alhikmah.ac.id – Muhammad Rasulullah Saw adalah sebagai hamba di antara hamba-hamba Allah lainnya. Sebagai hamba maka Rasul mempunyai ciri yang juga sama dengan manusia lainnya seperti beliau sebagai manusia, mempunyai nasab dan jasadnya. Sebagai hamba ini menunjukkan bahwa Nabi adalah manusia biasa yang Allah berikan kemuliaan berupa wahyu dari Allah. Untuk mengetahui Nabi sebagai hamba dapat kita ketahui secara pasti dari perjalanan sirah Nabi, khususnya di dalam fiqh sirah. Selain itu Nabi Muhammad Saw juga sebagai rasul diantara para rasul. Sebagai rasul, Nabi bersifat menyampaikan risalah, menjalankan amanah dari Allah, dan sebagai pemimpin ummat. Perjalanan Nabi sebagai Rasul dalam menyampaikan dakwah dan misi dapat dilihat dari dakwah-dakwah Nabi seperti di dalam fiqh dakwah. Selain itu Nabi Muhammad Saw juga membawa sunnah yang dijadikan sebagai fiqhul Ahkam. Kedudukan Rasul dapat digambarkan di dalam sirah nabi, sunnahnya dan dakwahnya sehingga dari kedudukan ini banyak yang kita ambil sebagai fiqh sirah, fiqh ahkam dan fiqh dakwah.
1. Abid min Ibadillah.
Rasul Muhammad Saw adalah sebagai hamba dan manusia biasa yang juga makan, minum, pergi ke pasar, beristeri, berniaga dan segala aktivitas manusia dikerjakan dan ditunaikan dengan baik. Rasul melaksanakan keperluan dan keperluan sebagaimana manusia lainnya melaksanakan keperluannya. Dari keadaan ini dapat disimpulkan bahwa Rasul sebagai manusia dan kitapun sebagai manusia sehingga apa yang dikerjakan oleh Nabi juga dapat dilaksanakan oleh kita secara baik. Tidak ada alasan untuk tidak mengerjakan perintah Rasul karena Allah telah mengutus Rasul dari kalangan manusia juga.
Yang membedakan rasul dengan manusia yang lain ialah Rasul mendapat wahyu yaitu menyuruh kita mengilahkan Allah saja.
Dalil:
Q.18: 110, Rasul adalah manusia biasa seperti kalian.
Q.17: 1, Rasul disebut oleh Allah sebagai hambanya.
1.2. Insan.
Rasul sebagai manusia digambarkan makan, ke pasar dan sebagainya. Perilaku ini menggambarkan suatu aktivitas sehari-hari manusia. Apabila Rasul sebagai manusia maka dakwah mudah dilaksanakan dan mudah diterima, tidak ada alasan bagi manusia untuk menolaknya. Apabila malaikat sebagai Nabi maka banyak alasan untuk tidak melaksanakan perintah Allah. Kaum Yahudi senantiasa menyoal kehadiran Rasul yang berasal dari manusia. Sebetulnya mereka mengada-adakan soalan yang didasari kekufurannya kepada Allah.
Rasul sebagai manusia juga dijelaskan dengan peranan Rasul sebagai suami dan bapa dari anak-anaknya. Dengan peranan ini menjadikan manusia lebih sempurna dan dapat mengikutinya dengan baik setiap amalan dan arahannya.
Dalil:
Q.25: 7, Rasul sebagai manusia yang juga makan, berjalan ke pasar.
Q.13: 38, Rasul mempunyai isteri, anak.
1.2. Nasab.
Rasul berasal dari kaum Qurasy. Bapanya yang bernama Abdullah dan ibunya bernama Aminah. Beliau mempunyai keluarga dan keturunan yang jelas. Begitupun tentang sejarah kelahiran dan asal usulnya. Sejarah yang menjelaskan bagaimana nabi dibesarkan sehingga menjadi Rasul juga banyak terdapat di berbagai buku sirah Nabi.
Dalil:
Hadits dan Sirah Nabi.
1.3. Jism.
Jism nabi Muhammad Saw digambarkan banyak oleh hadits seperti rambutnya yang rapi dan selalu disikat kemas, badannya yang kuat, tingginya sederhana dan sebagainya. Dari gambaran jasad ini Nabi adalah manusia yang juga sebagai manusia biasa lainnya.
Dalil:
Hadits dan Sirah Nabi.
1.4. Sirah Nabawiyah.
Penggambaran Nabi sebagai hamba Allah terdapat di dalam sirah nabawiyah. Penggambaran ini dijadikan sebagai pengajaran, menerangkan sesuatu dan juga dapat sebagai petunjuk bagi kita yang membacanya. Dari sirah nabawiyah dapat disimpulkan bahwa Nabi sebagai hamba Allah dan menjalankan aktiviti-aktivitinya sebagai manusia biasa.
Dalil:
Q.12: 111, Kisah di dalam sirah dijadikan sebagai pelajaran.
2. Rasul minal Mursalin.
Muhammad Saw selain sebagai hamba biasa juga sebagai Rasul yang mempunyai keutamaan dan ciri-ciri kerasulan. Muhammad seperti Rasul lainnya juga mempunyai mukjizat dan tugas-tugas mulia. Walau bagaimanapun Rasul juga seperti manusia yang akan meninggal pada saatnya.
Dalil:
Q.3: 144, Muhammad itu sebagai Rasul yang sesungguhnya telah terdahulu beberapa Rasul sebelumnya.
2.1. Tabligh Risalah.
Peranan Rasul yang utama adalah menyampaikan risalah Tuhan karena inilai yang membedakannya dengan manusia biasa. Rasul membawa manusia untuk mengabdi kepada Ilah yang satu yaitu Allah Swt. Menyampaikan misi Islam dan memberikan contoh adalah aktivitas utama para Rasul.
Dalil:
Q.72: 28, Rasul-rasul itu telah menyampaikan risalat Tuhannya.
Q.33: 39, Rasul yang menyampaikan risalah Agama Allah.
2.2. Adaul Amanah.
Rasul telah menunaikan amanahnya sebagai rasul yaitu menyampaikan risalah kepada manusia. Menunaikan amanah dan tugas menyampaikan misi ini merupakan peranan Rasul. Bukti bahwa Rasul telah menunaikan amanah ini adalah pengikut-pengikutnya yang setia dan menyebarkan dakwah kepada manusia.
Dalil:
Q.72: 28, Rasul telah menyampaikan risalat Tuhannya.
Q.5: 67, Rasul diperintahkan untuk menyampaikan apa-apa yang diterimanya dari Allah.
2.3. Imamatul Ummat.
Nabi Muhammad Saw sebagai Rasul juga sebagai Imam yang bertanggung jawab ke atas ummatnya. Pada hari kiamat Nabi berperanan sebagai Ummat. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi juga bertanggung jawab terhadap apa-apa yang sudah disampaikan kepada ummatnya. Ketika di hari penghitungan di hari kiamat Nabi mempertanggung-jawabkan ummatnya.
Dalil:
Q.4: 41, Nabi Muhammad sebagai saksi bagi ummatnya.
Q.17: 71, setiap manusia dengan imamnya di hari kiamat.
2.4. Dakwah Nabawiyah.
Al-Qur’an dan juga Sirah banyak menjelaskan dakwah nabi. Dari kedua ini muncul fiqh dakwah yang berseuai dengan realitas, tuntutan, keadaan dan respons tempatan. Misalnya Allah menceritakan perjalanan hijrah Nabi bersama Abu Bakar yang berada di gua Tsur, didapati banyak ular dan berbagai hewan yang berbahaya, kemudian nabi berkata janganlah takut sesungguhnya Allah bersama kami. Ayat yang menggambarkan dakwah ini menjadi fiqh dakwah bagi para da’i saat ini khususnya memotivasikan kita agar senantiasa berdakwah walaupun menghadapi banyak cabaran dan rintangan.
Dalil:
Q.9: 40, Rasul menasehati Abu Bakar, janganlah berduka cita sesungguhnya Allah bersama kami.
3. Sunnah.
Dari segi bahasa Sunnah berarti jalan. Maksud Sunnah Nabi adalah segala sesuatu yang disebutkan, diakurkan dan diamalkan. Sunnah Nabi bernilai syar’i dan perlu untuk mengikutinya. Sunnah yang demikian dijadikan sebagai teladan dan ikutan. Sesuatu di luar itu boleh dilaksanakan boleh juga tidak, ia merupakan sesuatu yang tidak wajib seperti Nabi biasa menunggang unta, memakai pakaian budaya Arab, perang dengan pedang dan sebagainya. Perkara ini adalah wasailul hayah yang boleh berubah dan tidak mesti mengikutinya. Yang perlu diikuti dan bernilai sunnah adalah yang bersifat minhajul hayah. Sunnah ini dijadikan sebagai fiqh ahkam untuk rujukan beramal atau mengambil keputusan.
Dalil:
Hadits dan Sirah Nabi.
3.1. Fiqhul Ahkam.
Bagi muslim dalam menjalankan hidup dan dakwah tentunya menghadapi banyak cabaran selain dari bagaimana mesti menjalani hidup ini dengan sempurna. Peranan hukum atau aturan sebagai panduan membawa kita ke arah yang sempurna sangatlah diperlukan. Rasul dijadikan sebagai tempat ketaatan dan ikutan, dan juga sebagai rujukan hukum. Fiqh ahkam yang digunakan sebagai dalil juga memerlukan pandangan sunnah.
Dalil:
Q.4: 64, 65, Rasul sebagai rujukan hukum dalam mengurus perselisihan.