alhikmah.ac.id – Jika dilihat, sekarang ini sudah semakin banyak seorang istri yang menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga.
Walaupun mereka yang menikah dengan kondisi tersebut, pernikahannya tetap berjalan baik-baik saja dan tidak ada hambatan dalam rumah tangganya alias sukses merengkuh sakinah, mawaddah, dan warahmah (SAMARA).
Namun, disatu sisi, tidak sedikit para suami yang merasa khawatir jika istrinya berpenghasilan melebihi dirinya atau lebih tinggi. Para suami takut kondisi itu membahayakan pernikahan yang mereka jalani. Apakah benar demikian?
Sebagai contoh, Budi dan Ismi, bukan nama sebenarnya, tinggal di Bekasi. Mereka adalah salah satu pasangan yang menjalani pernikahan dengan beda penghasilan tersebut.
Saat Budi, sang suami, terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dari pekerjaannya dengan jabatan sebagai Manajer di sebuah perusahaan tekstil ternama, ia pun harus mencari pekerjaan lain.
Beberapa bulan kemudian, Budi pun mendapatkan pekerjaan. Namun, pekerjaan barunya kini ternyata gaji yang ia terima lebih kecil dari sang istri, Ismi yang bekerja sebagai kepala HRD sebuah perusahaan swasta ternama di Jakarta.
Kini, setelah menjadi orang yang penghasilannya lebih tinggi dari sang suami, Ismi merasa lebih percaya diri dari sebelumnya. Ismi jadi tidak bergantung lagi secara finansial pada suami, Budi.
Namun terkadang, Ismi suka berfikir tentang pekerjaan dan mengurus rumah tangga. Jika memang ia boleh memilih, maka Ismi, ibu dua anak itu lebih suka menjadi mengurus rumah tangga (IRT) atau bekerja part time saja.
Dengan demikian Ismi jadi bisa lebih banyak menghabiskan waktu dengan kedua putra putrinya. Ismi, meski berpenghasiilan lebih besar dari suaminya, namun ia harus tetap berjuang untuk menyeimbangkan tugasnya sebagai orangtua sekaligus dengan pekerjaannya.
Fakta berbicara, bahwa para istri akan merasa kehidupan pernikahannya berkualitas saat sang suami lah yang menjadi pencari nafkah utama bukan dirinya. Para istri akan merasakan ketidakpuasaan saat dia kurang memiliki waktu untuk anak-anaknya.
Kebanyakan pasangan, masih banyak memberikan istri tanggungjawab yang lebih, dalam keluarga. Mulai dari mengurus rumah tangga dan anak, ditambah urusan di luar rumahnya. Jadi sulit untuk wanita bekerja menyeimbangkan hidup mereka sebagai seorang ibu.
Selain masalah di atas, hal lainnya yang juga kerap membuat sang istri yang berpenghasilan lebih besar dari suami bertengkar adalah, berusaha menerima kenyataan. Mereka harus berusaha melawan kenyataan jika kini sang wanitalah yang berpendapatan lebih.
Terkadang, kedua belah pihak, yaitu suami dan istri belum bisa menerima kenyataan itu. Baik si suami maupun istri merasa seharusnya suami yang bergaji lebih besar. Sulit untuk melepaskan harapan itu.
Bersyukur, masalah di atas tidak dialami oleh pasangan berbahagia ini, Budi dan Ismi. Meskipun keduanya bekerja, namun mereka tetap bisa bekerjasama dalam mengurus urusan rumah tangga dan anak-anak, bahkan masih sempat memberikan kepedulian kepada tetangga sekitar rumahnya.
Meskipun istriku Ismi, menghasilkan uang lebih banyak, namun kita berdua masih sering mendiskusikan hal-hal yang berhubungan dengan masalah keluarga. Begitu kata Budi menerangkan tentang komunikasi yang dijalankan dengan istrinya.
Kunci langgeng dan harmonis pasangan yang istrinya berpenghasilan lebih tinggi ini adalah komunikasi. Karena dengan komunikasi, semua permasalahan yang besar akan terasa sangat ringan jika dilakukan bersama pasangan. Setiap pasangan harus mau saling mendengarkan satu sama lainnya.
Jika ada suami yang merasa rendah diri, katakan padanya jika uang semestinya bukan hal mendasar dari kekuatan hubungan pernikahan. Yakinkan suami bahwa kontribusi yang dilakukan dalam keluarga sangat berharga untuk hubungan dalam rumah tangga.
Sementara itu, untuk sang istri, janganlah merasa terlalu lebih berkuasa hanya karena berpenghasilan lebih tinggi dari suami. Tetaplah menghormati pasangan dan juga dengarkan pendapatnya.
Pastikan suami dan istri memiliki pembagian kerja yang jelas. Hal itu untuk menghindari salah satu pihak merasa terbebani untuk urusan rumah dan keluarga. Jika perlu ditulis daftar apa saja yang harus dilakukan suami dan istri.
Bahkan tanya dan diskusikan daftar tersebut apakah sudah terasa adil atau belum. Dengan pembagian tugas seperti itu diharapkan dapat memperkecil masalah yang timbul dalam rumah tangga. Wallahu’alam