tersebut … membenci bercampur (ikhtilath) pada kondisi bukan darurat, dan mengharamkan khalwat, dan melarang tabarruj (wanita bersolek secara tidak patut, pen). Dan, menganjurkan untuk menikah bagi yang mampu, dan mewasiatkan untuk berpuasa bagi yang tidak mampu … (Fi Zhilalil Quran, 5/17. Mawqi’ At Tafasir)
Contoh penerapan kaidah ini:
– Seorang laki-laki yang hendak ke pasar atau mall, bertujuan untuk “cuci mata” melihat aurat wanita. Maka, perjalanan ke tempat-tempat ini yang pada dasarnya adalah boleh-boleh saja, akan menjadi terlarang untuk dilakukan sebab itu menjadi jalan bagi orang tersebut mewujudkan keinginannya melihat yang haram-haram.
– Membunuh diri adalah haram bahkan salah satu dosa besar. Maka, perilaku apa pun yang mendekatkan seseorang pada kecelakaan bagi jiwanya maka itu juga diharamkan. Dari sinilah di antara sekian banyak alasan diharamkannya rokok, narkoba, dan sejenisnya.
wallahua’lam.