alhikmah.ac.id – Awal tahun 2014 dunia diperhadapkan dengan berbagai macam situasi dan prediksi tak menentu, utamanya dalam hal ekonomi (rizki). Hal ini didasarkan pada beberapa isu keuangan dimana nilai mata uang rupiah terus mengalami penurunan terhadap dolar.
Khawatir tentu bukan sikap yang keliru. Karena khawatir atau takut itu merupakan bagian dari fitrah manusia. Tetapi, sebagai Muslim kita tidak boleh berlebihan dalam menyikapi berbagai macam isu yang muncul di media bahwa akan terjadi ‘kekacauan’ ekonomi, sehingga terbesit niat negatif.
Andaikata isu itu terbukti, sebagai Muslim kita tetap harus pada ke-Islam-an kita dengan penuh kesungguhan. Sebab, Allah yang Maha Memelihara alam ini tidak mungkin akan membinasakan hamba-hamba-Nya yang benar-benar beriman.
Tetaplah menjadi Muslim yang beriman dan bertakwa, jujur, bekerja secara profesional, penuh tanggung jawab dan perkuat niat mencari nafkah untuk jihad fi sabilillah bukan bermegah-megahan. Sebab rizki yang didapat dengan peras keringat, penuh daya dan upaya, lagi halal, sungguh amat dicintai Allah dan Rasul-Nya.
Hindarilah berbagai macam spekulasi yang bisa mendorong lemahnya akal untuk berfikir jernih di atas landasan iman. Jauhi pemikiran-pemikiran dangkal yang bersumber dari angan-angan kosong. Atau prasangka-prasangka yang membuat hati was-was, ragu dan bingung, sehingga lupa bahwa Allah pasti akan menolong hamba-Nya.
Tawakkal Kepada Allah
Persoalan ekonomi (rizki) sesungguhnya perkara mutlak yang telah Allah tetapkan bagi setiap manusia, baik dia beriman maupun kafir.
Artinya, sebagai Muslim, hendaknya kita tidak terpengaruh dengan isu apa pun. Sekalipun ada fakta bahwa ekonomi bangsa akan mengalami masalah, hal itu harus menjadi media penting untuk semakin memperkuat iman dan takwa dengan bertawakkal kepada Allah Ta’ala.
Karena sebelum ada prediksi macam-macam dari dunia kekinian tentang ekonomi dan lain sebagainya, secara Ilahiyah kehidupan setiap Muslim pasti akan berhadapan dengan kesulitan berupa; sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS: al-Baqarah [2]: 155).
Dengan demikian maka, kesulitan atau pun ketakutan akan sesuatu dan kekurangan terhadap sesuatu sudah menjadi bagian dari kehidupan setiap Muslim. Jadi, untuk apa kita ragu, gelisah, bingung dan kalut?
Tetaplah dalam iman dan takwa dengan benar-benar bertawakkal kepada-Nya.
وَعَلَى اللّهِ فَتَوَكَّلُواْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. Al-maidah [5]: 23).
Dalam ayat lain Allah tegaskan,
قُل لَّن يُصِيبَنَا إِلاَّ مَا كَتَبَ اللّهُ لَنَا هُوَ مَوْلاَنَا وَعَلَى اللّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
“Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS. At-Taubah [9]: 51).
Kuatkan Keyakinan Kepada Janji Allah
Imam Ghazali dalam kitab terakhirnya, Minhajul Abidin mengutip pernyataan indah Sayyidina Ali Karamallahu Wajhah; “Engkau mencari rizki Allah dari sisi selain-Nya. Engkau merasa itu akan membuatmu aman dari waktu dan kemalangan. Engkau bisa percaya pada jaminan orang lain meski ia kafir, tapi engkau tak percaya dengan jaminan rizki yang diberikan oleh Allah. Engkau nampaknya tidak membaca apa yang tertulis di dalam Kitabullah (mengenai rizki), sehingga imanmu lemah dan goyah (dalam mempercayai janji Allah).”
Dengan kata lain, semakin sulit situasi kehidupan dunia ini maka harusnya semakin mendorong diri untuk lebih giat dalam membaca, mengkaji, mentadabburi, mentafakkuri dan menggali makna-makna penting yang tersembunyi dari setiap barisan ayat-ayat suci-Nya.
Jika tidak, maka kita akan terombang-ambing isu kekinian yang sebenarnya hanya bersifat sementara. Sementara, kehidupan kita adalah kehidupan yang harus benar, lurus, tegak di atas nilai iman dan Islam dalam situasi dan kondisi apa pun.
Untuk itu, meyakini janji Allah adalah perkara mutlak. Dan, meyakini janji Allah itu mustahil akan semakin terpatri dalam diri kita, bila kita tidak benar-benar ‘akrab’ dengan al-Qur’an.
Pahamilah, Rizki itu Sudah Ditetapkan
Dalam Minhajul Abidin Imam Ghazali mengutip satu hadits Nabi, “Sudah tertulis di punggung ikan dan banteng tentang rizki si fulan. Maka orang yang tamak tidak akan mendapatkan tambahan selain kepayahannya.”
Hadits ini memberikan petunjuk bahwa setiap Muslim jangan terjebak bujuk rayu nafsu dan setan. Rizki itu sifatnya pasti, selama ada kehidupan maka pasti ada rizki. Tamak alias rakus hanya akan menghasilkan kepayahan.
Lihatlah ke penjara, betapa mereka yang dulu tersenyum karena bisa korupsi, kini menangis dan bersedih hati. Sekiranya mereka jujur, tentu tidak perlu menghabiskan masa tuanya dalam penjara. Semua itu adalah bukti bahwa rakus hanya akan membawa pelakunya pada penderitaan.
Bahkan, Imam Ghazali menyampaikan nasehat gurunya, “Sesungguhnya apa yang ditakdirkan sebagai makanan yang engkau kunyah, maka tidak akan dikunyah oleh orang lain. Maka, makanlah bagian rizkimu itu dengan mulia, jangan engkau memakannya dengan hina.”
Jadi, mari siapkan diri dan keluarga kita untuk semakin dekat kepada Al-Qur’an, sehingga semakin kuat iman dan takwa kita kepada-Nya, semakin kokoh ketawakkalan kita kepada-Nya. Karena hanya dengan itulah, kita akan semakin percaya diri menjadi Muslim.
Semakin sulit kehidupan dunia harus mengantarkan kita dan keluarga untuk semakin yakin kepada janji Allah, termasuk soal rizki. Karena hakikat hidup ini hanyalah untuk beribadah kepada-Nya (QS. 51: 56).
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk [67]: 2).
Apa pun yang terjadi, suka atau duka, hakikatnya satu, yakni hanya ujian. Maka tetaplah dalam keyakinan penuh atas segala janji Allah dengan tetap melakukan amal-amal yang terbaik di sisi-Nya