lhikmah.ac.id – Kehidupan di bawah bayangan tauhid merupakan kehidupan yang dilalui oleh generasi pertama dibawah bimbingan Rasulullah Saw. Untuk kita memastikan generasi ini mempunyai kekuatan bermodelkan pimpinan Rasulullah, maka perkara pertama mestilah dipastikan persoalan tauhid ini cukup jelas dan serasi dengan manhaj yang dipakai oleh salafus soleh. Jelas tentang zat Allah, sifat-sifatNya, Asma’Nya dan juga Af’alNya. Dari kejelasan ini membentuk tauhid yang jelas terhadap Allah dari segi asma dan sifat, rububiyah, mulukiyah dan juga uluhiyah Allah. Kesemua ini dirangkumkan di dalam kata syahadat Laa ilaha illa Allah. Dari sini terbentuk hubungan yang murni dan penuh kecintaan dengan Allah, Allah sebagai Rabb yang dijadikan pergantungan, Allah sebagai raja yang ditaati sepenuhnya dan akhirnya sebagai Ilah yang diabdikan diri kepadanya. Dalam konsep-konsep seperti inilah terbentuknya kehidupan yang baik seperti yang digarapkan oleh Rasulullah Saw.
1. Allah.
Perbahasan tentang ketuhanan Allah Swt terbahagi kepada beberapa bahagian diantaranya ialah zat, sifat, asma’ dan af’al Allah. Disamping itu bagaimana hubungan antara hamba dengan Tuhannya.
1.1. Zat.
Zat Allah Swt adalah lebih besar dari apa yang dapat ditanggapi oleh pemikiran manusia karena akal dan pemikiran manusia amat terhad dan terbatas. Banyak contoh yang manusia dapat memanfaatkan sesuatu tetapi tidak tahu bagaimanakah hakikat sesuatu bahkan mengetahuinya tidak membawa apa-apa faedah itu seperti hakikat aliran elektrik dan magnet. Cukup hanya kita mengetahui ciri-ciri khususnya yang boleh memberikan manfaat kepada kita. Kalau kita perbahaskan sesuatu yang tidak kita ketahui, kalam dan ungkapan kita boleh membawa fitnah kepada diri kita sendiri. Oleh itu Rasulullah Saw menegah daripada kita berfikir tentang zat Allah.
Dalil:
· Q.42: 11, Dia lah yang menciptakan langit dan bumi, Ia menjadikan bagi kamu pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri, dan menjadikan dari jenis binatang-binatang ternak pasangan-pasangan (bagi binatang-binatang itu), dengan jalan yang demikian dikembangkan Nya (zuriat keturunan) kamu semua. Tiada sesuatupun yang sebanding dengan (ZatNya, sifat-sifatNya dan pentadbiranNya) dan Dia lah Yang Maha Mendengar, lagi Maha Melihat.
· Q.6: 103, Ia tidak dapat dilihat dan diliputi oleh penglihatan mata, sedang Ia dapat melihat (dan mengetahui hakikat) segala penglihatan (mata), dan Dia lah Yang Maha Halus (melayan hamba-hambaNya dengan belas kasihan), lagi Maha Mendalam pengetahuanNya.
1.2. Sifat.
Apabila kita memerhati mahluk-mahluk yang ada di sekeliling kita termasuk diri kita sendiri, kita dapati ia merupakan ciptaan yang begitu unik dengan susunan dan sistem-sistem yang berjalan dengan teratur, ikatan antara satu sama lain begitu efektif dan sebagainya itu semua akan membawa kepada kita isyarat bahwa Pencipta dan Pentadbir alam ini pastinya dengan yakin memiliki seluruh sifat-sifat kekurangan. Al-Qur’an menyebut sesetengah sifat yang wajib bagi Allah yang menyempurnakan uluhiyahnya.
Dalil:
· Q.7: 180, Dan Allah mempunyai nama-nama yang baik (yang mulia), maka serulah (dan berdoalah) kepadaNya dengan menyebut nama-nama itu, dan pulaukanlah orang-orang yang berpaling dari kebenaran dalam masa menggunakan nama-namaNya. Mereka akan mendapat balasan mengenai apa yang mereka telah kerjakan.
· Q.17: 110, Katakanlah (wahai Muhammad): “Serulah nama “Allah” atau nama “Ar Rahman”, yang mana saja kamu serukan (dari kedua-dua itu adalah baik belaka), karena Allah mempunyai banyak nama-nama yang baik serta mulia”. Dan janganlah engkau nyaringkan bacaan doa atau sembahyangmu, juga janganlah engkau perlahankannya, dan gunakanlah saja satu cara yang sederhana antara itu.
1.3. Asma.
Allah Swt telah memperkenalkan dirinya kepada mahluk-mahluknya dengan beberapa nama dan sifat yang layak dengan Keagungan dan KehebatanNya. Sebaik-baiknya seorang mukmin itu menghafalnya karena padanya ada keberkatan, baik untuk diingati dan membesarkan kedudukanNya.
Dalil:
· Hadits, diriwayatkan dari Abu Hurairah RA katanya, sabda Rasulullah Saw: Bagi Allah itu sembilan puluh sembilan nama, seratus kecuali satu, tidaklah seseorang itu menghafalnya melainkan masuk syurga. Allah itu witir sukakan yang witir.
· Q.7: 180, Dan Allah mempunyai nama-nama yang baik (yang mulia), maka serulah (dan berdoalah) kepadaNya dengan menyebut nama-nama itu, dan pulaukanlah orang-orang yang berpaling dari kebenaran dalam masa menggunakan nama-namaNya. Mereka akan mendapat balasan mengenai apa yang mereka telah kerjakan.
1.4. Af’al.
Allah Swt berkuasa melakukan apa yang Dia kehendaki dan tidak ada sesiapapun yang berhak bertanya dan persoalkan apa yang Allah kehendaki bahkan perbuatan manusia yang akan dipersoalkan oleh Allah. Jika Allah menghendaki kebaikan maka tidak siapa yang boleh menghalang dan begitu juga jika Allah menghendaki kemudaratan tidak ada siapa yang boleh menghalangnya.
Dalil:
· Q.85: 16, Yang berkuasa melakukan segala yang dikehendakinya.
· Q.21: 23, Ia tidak boleh ditanya tentang apa yang Ia lakukan, sedang merekalah yang akan ditanya kelak.
2. Macam-Macam Tauhid.
Perbahasan tentang Allah Swt adalah perbahasan untuk mentauhidkan Allah pada asma, sifat, af’al, rububiyah dan uluhiyahNya.
2.1. Asma dan Sifat.
Mengesakan hanya kepada Allah yang memiliki nama-nama dan sifat-sifat kesempurnaan mutlak. Tidak ada sembarang kekurangan dan kecacatan pada Allah.
Dalil:
· Q.1: 1, Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah lagi Maha Mengasihani.
2.2. Rububiyah.
Kalimah Rabb itu membawa beberapa makna antaranya ialah Tuan, Pemilik sesuatu, yang Mengadakan sesuatu, yang Mengurus sesuatu, yang Mendidik yang lain, yang Menjamin kepentingan manusia. Kesemua pengertian ini tidak dimiliki secara hakikat dan sempurnanya melainkan Allah Swt. Adapun yang lain itu adalah marbub dan mahluk.
Dalil:
· Q.1: 2, Segala puji tertentu pagi Allah, Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam.
· Q.114: 1, Katakanlah (wahai Muhammad): “Aku berlindung kepada (Allah) pemelihara sekalian manusia”.
· Q.7: 54, Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Ia bersemayam diatas Arasy. Ia melindungi malam dengan siang yang mengiringinya dengan deras (silih berganti) dan (Ia pula yang menciptakan) matahari dan bulan serta bintang-bintang, (semuanya) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, kepada Allah jualah tertentu urusan menciptakan (sekalian mahluk) dan urusan pemerintahan. Maha Suci Allah yang mencipta dan mentadbirkan sekalian alam.
2.3. Mulkiyah.
Tauhid mulkiyah adalah mengesakan hanya kepada Allah yang memiliki kuasa pemerintahan yang sebenarnya di langit dan di bumi dan atas setiap segala sesuatu.
Dalil:
· Q.3: 26, Katakanlah (wahai Muhammad): “Wahai Tuhan yang mempunyai kuasa pemerintahan. Engkaulah yang memberi kuasa pemerintahan kepada sesiapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah juga yang memuliakan sesiapa yang Engkau kehendaki dan Engkaulah yang menghina sesiapa yang Engkau kehendaki. Dalam kekuasaan Engkaulah saja adanya segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.
· Q.3: 189, Dan bagi Allah jualah kuasa pemerintah langit dan bumi dan Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.
· Q.62: 2, Dia lah yang telah mengutuskan dalam kalangan orang-orang (Arab) yang Ummiyyin, seorang Rasul (Nabi Muhammad Saw) dari bangsa mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah (yang membuktikan keesaan Allah dan kekuasaanNya), dan membersihkan mereka (dari iktiqad yang sesat), serta mengajarkan mereka Kitab Allah (Al-Qur’an) dan Hikmah (pengetahuan yang mendalam mengenai hukum-hukum syarak). Dan sesungguhnya mereka sebelum (kedatangan Nabi Muhammad) itu adalah dalam kesesatan yang nyata.
2.4. Uluhiyah.
Kalimah Ilah berarti yang disembah samada secara haq maupun batil. Maka tauhid uluhiyah membawa arti memberikan hak penyembahan dan pengabdian diri semata-mata kepada Allah Swt. Ibadah kepada Allah ini berasaskan kasih sayang sepenuhnya kepada Allah dan ketundukan mutlak hanya kepada Allah.
Dalil:
· Q.1: 5, Engkaulah saja (Ya Allah) Yang Kami sembah dan kepada Engkaulah saja kami memohon pertolongan.
· Q.114: 3, Tuhan yang berhak disembah oleh sekalian manusia.
3. Terangkum Dalam Kalimat Laa Ilaha illa Allah.
Keempat-empat tauhid tersebut (asma wa sifat, rububiyah, mulkiyah dan uluhiyah) adalah merupakan inti kepada tuntutan yang terkandung di dalam syahadat Laa ilaha illa Allah. Dengan tauhid ini, maka terbentuk hubungan yang khusus di antara manusia dengan Allah Swt.
3.1. Allah sebagai Kecintaan.
Hubungan orang-orang yang beriman dengan Allah adalah hubungan kecintaan karena Allah memiliki sifat penyayang dan pengasih yang sempurna. Allah memiliki segala kesempurnaan maka paling layaklah Allah dicintai dan dikasihi.
Dalil:
· Q.2: 165, (Walaupun demikian), ada juga diantara manusia yang mengambil selain dari Allah (untuk menjadi) sekutu-sekutu (Allah), mereka mencintainya, (memuja dan mentaatinya) sebagaimana mereka mencintai Allah, sedang orang-orang yang beriman itu lebih cinta (taat) kepada Allah. Dan kalaulah orang-orang yang melakukan kezaliman (syirik) itu mengetahui ketika mereka melihat azab pada hari akhirat kelak, bahwa sesungguhnya kekuatan dan kekuasaan itu semuanya tertentu bagi Allah, dan bahwa sesungguhnya Allah Maha berat azab siksaNya, (niscaya mereka tidak melakukan kezaliman itu).
· Q.8: 2, Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu (yang sempurna imannya) ialah mereka yang apabila disebut nama Allah (dan sifat-sifatNya) gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, menjadikan mereka bertambah iman dan kepada Tuhan mereka jualah mereka berserah.
3.2. Rabb yang Dimaksudkan.
Allah menjadikan manusia adalah supaya manusia mengabdikan dirinya kepada Allah. Oleh karena itu seluruh hidup adalah untuk Allah. Allah menjadi matlamat dan pengharapan kita.
Dalil:
· Q.6: 162, Katakanlah: “Sesungguhnya sembahyangku dan ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam.
3.3. Raja yang Ditaati.
Mukmin yang memahami tuntutan Laa ilaha illa Allah dan mencapai tauhid ini senantiasa merasakan bahwa Allah adalah penguasa hakiki yang wajib ditaati sepenuhnya.
Dalil:
· Q.4: 59, Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasulullah dan kepada Ulil Amri (orang-orang yang berkuasa) dari kalangan kamu. Kemudian jika kamu berbantah-bantah (berselisih) dalam suatu perkara, maka hendaklah kamu mengembalikannya kepada (Kitab) Allah (Al-Qur’an) dan (Sunnah) RasulNya, jika kamu benar beriman kepada Allah dan Hari Akhirat. Yang demikian adalah lebih baik (bagi kamu) dan lebih elok pula kesudahannya.
3.4. Ilah yang Diabdi.
Mukmin yang memahami tuntutan tauhid ini juga meyakini bahwasanya tidak ada lagi dalam alam ini suatu ilah yang lain selain Allah karena Dialah yang memiliki seluruh kesempurnaan dan kehebatan.
Dalil:
· Q.51: 56, Dan (ingatlah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka menyembah dan beribadat kepadaKu.
4. Tercapai Kehidupan Yang Baik.
Bersandarkan tauhid kepada Allah dalam semua aspek-aspek yang telah disebutkan di atas maka seorang mukmin itu berada di atas landasan yang benar dan sebenar serasi dengan tuntutan aturan semula jadi alam yang telah ditentukan oleh Allah. Hidupnya membawa kebaikan kepada alam sejagat dan mahluk-mahluk yang lain bahkan Allah sendiri menjanjikan balasan kepada mereka dengan kehidupan yang baik dan ganjaran yang tinggi.
Dalil:
· Q.16: 97, Sesiapa yang beramal soleh dari lelaki atau perempuan sedang ia beriman, maka sesungguhnya Kami akan menghidupkan dia dengan kehidupan yang baik, dan sesungguhnya kami akan membalas mereka dengan memberikan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka telah kerjakan.