Menciptakan Harmoni dengan Al-Qur’an

Share to :

alhikmah.ac.id – Di antara keharusan membaca Al-Qur’an ialah menciptakan harmoni dengan Al-Qur’an yang dibacanya, berinteraksi dengan akal dan hatinya ketika membaca, dalam keadaan sadar dan menghadirkan hati, bukan dalam keadaan lalai dan berpaling. Di antara cirinya ialah menyibukkan akal untuk memikirkan makna yang diucapkannya, sehingga dia mengetahui makna setiap ayat, memperhatikan perintah dan larangan serta dia yakin bisa menerimanya. Adapun jika dia tidak bisa memahami apa yang dibacanya, maka dia memohon ampunan. Jika meliwati ayat rahmat, maka dia merasakan kegembiraan dan memohon. Jika melewati ayat adzab, maka dia measakan ketakutan dan memohon perlindungan. Jike melewati ayat larangan, maka dia merasakan larangan itu dan mengagungkan. Jika melewati ayat doa, maka dia merunduk dan meminta.

Muslim meriwayatkan dari Hudzaifah, dia berkata, “Suatu malam aku pernah shalat bersama Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Beliau memulai dengan surat Al-Baqarah dan membaca seluruhnya, kemudian surat An-Nisa’ dan membacara seluruhnya, kemudian surat Ali Imran dan membaca seluruhnya. Beliau membaca secara berlahan-lahan. Jika melewati ayat yang di dalamnya terdapat tasbih, maka beliau bertasbih. Jika melewati ayat permintaan, maka beliau meminta. Jika melewati ayat ta’awwudz, maka beliau berta’awwudz.”

Abu Daud, An- asa’y dan lainnya meriwayatkan dar Auf bi Malik, dia berkata, ” Suatu malam aku shalat bersama Nabi Shallallhu Alaihi wa Sallam. Beliau shalat membaca suarah Al-Baqarah. Beliau tiak melwati ayat rahmat melainkan beliau berhenti dan memohon. Beliau tidak melewati ayat adzab melainkan beliau berhanti dan memohon perlindunagan”.

Ahmad dan Abu Daud meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa jika Nabi Sallalhu Alaihi wa Sallam membaca, ” Sabbihisma Rabbikal-a’la”, maka beliau mengucapkan , ” Maha Suci Rab Yang Maha Tinggi.”

Al-Imam Az-Zarkasi berkata dalam Al-Burhan,” Ketauhilah bahwa siapa pun yang diberi pengetahuan tentang Alquran oleh Allah, maka dia harus bisa merasakan sentuahn nikmat, karena Al- Qur’an merupakan mu’jizat yang paling agung, yang kekal memngiringi kekekaln Islam, mengingat beliau adalah penutup para nabi dan rasul. Berhujah dengan Al-quran berlaku ntuk setiap waktu dan tempat, karena Ia merupakan kalam Rabbul’alamin dan merupakan kitab Allah yang paling mulia. Siapa pun yang mempunyai pengetahuan tentang Al-Quran hendaklah melihat bahwa Allah telah melimpahkan nikmat yang besar kepadanya. Hendaklah dia bertindak agar Al-Quran menjadi hujjah baginya dan bukan sebagai hujjah atas dirinya. Sebab Al-quran mengandung permohonan perintah, pencegahan dan larangan, penyebutan kabar berbagaii kaum yang harus menanggung hujjah atas diri mereka, sehingga mereka menjadi pelajaran bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran. Ketika dakmereka pun binasa karena kedurhakaan. Maka orang yang mengetahui keadaan mereka hendaknya waspada jika dia hendak durhaka, agar kesudahan dirinya tidak seperti kesudahan yang menimpa mereka. Jika orang yang embaca Al-Quran ingin mendapatkan ketinggian kedudukannya kerena dia berada di jalan Kitab Allah dan hatinya terbuka untuk menerima lembaran-lembarannya, maka hendaklah ia menghentiakn hal-hal yang hina dan melaksanakan amal-amal shalih yang banyak ragamnya. Cara terbesar yang dapat membantu hal itu ialah mambaca Al-Quran dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana pesan Allah kepada Nabi-Nya,

Dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan ” ( Al –Muzzammil : 4)

” Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu mnbacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” ( Al – Isra’ : 106 ).

Dia harus menyibukkan akalnya untuk memikirkan makna yang diucapakn lisannya, sehingga dia mengtahui makna dari setiap ayat, dan tidak beralih keayat berikutnya sebelum ia mengetahui maknanya. Jika melewati ayat rahmat, maka dia berhenti dan dan meresakan kegembiraan terhadap apa yang dijanjikan Allah serta memohon rahmat kepada Allah. Jiak melewati ayat azab, mak dia berhenti dan mendalami maknanya. Jika ayat itu berkaitan dengan orang-orang kafir, maka dia harus menyatakan iman dan berkata, ” Aku beriman kepda Allah semata”, menyatakan ketakutan, kemudian memohon kepada Allah agar melindungi dirinya dari api neraka.

Jika melewati ayat yang di dalamnya terkandung seruan kepada orang-orang yang beriman, seperti kalimat,” Hai orang-orang yang beriman”, maka dia berhenti pada ayat itu. Sementara sebagian di antara ulama ada yang mengucapkan ,” Labbaika Rabbi was sa’daika”. Lalu dia memperhatikan perintah atau larangan yang disebutkan setelah itu dan disertai keyakinan dia akan menerimanya. Iak yang disebutkan berupa perintah dan ternyata dia tidak mampu melaksakan printah itu maka, saat itu pula dia memohon ampunan kepada Allah karena keterbatasan dan pengabainnya. Contoh adalah firman Allah,

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatkah kepada Allah dengan taubat yang semurni – murninya.” ( At –Tahrim: 8)

Jika dia melewati ayat ini, maka dia harus mengingat perbuatan dosa, kezaloman, ghibah dan ksalahan – kesalahan dirinya, lalu dia memohin ampunan dari semua itu, berniat untuk bemar-benar bertaubat dan tidak lagi melakukan kalahan dan dosa itu., meminta maaf secar langsung kepada orang yang tela didzaliminya atau dengan menulis surat jika orang yang dimaksud jauh darinya, mengembalikan apa yang pernah dimbilnya dari orang lain, meniatkan hal itu ketika dia membaakan ayat tersbut, higga Allah tau bahwa dia tela mendengar dan taat.

Jika seseorang melakukan hal ini, berarti dia tela membaca Al-Quran secara sempurna. Jika dia melewati suatu ayat yan tidak diketahui maknanya, maka dia dapat mnghafalnya lalu mananyakannya kepaa orang lain yang mengetahui maknanya, agar dia benar-benar mengetahui hal itu dan dapat melaksanakan isinya. Jika ada perbedaan pndapat tentang suatu ayat, maka dia dapa menyimpulkan sendiri mna yang lebih benar.

Jika ayat yang dibacanya merupakan kisah umat-umt yang terdahulu, maka hendaklah dia memperhtiakan apa yang telah diselamatkan Allah dari umat ini, lalu dia dapat pmemperbaharui syukur kepada-Nya.

download

 

Menciptakan Harmoni dengan Al-Qur’an

alhikmah.ac.id – Di antara keharusan membaca Al-Qur’an ialah menciptakan harmoni dengan Al-Qur’an yang dibacanya, berinteraksi dengan akan dan hatinya ketika membaca, dalam keadaan sadar dan menghadirkan hati, bukan dalam keadaan lalai dan berpaling. Di antara cirinya ialah menyibukkan akal untuk memikirkan makna yang diucapkannya, sehingga dia mengetahui makna setiap ayat, memperhatikan perintah dan larangan serta dia yakin bisa menerimanya. Adapun jika dia tidak bisa memahami apa yang dibacanya, maka dia memohon ampunan. Jika meliwati ayat rahmat, maka dia merasakan kegembiraan dan memohon. Jika melewati ayat adzab, maka dia measakan ketakutan dan memohon perlindungan. Jike melewati ayat larangan, maka dia merasakan larangan itu dan mengagungkan. Jika melewati ayat doa, maka dia merunduk dan meminta.

Muslim meriwayatkan dari Hudzaifah, dia berkata, “Suatu malam aku pernah shalat bersama Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Beliau memulai dengan surat Al-Baqarah dan membaca seluruhnya, kemudian surat An-Nisa’ dan membacara seluruhnya, kemudian surat Ali Imran dan membaca seluruhnya. Beliau membaca secara berlahan-lahan. Jika melewati ayat yang di dalamnya terdapat tasbih, maka beliau bertasbih. Jika melewati ayat permintaan, maka beliau meminta. Jika melewati ayat ta’awwudz, maka beliau berta’awwudz.”

Abu Daud, An- asa’y dan lainnya meriwayatkan dar Auf bi Malik, dia berkata, ” Suatu malam aku shalat bersama Nabi Shallallhu Alaihi wa Sallam. Beliau shalat membaca suarah Al-Baqarah. Beliau tiak melwati ayat rahmat melainkan beliau berhenti dan memohon. Beliau tidak melewati ayat adzab melainkan beliau berhanti dan memohon perlindunagan”.

Ahmad dan Abu Daud meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa jika Nabi Sallalhu Alaihi wa Sallam membaca, ” Sabbihisma Rabbikal-a’la”, maka beliau mengucapkan , ” Maha Suci Rab Yang Maha Tinggi.”

Al-Imam Az-Zarkasi berkata dalam Al-Burhan,” Ketauhilah bahwa siapa pun yang diberi pengetahuan tentang Alquran oleh Allah, maka dia harus bisa merasakan sentuahn nikmat, karena Al- Qur’an merupakan mu’jizat yang paling agung, yang kekal memngiringi kekekaln Islam, mengingat beliau adalah penutup para nabi dan rasul. Berhujah dengan Al-quran berlaku ntuk setiap waktu dan tempat, karena Ia merupakan kalam Rabbul’alamin dan merupakan kitab Allah yang paling mulia. Siapa pun yang mempunyai pengetahuan tentang Al-Quran hendaklah melihat bahwa Allah telah melimpahkan nikmat yang besar kepadanya. Hendaklah dia bertindak agar Al-Quran menjadi hujjah baginya dan bukan sebagai hujjah atas dirinya. Sebab Al-quran mengandung permohonan perintah, pencegahan dan larangan, penyebutan kabar berbagaii kaum yang harus menanggung hujjah atas diri mereka, sehingga mereka menjadi pelajaran bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran. Ketika dakmereka pun binasa karena kedurhakaan. Maka orang yang mengetahui keadaan mereka hendaknya waspada jika dia hendak durhaka, agar kesudahan dirinya tidak seperti kesudahan yang menimpa mereka. Jika orang yang embaca Al-Quran ingin mendapatkan ketinggian kedudukannya kerena dia berada di jalan Kitab Allah dan hatinya terbuka untuk menerima lembaran-lembarannya, maka hendaklah ia menghentiakn hal-hal yang hina dan melaksanakan amal-amal shalih yang banyak ragamnya. Cara terbesar yang dapat membantu hal itu ialah mambaca Al-Quran dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana pesan Allah kepada Nabi-Nya,

Dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan ” ( Al –Muzzammil : 4)

” Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu mnbacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” ( Al – Isra’ : 106 ).

Dia harus menyibukkan akalnya untuk memikirkan makna yang diucapakn lisannya, sehingga dia mengtahui makna dari setiap ayat, dan tidak beralih keayat berikutnya sebelum ia mengetahui maknanya. Jika melewati ayat rahmat, maka dia berhenti dan dan meresakan kegembiraan terhadap apa yang dijanjikan Allah serta memohon rahmat kepada Allah. Jiak melewati ayat azab, mak dia berhenti dan mendalami maknanya. Jika ayat itu berkaitan dengan orang-orang kafir, maka dia harus menyatakan iman dan berkata, ” Aku beriman kepda Allah semata”, menyatakan ketakutan, kemudian memohon kepada Allah agar melindungi dirinya dari api neraka.

Jika melewati ayat yang di dalamnya terkandung seruan kepada orang-orang yang beriman, seperti kalimat,” Hai orang-orang yang beriman”, maka dia berhenti pada ayat itu. Sementara sebagian di antara ulama ada yang mengucapkan ,” Labbaika Rabbi was sa’daika”. Lalu dia memperhatikan perintah atau larangan yang disebutkan setelah itu dan disertai keyakinan dia akan menerimanya. Iak yang disebutkan berupa perintah dan ternyata dia tidak mampu melaksakan printah itu maka, saat itu pula dia memohon ampunan kepada Allah karena keterbatasan dan pengabainnya. Contoh adalah firman Allah,

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatkah kepada Allah dengan taubat yang semurni – murninya.” ( At –Tahrim: 8)

Jika dia melewati ayat ini, maka dia harus mengingat perbuatan dosa, kezaloman, ghibah dan ksalahan – kesalahan dirinya, lalu dia memohin ampunan dari semua itu, berniat untuk bemar-benar bertaubat dan tidak lagi melakukan kalahan dan dosa itu., meminta maaf secar langsung kepada orang yang tela didzaliminya atau dengan menulis surat jika orang yang dimaksud jauh darinya, mengembalikan apa yang pernah dimbilnya dari orang lain, meniatkan hal itu ketika dia membaakan ayat tersbut, higga Allah tau bahwa dia tela mendengar dan taat.

Jika seseorang melakukan hal ini, berarti dia tela membaca Al-Quran secara sempurna. Jika dia melewati suatu ayat yan tidak diketahui maknanya, maka dia dapat mnghafalnya lalu mananyakannya kepaa orang lain yang mengetahui maknanya, agar dia benar-benar mengetahui hal itu dan dapat melaksanakan isinya. Jika ada perbedaan pndapat tentang suatu ayat, maka dia dapa menyimpulkan sendiri mna yang lebih benar.

Jika ayat yang dibacanya merupakan kisah umat-umt yang terdahulu, maka hendaklah dia memperhtiakan apa yang telah diselamatkan Allah dari umat ini, lalu dia dapat pmemperbaharui syukur kepada-Nya.



Picture of admin

admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sign up for our Newsletter