alhikmah.ac.id – Banyak dari para da’i Islam di era ini yang sesungguhnya mereka itu tidak memahami tabi’at sasaran-sasaran yang sedang mereka kerjakan, juga banyak dari mereka yang tidak mengetahui garis finish yang sedang mereka jalankan, banyak juga di antara mereka itu yang tidak memahami hakikat tuntutan-tuntutan yang dibutuhkan bagi amal Islami dari kehidupan mereka, waktu dan pemikiran mereka, jiwa dan harta mereka. Hal inilah sesungguhnya yang menjadikan mereka di banyak kesempatan orang-orang yang justeru memeperburuk citra dakwah yang sedang mereka serukan orang lain kepadanya. Selanjutnya orang-orang semacam ini hanyalah menjadi beban berat dalam kehidupan Harakah Islamiyah , juga menjadi hambatan bagi lajunya tali kendali dakwah itu sendiri.
Sungguh ! kelompok dari orang-orang semacam ini sering menduga bahwa beban-beban dakwah dan amal Islamy itu otomatis gugur dari pundak-pundak mereka di saat mereka itu telah melahirkan sebuah karya buku, karya makalah, atau mempresentasikan ceramah. Di saat yang sama terdapat juga kelompok lainnya yang meyakini bahwa jika mereka itu telah bergabung ke dalam sebuah gerakan Islam, hadir dalam pertemuan-pertemuannya, berporos dan berputar dalam rodanya adalah merupakan tujuan terakhir dan akhir dari seluruh cita-citanya.
Sungguh ! orang-orang semacam itu tidak diragukan mereka adalah orang-orang yang sedang menjalani kehidupan di pinggiran amal Islamy, dan mereka itu secara realitas belum masuk ke dalam medannya yang hakiki atau belum berinteraksi ke dalam lingkungannya yang hakiki …
Sesungguhnya pemahaman yang benar tentang beban-beban amal Islamy yang benar-benar harus meresap di dalam benak dan lubuk seluruh para aktifis dakwah dan harus dipikul oleh mereka adalah point-point berikut ini :
- Bahwa mereka itu sebenarnya diajak untuk melakukan sebuah pengorbanan (Tadhiyah). Yaitu pengorbanan dalam makna yang sesungguhnya, yaitu mendahulukan kemaslahatan Islam di atas kemasalahatan-kemaslahatan lainnya apapun, atau pengorbanan dalam makna lainnya, yaitu beraktifitas di dalam roda Islam, apapun dan bagaimanapun kondisinya, dan seberapapun mahalnya pengorbanan-pengorbanan yang harus dikeluarkan.
- Sesungguhnya yang dimaksudkan dengan beramal untuk Islam adalah beramal untuk mengahancurkan masyarakat Jahiliyah atau kebodohan yang sedang menggandrungi suatu masyarakat dalam setiap elemen-elemennya, dan mendirikan masyarakat Islamy dalam seluruh dimensi kehidupannya … Dengan kata lain mencabut seluruh faham-faham Jahiliyah. Sama halnya apakah ia itu jahiliyah dalam bentuk pemikiran, tatanan hokum, atau jahiliyah dalam bentuk moral atau perilaku. Termasuk di dalamnya adalah membentengi Islam dan mengahadapi para komparador atau pengusung faham – faham Jahiliyah tsb.
- Dan terakhir adalah mendirikan hokum Allah di atas muka bumi dan menghancurkan segala bentuk hukum Thagut.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”. (Q.S. 16 : 36).
Sesungguhnya jalan-jalan yang seperti ini, yaitu jalan-jalan yang terjal dan sulit, tujuan-tujuan yang seperti ini , yaitu tujuan-tujuan yang berat lagi besar, beban-beban yang berat lagi besar yang seperti ini, sungguh ! itu semua tidak akan pernah mampu dipikul oleh orang-orang yang imannya lemah. Sebagaimana tidak akan ada orang yang mampu menghadapinya kecuali mereka-mereka telah mewakafkan kehidupannnya untuk berjihad di jalan Allah swt, kecuali pula orang-orang yang telah menjadikan Allah dan Rasulnya sebagai sesuatu yang paling dicintainya di atas kecintaanya terhadap apapun. Dan Kecuali juga orang-orang yang telah memurnikan dirinya dari berbagai kesibukan dan kecintaan terhadap kegemerlapan dunia dan syahwat-syahwatnya, juga orang-orang yang telah menjauhkan jiwanya dari kehadiran fitnah-fitnah dunia dan rayuan-rayuannya, serta godaan-godaannya.
Dalam hal ini syetan akan selalu berusaha mengulurkan jeratan-jeratan tipuannya dengan cara menawarkan berbagai godaan, rayuan, imbalan, dan fasilitas-fasilitas duniawi yang haram atau syubhat sekalipun dalam rangka untuk menghambat dan memperlambat serta membelokkan lajunya perjalanan para aktifis amal Islamy. Oleh karena itu munculnya berbagai alasan-alasan demi kepentingan amal Islamy atau dakwah, yaitu dengan alasan sangat mendesaknya kebutuhan logistic untuk pembiayaan amal-amal atau proyek – proyek dakwah sehingga mengharuskan dikumpulkannya amunisi-amunisi pelengkap yang terkadang mendekati syubhat apalagi berbau haram, hal tersebut tiada lain kecuali bagian dari Talbiisu Iblis (tipuan-tipuan Iblis), yang wajib dijauhkan dari amal-amal Islamy.
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal (nya)”. (Q.S. 79 : 40-41).
“Sesunguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat yang tidak diketahui oleh banyak orang, maka barang siapa yang menakuti syubhat, maka telah terbebaslah ia pada agama dan kehormatannya, dan barang siapa yang terjerumus dalam hal-hal yang syubhat maka ia telah terjerumus ke dalam sesuatu yang haram …”. (HR
Sesungguhnya kemuliaan beramal untuk Islam tidak akan berhak dimiliki oleh da’I yang sebatas dengan lisannya saja, atau oleh orang yang pandai berhias dan bermanis dalam kata-katanya. Kemulian tsb hanyalah berhak dimiliki oleh orang-orang yang hidup dan mati untuk membela Islam, oleh orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan jual belinya dari mengingat Allah dan berjihad di jalan-Nya.
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar”. (Q. S. 9 : 111).
Wahai para Da’I sesungguhnya jalan menuju Syurga itu sulit dan terjal, dan sesungguhnya perbendaharaan Allah tsb sangat mahal, di mana tidak akan meraihnya kecuali seseorang yang telah membayarnya dengan mahal dan telah melakukan perhitungan secara benar. Sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah saw : “Barang siapa yang takut hendaklah ia pergi bergegas (menujunya) di awal malam, dan barang siapa yang pergi bergegas di awal malam pasti ia akan sampai ke tempat tujuannya, ingatlah ! sesungguhnya perbendaharaan Allah itu mahal, ingatlah ! sesungguhnya perbendaharaan Allah itu adalah syurga”. (HR imam Tirmidzi dan Hakim).
Syaddad Bin Al-Had menuturkan : “Telah datang seorang laki-laki dari Arab Badui menjumpai Rasulullah saw, ia lalu beriman dan mengikutinya. Dia lalu mengatakan : “Aku akan berhijrah bersamamu (Rasulullah saw)”, dia pun mewasiatkan sebagian sahabatnya dengan hijrah. Di saat terjadi perang Khaibar Rasulullah saw membagi-bagikan ghanimah (harta rampasan perang) untuk yang lain-lainya, dan termasuk untuk laki-laki Arab badui tsb. Laki-laki tsb kemudian mengatakan kepada Rasulullah saw : “ Aku telah mengikutimu bukan untuk mendapatkan bagian ini ! … akan tetapi agar aku dilempar ke arah bagian ini – sambil ia mengisyarakan dengan panahnya ke bagian tenggorokannya, hingga aku mati dan masuk syurga”. Rasulullah saw lalu menjawabnya : “Jika engkau benar kepada Allah pasti Allah swt akan membenarkanmu”. Para sahabat Rasulullah saw kemudian bangkit menuju peperangan. Laki-laki tsb lalu dibawa kehadapan Rasulullah saw dalam keadaan terbunuh. Rasulullah saw kemudian mengatakan : “Benarkan laki-laki tsb adalah dia ?…para sahabat menjawab : “benar”. Rasulullah saw lalu bersabda : “Ia telah berkata benar kepada Allah, maka Allah swt pun membenarkan (janji-Nya) kepadanya”.
Inilah dia jalan syurga wahai para Da’I … Sebual amal dan jihad yang terus berkelanjutan, sebuah kesungguhan niat untuk meraih syahadah.
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”. (Q.S. 29 : 69).
(Disarikan dari buku “Kaifa Nad’uu Ilaa Al-Islam”, karya Syekh. DR. Fathi Yakan)
Oleh : H. Ali Fikri Noor, MA.
(Pengurus IKADI – Ikatan Da’I Indonesia – Wil. DKI Jakarta).